Hba1c sebagai Prediktor Hasil Luaran Janin pada Pregestational Diabetes Mellitus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompasiana.com

Gestational Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan berbagai tingkat intoleransi glukosa yang muncul atau terdiagnosis pertama kali selama kehamilan. Gangguan ini disebabkan pada saat kehamilan mengalami peningkatan perubahan fisiologis pada metabolisme glukosa dan harus dibedakan dari ibu hamil penderita diabetes yang dikenal dengan DM pregestasional, yaitu diabetes yang mendahului kehamilan. DM pregestasional berpengaruh signifikan terhadap hasil akhir kehamilan yaitu embrio, janin, dan ibu, serta menyebabkan komplikasi yang serius. Keberhasilan DM pregestasional tidak hanya bergantung pada kendali glukosa darah tetapi juga pada kondisi penyakit yang mendasari, kardiovaskular dan ginjal. Pada saat ini Indonesia menempati urutan ke 6 dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia dimana jumlah penderita diabetes melitus mencapai 10,3 juta dan diperkirakan akan meningkat menjadi 16,7 juta pada tahun 2045.

Meningkatnya jumlah penderita DM akan meningkatkan kemungkinan jumlah kehamilan dengan DM pragestasional yang akan ditemukan pada pelayanan kebidanan. Pada DM pregestasional, diperlukan pemeriksaan HbA1c. Kemudian untuk memberikan terapi dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa (GDP) dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan (GD 2 jam PP). Sesuai prosedur tetap di poliklinik DM gestasional, pemeriksaan HbA1c dilakukan secara berkala setiap enam minggu sekali. Sedangkan pemeriksaan GDP dan GD 2 jam PP sesuai dengan peningkatan glukosa darah untuk menentukan terapi untuk mencapai target glukosa darah yang baik. Kontrol glikemik yang wajar akan menentukan hasil akhir ibu dan janin yang baik. Pemeriksaan HbA1c cenderung lebih mahal dibandingkan pemeriksaan glukosa darah puasa dan pemeriksaan PPG 2 jam.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga melakukan penelitian dan  berhasil mempublikasikan penelitiannya pada salah satu jurnal internasional yaitu International Journal of Pharmaceutical Research ISSN -0975-2366. Penelitian ini berfokus untuk mengetahui apakah pemeriksaan GDP dan GD 2 jam PP dapat menggantikan fungsi pemeriksaan HbA1c sebagai standar pemeriksaan pada pasien DM pregestasional. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap. Karakteristik penyakit penyerta DM pregestasional dalam penelitian ini adalah hipertensi kronik Superimposed Preeclampsia Severe, Preeklamsia Berat, Eklamsia, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), ikterus pada kehamilan, dan komplikasi Diabetic Ketoacidosis (DKA). Data HbA1c, glukosa darah puasa dan PPG 2 jam hasil janin preterm dan asfiksia kemudian disajikan dalam bentuk kurva ROC (Receiver Operating Characteristics) untuk melihat kepekaan dan spesifisitas setiap pemeriksaan sehingga dapat disimpulkan pemeriksaan mana yang dapat memprediksi hasil janin prematur terbaik. Selain itu, melalui rekam medis juga dikumpulkan semua data bayi yang lahir, termasuk berat lahir, skor APGAR, skor Ballard dan skor Lubchenco untuk bayi di atas 4000 atau bayi di bawah 2500, kelainan bawaan, dan hasil perinatal dalam satu minggu.

Bedasarkan penelitian ini didapatkan hasil yaitu data HbA1c, GDP dan GD 2 jam PP tentang hasil akhir janin preterm kemudian disajikan dalam bentuk kurva ROC untuk melihat sensitivitas dan spesifisitas tiap pemeriksaan. Dari kurva tersebut dapat disimpulkan pemeriksaan mana yang dapat memprediksi hasil janin prematur terbaik. Pada kurva ROC dan tabel nilai AUC di atas, kita dapat melihat secara visual dan prediksi HbA1c, glukosa darah puasa dan nilai PPG 2 jam untuk memprediksi outcome janin pada pasien DM pregestasional. Terlihat bahwa nilai AUC tertinggi berasal dari HbA1c. Selain itu didapatkan pada penelitian ini yaitu pada trimester pertama, kami hanya mendapatkan satu pasien dengan HbA1c normal (<6,5%), PPG normal (<90 mg / dl), tetapi PPG 2 jam di atas normal (> 120 mg / dl). Dari 42 kasus DM Pregestasional, nilai HbA1c 5% memiliki sensitivitas (91,67%) dan spesifisitas (33,33%) terhadap hasil pemeriksaan glukosa darah puasa dan PPG, dimana nilai GDP dengan sensitivitas dan spesifisitas terbaik untuk memprediksi janin prematur. hasil, dengan akurasi 76.67%, sedangkan GD 2 jam PP dengan akurasi 83.33%. Nilai GDP dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk memprediksi outcome janin preterm adalah 74 mg / dl dengan akurasi 76,67% sedangkan GD 2 jam PP bernilai 99 mg / dl dengan akurasi 83,33%. 

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pemeriksaan glukosa darah puasa dan PPG 2 jam memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Saat ini, HbA1c masih menjadi prediktor outcome fetal (preterm) pada pasien DM pregestasional yang lebih baik dalam hal glukosa darah puasa dan PPG. HbA1c ternyata memiliki nilai tertinggi, dalam artian HbA1c merupakan prediktor terbaik dari outcome asfiksia janin pada pasien DM pregestasional.

Penulis: Hermanto Tri Joewono

Informasi yang lebih rinci dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di International Journal of Pharmaceutical Research, berikut kami sertakan link rujukannya:

http://www.ijpronline.com/ViewArticleDetail.aspx?ID=17322#:~:text=Of%20the%2042%20cases%20of,while%202%2Dhour%20PPG%20with

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).