Model untuk Meramalkan Infeksi Berat Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Thailand

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh cnnindonesia.com

Sepsis atau infeksi berat pada bayi baru lahir adalah salah satu penyebab kematian terbesar pada anak. Angka kematian keseluruhan dari sepsis pada bayi baru lahir mencapai 18%. Sepsis dapat disebabkan oleh kuman atau bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Fokus terbesar adalah pada sepsis karena bakteri atau kuman. Diagnosis sepsis memerlukan biakan kuman. Biakan ini tidak mudah dilakukan dan di banyak tempat tidak tersedia. Jika bisa diperoleh pengganti biakan kuman berdasarkan kondisi bayi ditambah dengan hasil pemeriksaan laboratorium, apalagi yang bisa diketahui sejak awal, maka beberapa kesulitan di negara berkembang bisa diatasi. Manfaat lain adalah kesempatan untuk memberikan antibiotika yang merupakan terapi utama secara lebih cepat pada kasus yang juga tepat. Fokus pada penelitian ini adalah pada sepsis awitan lanjut atau sepsis yang dialami bayi baru lahir berusia 7-28 hari.

Penelitian kasus kontrol ini dilakukan di Rumah Sakit Queen Sirikit Institute of Child Health (QSNICH) di Bangkok. Data diambil dari dokumen medis. Subyek dibagi menjadi dua. Kelompok kasus sepsis hanya mengikutsertakan bayi berusia 7-28 hari dengan hasil kultur bakteri yang positif. Kelompok kontrol menggunakan bayi baru lahir yang tidak mengalami infeksi apapun. Variabel yang digunakan mencakup faktor risiko, keadaan klinis bayi, data laboratorium, dan pengobatan yang diberikan. Perhitungan statistik menggunakan analisis regresi logistik ganda. Proses pencarian model akhir diawali dengan mengidentifikasi seluruh potensi yang ada yang diikuti dengan seleksi secara bertahap dengan menggunakan analisis statistik. Model akhir yang didapat juga dibuat dalam versi skor untuk memudahkan penggunaan.

Di akhir penelitian tampak bahwa insiden sepsis awitan lanjut pada penelitian ini adalah 1,46%. Dari lebih dari 100 variabel yang digunakan di awal penelitian didapatkan 6 variabel sebagai model akhir. Keenam aspek tersebut adalah kesulitan minum, detak jantung yang tidak normal, suhu yang tidak normal, saturasi oksigen yang tidak normal, sel darah putih yang tidak normal, serta pH yang tidak normal. Luas daerah di bawah kurva yang digunakan untuk mengevaluasi keakuratan model akhir adalah 95,5%. Jika diubah menjadi skor, model ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 88,5% dan 90,4%.

Insiden sepsis di berbagai penelitian relatif sulit dibandingkan karena definisi yang beragam. Secara garis besar ada 2 versi batas yang digunakan yaitu 3 dan 7 hari. Penelitian ini menggunakan batas 7 hari. Di Jakarta, insiden sepsis awitan lanjut pada bayi baru lahir dapat mencapai 35%.

Ketersediaan model dan sistem skor akan memudahkan para klinisi di wilayah dengan fasilitas terbatas untuk menentukan apakah seorang bayi terkena sepsis karena bakteri atau tidak. Kesulitan mendapatkan fasilitas biakan kuman akan relatif tergantikan oleh model ini. Keenam aspek yang masuk dalam model akhir dari penelitian ini dapat dilakukan di berbagai sarana kesehatan. Dari keenam aspek, 4 merupakan parameter klinis dan 2 laboratoris.

Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa persentase bakteri yang didapatkan didominasi bakteri gram negatif yang setara dengan laporan dari beberapa negara berkembang lain. Dari semua bayi yang dimasukkan sebagai subyek, hampir 80% di antaranya menerima antibiotika ampisilin. Lini pertama antibiotika pada bayi baru lahir adalah kelompok penisilin dan gentamisin.

Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak dari pada beberapa model sebelumnya seperti skor NOSEP, dan skor oleh Okascharoen di tahun 2005. Dalam hal variabel yang digunakan, peneliti sengaja menghindari beberapa hal yang lebih canggih sepert prokalsitonin dan beberapa interleukin.

Model dan skor akhir yang diperoleh relatif sederhana. Dengan skor yang tersedia tidak diperlukan bantuan kalkulator untuk menghitung kemungkinan bayi tersebut mengalami sepsis bakterial. Adanya model seperti ini diharapkan membantu para klinisi dengan tujuan akhir menurunkan perburukan dan kematian akibat sepsis awitan lanjut pada bayi baru lahir di berbagai lokasi di dunia.

Penulis: Dominicus Husada, Pornthep Chanthavanich, Uraiwan Chotigeat, Piyarat Sunttarattiwong, Chukiat Sirivichayakul, Kisana Pengsaa, Watcharee Chokejindachai, Jaranit Kaewkungwal

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://bmcinfectdis.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12879-020-4875-5
(Predictive Model for Bacterial Late-Onset Neonatal Sepsis in a Tertiary Care Hospital in Thailand)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).