UNAIR NEWS – Pandemi COVID-19 mengubah banyak hal dalam berbagai bidang, termasuk bidang peternakan baik dalam skala kecil maupun luas yang menyangkut para peternak ruminansia, perunggasan di berbagai lokasi di Indonesia. Oleh karena itu, Departemen Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (UNAIR) pada akhir pekan lalu mengadakan diskusi online dengan mengangkat topik “Kebangkitan Ekonomi Peternakan Unggas Dalam Situasi Pandemi COVID-19 Seri-1”.
Dalam dunia medis veteriner dan industri peternakan perunggasan, virus corona bukan hal yang asing lagi. Golongan gamma Corona virus sering menjadi halangan bagi peternak karena dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan (Infesius brokhitis) unggas. Beberapa penyakit lain juga sering membuat infeksi pernapasan yaitu Avian influenza yang sempat outbrik di Indonesia beberapa tahun terakhir.
Beberapa efek pandemi COVID-19pada sektor perunggasanantara lain yaitu penurunan permintaan, menurunkan produksi unggas (baik unggas potong ataupun petelur), adanya panic harvestingdan ketidakpastian pasar.
Prof. Mirni Lamid, drh., MP., Guru Besar FKH UNAIR diawal pemaparan materi menyampaikan bahwa tidak sedikit industri ataupun bisnis yang terdapampak akibat COVID-19, namun juga ada beberapa bisnis yang justru tumbuh semakin tumbuh menggeliat. Sebagai contoh yaitu usaha delivery dan logistik, teknologi komunikasi, makanan dan obat-obatan.
“Kita semua mengetahui bahwa efek pandemi ini telah mengubah perilaku atau behaviour masyarakat. Dalam hal metode marketing, layanan aplikasi semakin digandrungi dan tidak menutup kemungkinan, sektor perunggasan juga terus berkembang,” ujar Prof. Mirni.
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan tersebut juga menerangkan bahwa peternak khususnya bidang perunggasan perlu melakukan langkah atau strategi agar industrinya tetap bertahan dengan cara terus melakukan inovasi, berbagi dan bersinergi baik dengan supliyer maupun buyer (pembeli) dan selalu melakukan evaluasi disetiap periode.
“Selalu mengontrol setiap aktivitas dengan laporan dan data merupakan salah satu titik lemah peternak unggas di Indonesia,” tandasnya.
Selain itu, tambahnya, peternak juga harus bisa transparansi dengan kondisi yang ada serta merubah cara berfikir bahwa bisnis tidak harus selalu untung besar namun perlu ada keberlanjutan.
Diakhir Prof. Mirni berpesan bahwa bisnis yang sehat adalah bisnis yang selalu bertumbuh, bisnis yang berhenti tumbuh adalah bisnis yang sedang menuju kematian.
“Bisnis yang sehat adalah bisnis yang mempunyai daya imunitas dan adaptasi yang baik akan bertahan saat menghadapi ancaman yang ekstrim sekalipun,”pungkasnya.
Penulis: Muhammad Suryadiningrat
Editor: Nuri Hermawan