Eksplorasi Tanaman Galing (Cayratia Trifolia) pada Pengembangan Terapi Kanker

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Gatra.com

Berdasarkan data Riskesdas 2019, melaporkan bahwa angka kejadian kanker yang paling tinggi di Indonesia pada laki-laki adalah kanker paru sekitar 19,4 per 100.000 penduduk, sedangkan pada wanita kanker payudara sekitar 42,1 per 100.000 penduduk. Saat ini metode terapi kanker yang dilakukan adalah pembedahan, pemberian radioterapi dan kemoterapi. Namun dari metode tersebut belum memberikan hasil yang memuaskan malah sering kali memberikan efek samping yang sangat merugikan penderita. Oleh karena itu perlu difikirkan ekplorasi tanaman untuk mendapatkan bahan obat yang dapat membunuh sel kanker dan memberikan efek samping sekecil mungkin.

Salah satu upaya untuk menaggulangi kanker adalah dengan memanfaatkan jenis tanaman obat, diantaranya adalah tanaman galing, nama ilmiahnya Cayratia trifolia. Menurut laporan  Kumar (2011), bahwa tanaman galing mengandung beberapa bahan kimia antara lain: kaemferol, piceid, dan resveratrol. Luo H., (2009)  melaporkan bahwa kaemferol merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai anti angiogenesis pada terapi kanker  ovarium, demikian juga halnya Kimura Y., (2000) melaporkan bahwa piceid merupakan bahan kimia yang kerjanya dapat menghambat sintesis DNA. Sedangkan Kala (2012) melaporkan bahwa resveratrol dapat bersifat selektif, artinya bahan ini dapat membunuh sel kanker dan tidak merusak sel normal, namun penelitian tersebut dilakukan pada biakan sel.

Berdasarkan kandungan bahan kimia tersebut maka tanaman galing, nampaknya dapat digunakan sebagai terapi  kanker. Untuk mengetahui pengaruh tanaman galing terhadap kematian sel kanker,terlebih dahulu dilakukan ekstraksi tanaman galing yaitu dengan menggunakan etanol, kemudian ekstrak yang diperoleh diberikan pada model hewan coba yang mengalami kanker payudara. Dipilih menggunakan model hewan coba kanker payudara, karena angka kejadian kanker payudara menduduki posisi paling tinggi. Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih yang dikenal dengan sebutan RattusSprague dawley berjenis kelamin betina. Untuk membuat hewan coba mengalami kanker payudara, maka tikus putih tersebut diinduksi dengan bahan kimia yang dikenal dengan nama 7,12-dimethylbenzanthracene (DMBA). Adapun cara menginduksinya, hewan coba diberi  DMBA  dengan dosis 20 mg/kgBB dalam minyak jagung dimasukkan langsung ke dalam lambung dengan menggunakan alat yang disebut dengan sonde. Cara pemberiannya dilakukan dua kali seminggu, selama 10  minggu, volume setiap pemberian sebanyak 2,0 ml.

Ekstrak tanaman galing yang digunakan untuk terapi pada penelitian ini, menggunakan dosis 300 mg/kgBB yang disuspensikan dalam carboxymethyl cellolose (CMC) 0,5%, diberikan setiap hari selama empat minggu. Cara pemberian langsung ke dalam lambung menggunakan sonde, volume setiap pemberian sebanyak 2,00 ml.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga kelompok hewan coba yaitu kelompok I: tikus putih normal sebanyak lima ekor; kelompok II: tikus putih yang mengalami kanker payudara yang diberi CMC 0,5% sebanyak enam ekor; dan kelompok III: tikus putih yang mengalami kanker payudara yang diberi ekstrak tanaman galing sebanyak delapan ekor. Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah protein Bcl-2 dan sel kanker yang mengalami kematian yang dikenal dengan sebutan apoptosis. Adapun alasan  pengukuran kedua variabel tersebut, karena variabel ini dapat digunakan sebagai prediktor keberhasilan terapi terhadap kematian (apoptosis) sel kanker. Telah diketahui bahwa pada sel kanker mengalami peningkatan ekspresi BCl-2, yang mengakibatkan sel kanker bersifat immortal, yaitu memiliki kemampuan hidup dan membelah secara terus menerus serta angka kematian (apoptosis) yang sangat rendah. Oleh sebab itu bila ekstrak tanaman galing ini mempunyai efek terapi maka jumlah sel kanker payudara yang mengekspresikan BCl-2 akan mengalami penurunan, sedangkan sel kanker payudara yang mengalami apoptosis meningkat. Adapun cara pengukuran BCl-2 adalah dengan menggunakan metoda imuno histokimia, sedangkan untuk pengukuran jumlah sel yang mengalami apoptosis menggunakan metoda yang dikenal  dengan tunnel assay.

Selanjutnya hasil pemeriksaan dari kedua variabel, yaitu jumlah sel kanker payudara yang mengekspresikan BCl-2 dan jumlah sel kanker payudara yang mengalami apoptosis, kemudian dilakukan uji statistik, dari analisis uji statistik diperoleh hasil bahwa, jumlah sel yang mengekspresikan BCl-2 pada jaringan payudara tikus putih  yang mengalami kanker payudara, setelah diberi ekstrak tanaman galing mengalami penurunan secara bermakna, demikian juga halnya, jumlah sel kanker yang megalami apoptosis, pada jaringan payudara tikus putih tersebut menunjukkan suatu peningkatan yang bermakna.

Pemberian ekstrak tanaman galing secara oral pada tikus putih yang mengalami kanker payudara, dapat menurunkan jumlah sel yang mengekspresikan Bcl-2, serta meningkatkan jumlah sel kanker yang mengalami apoptosis secara bermakna. Oleh karena itu maka tanaman galing merupakan salah satu tanaman kekayaan alam Indonesia yang dapat digunakan sebagai sumber bahan dasar obat untuk pengembangan terapi kanker.

Penulis: I Ketut Sudiana
Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://www.researchgate.net/publication/322098971_EFFECT_OF_Cayratia_trifolia_L_Domin_EXTRACT_ON_REDUCED_EXPRESSION_OF_MATRIX_METALLOPROTEINASE-9_MMP-9_AND_VASCULAR_ENDOTHELIAL_GROWTH_FACTOR_-A_VEGF-A_IN_WHITE_RATS_WITH_BREAST_CANCER

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).