Periode neonatal, atau dua puluh delapan hari pertama kehidupan, adalah waktu yang paling rentan untuk kelangsungan hidup anak. Data yang dihimpun WHO dari berbagai negara menemukan bahwa pada tahun 2018, 47% dari semua kematian balita terjadi pada periode neonatal. Data Unicef 2018 mencatat rata-rata global angka kematian neonatal sebesar 18 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Kematian neonatal merupakan indikator penting yang mencerminkan kualitas perawatan bayi baru lahir, perawatan prenatal, intrapartum, dan neonatal. Kematian neonatal dini lebih erat terkait dengan faktor yang berhubungan dengan kehamilan dan kesehatan ibu, sedangkan kematian neonatal akhir lebih terkait dengan faktor di lingkungan bayi baru lahir.
Mayoritas kematian neonatal terkonsentrasi pada hari dan minggu pertama, dengan sekitar 1 juta meninggal pada hari pertama dan hampir satu juta meninggal dalam enam hari ke depan. Tren saat ini, lebih dari 60 negara akan kehilangan kesempatan mencapai target SDG untuk mengurangi kematian neonatal hingga paling rendah 12 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Sekitar setengah dari mereka tetap tidak akan mencapai target tersebut sampai tahun 2050. Negara-negara ini membawa sekitar 80% dari beban kematian neonatal pada tahun 2016.
Kematian neonatal di Indonesia masih tinggi. Hasil laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan angka 15 kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dibanding dengan angka yang dicapai oleh negara-negara sekawasan. Salah satu faktor yang diduga memiliki keterkaitan erat dengan terjadinya kematian neonatal adalah paritas. Situasi seperti ini merupakan masalah bagi negara seperti Indonesia, yang memiliki masyarakat dengan karakteristik budaya jumlah anak yang banyak adalah sesuatu yang positif. Pembuktian secara statistic bahwa paritas adalah prediktor dari terjadinya kematian neonatal di Indonesia penting dilakukan, untuk lebih memfokuskan upaya pencegahan kematian nenonatal berdasarkan paritas. Latar belakang tersebut menjadi dasar penulisan artikel yang ditujukan untuk menganalis paritas sebagai prediktor kematian neonatal di Indonesia.
Hasil analisis menemukan bahwa perempuan multipara di Indonesia memiliki persentase neonatal death yang lebih tinggi dibanding perempuan primipara. Tetapi perbedaan paritas antara primipara dan multipara ditemukan bukan merupakan prediktor kematian neonatal di Indonesia. Ditemukan tiga variabel lain yang terbukti sebagai prediktor kematian neonatal. Perempuan yang tidak bekerja memiliki kemungkinan 0.576 kali dibanding perempuan bekerja untuk mengalami kematian neonatal.
Perempuan yang melakukan antenatal care ≥4 kali selama kehamilan memiliki kemungkinan 2.332 kali dibanding perempuan yang melakukan ANC <4 kami untuk mengalami kematian neonatal. Sementara perempuan yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan memiliki kemungkinan 0.457 kali dibanding perempuan yang mengalami komplikasi selama persalinan untuk mengalami kematian neonatal. Berdasarkan uraian hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa paritas bukan merupakan prediktor neonatal death di Indonesia.
Penulis: Ratna Dwi Wulandari
Artikel lengkap dapat ditemukan pada tautan berikut: