Cabe (Capsicum annum Linn) adalah tanaman perkebunan dan sebagai obat tradisional. Produksinya digunakan di dalam negeri dan diekspor dalam produk kering. Cabe digunakan sebagai stimulan, karminatif, tonik, juga untuk mengobati asma, impotensi, gejala demam, pilek, influenza, kolera, antelmintik, antiflatulen, ekspektoran, antitusif, antijamur, dan obat kolesterol. Cabe memiliki senyawa alami yang dapat memberikan manfaat bagi manusia. Salah satu senyawa terpenting dalam Cabe adalah capsaicin yang merupakan metabolit sekunder. Dalam penelitian lain, senyawa kimia yang terkait dengan metabolit sekunder yaitu alkaloid, terpenoid, steroid, dan saponin. Cabe memiliki rasa pedas dan bau khas yang dimediasi oleh senyawa capsaicinoid. Capsaicinoids termasuk ordihydrocapsaicin, capsaicin, dihydrocapsaicin, norcapsaicin, homodihydrocapsaicin, homocapsaicin, dan nonivamide. Dalam penelitian terbaru, metode Thin Layer Chromatography (TLC) dilakukan untuk memurnikan senyawa capsaicin dalam cabe. Kromatografi jenis ini untuk memisahkan adsorpsi pada lapisan tipis adsorben.
Penelitian ini menganalisis capsaicin secara kuantitatif dengan TLC spectrophotodensitometer. TLC adalah metode pemisahan zat dengan melacaknya melalui fase diam di pelat media. Zat dapat dipisahkan dengan teknik TLC berdasarkan perbedaan afinitas masing-masing komponen antara fase aktif dan stasioner. Jumlah penyerapan zat yang telah dipisahkan dapat diukur dengan spektrofotodensitometer. Isi sampel dapat ditentukan dari rasio antara penyerapan sampel dan bahan bakunya. Dalam penelitian ini, hasil kadar capsaicin dalam bubuk adalah 0,36% dan ekstrak etanol adalah 1,84%.
Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa standar capsaicin 1020 μg/ml. Area capsaicin dalam ekstrak etanol (3816,9) lebih tinggi daripada dalam bentuk bubuk (2422,7). Ekstraksi adalah metode untuk memperoleh senyawa aktif dari bahan alami menggunakan pelarut yang sesuai. Bahan-bahan alami perlu diekstraksi untuk mendapatkan beberapa atau semua bahan aktif yang digunakan untuk mensintesis dosis yang tepat, mudah disimpan, dan dirawat untuk waktu yang lama. Bahan yang diekstraksi bisa dalam bentuk bahan segar atau bubuk. Cabe berasal dari daerah tropis dan subtropis Amerika, terutama Kolombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin, Eropa dan Asia, termasuk Indonesia. Cabe mengandung capsaicin, dihydrocapsaicin, vitamin A, vitamin C, capsanthin, karoten, capsorubin, zeaxanthin, dan pewarna cryptoxanthin. Mineral mikro, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin juga terkandung dalam cabe. Bahan aktif capsaicin berkhasiat sebagai stimulan sekresi asam lambung dan mencegah infeksi pada sistem pencernaan.
Unsur lain dalam Cabe adalah capsicol yang memiliki sifat analgesik, mengurangi asma, dan gatal-gatal. Capsaicin (8-methyl-N-vanilyl-6-nonenamide) adalah komponen aktif cabe. Capsaicin dapat mengiritasi dan menyebabkan sensasi terbakar pada jaringan ketika terjadi kontak. Di bidang farmasi, capsaicin juga dikenal memiliki aktivitas antikanker, diabetes, anti-arthritis dan analgesik selain memiliki nilai komersial dalam industri makanan. Pelarut etanol digunakan karena capsaicin dapat larut dalam pelarut polar dan memiliki varietas polar. Capsaicin adalah alkaloid yang memiliki kelarutan tinggi dalam alkohol tetapi rendah di dalam air. Capsaicin dianggap sebagai minyak dengan sifat lipofilik dan juga larut dalam lemak.
Capsaicin memiliki titik leleh pada 62-65ºC dan titik didih 210-220ºC. Capsaicin tidak berbau, tidak berwarna, dan termasuk dalam kelompok yang larut dalam minyak, lemak, metanol, etil asetat, dan etil alkali. Kadar capsaicin dipengaruhi oleh tingkat kematangan cabai. Selama proses pematangan cabai, kadar capsaicin meningkat hingga periode sintesis. Dalam penelitian ini, kadar capsaicin lebih banyak dalam ekstrak etanol daripada dalam bentuk bubuk. Dalam bubuk cabai, masih banyak senyawa dan residu lain yang bisa mengurangi kadar capsaicin. Sementara itu dalam ekstrak etanol diperoleh kadar yang tinggi karena telah dipisahkan dan tidak ada residu dari senyawa lain.
Penulis: Mohammad Sukma Nadi, drh., M.Kes., Faisal Fikri, drh., M.Vet. dan Muhammad Thohawi Elziyad Purnama, drh., M.Si.
Link terkait tulisan di atas: http://www.sysrevpharm.org/fulltext/196-1592995152.pdf?1595373762