Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang dapat menghambat sel kanker dan dapat menyebabkan perubahan pada kondisi mukosa mulut. Mukositis pada mulut dan kerongkongan merupakan salah satu efek samping dari kemoterapi. Perawatan mulut merupakan salah satu penatalaksanaan pencegahan mukositis.
Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab utama kematian di dunia (Ministry of Health Indonesia, 2015) dan menjadi penyebab kematian nomer dua pada anak-anak setelah kecelakaan. Mukositis pada mulut dan kerongkongan merupakan salah satu efek samping dari pengobatan kanker pada anak. Perawatan mulut pada anak kanker penting dilakukan untuk mencegah komplikasi sistemik. Anak membutuhkan orang tua dalam menjaga kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Butuh keyakinan dan ketegasan orang tua dalam mengajarkan dan membiasakan anak melakukan perawatan mulut yang baik dan benar. Sehingga penting untuk mengetahui hambatan yang dirasakan dan keyakinan diri dari orang tua dalam melakukan perawatan mulut pada anak kanker, untuk meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan perawatan mulut.
Tindakan perawatan mulut yang dilakukan orang tua pada anak kanker dipengaruhi oleh hambatan yang dirasakan orang tua. Besar kecilnya hambatan tersebut menentukan perilaku dalam melakukan orang tua dalam melakukan perawatan mulut pada anak kanker. Semakin besar hambatan maka semakin kecil kemungkinan tindakan yang akan dilakukan orang tua dalam melakukan perawatan mulut pada anak kanker. Sikap dan perilaku dari orang tua dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak sangat berpengaruh terhadap kebiasaan anak untuk melakukan gosok gigi. Tujuan penelitian yaitu untuk menemukan hambatan yang dirasakan dan pengalaman orangtua dalam melakukan perawatan mulut pada anak kanker.
Lokasi penelitian berada di Yayasan Peduli Kanker Anak Indonesia Surabaya. Responden penelitiannya adalah orangtua terutama ibu dari anak yang menderita kanker. Orangtua diwawancarai tentang latar belakang dna mengungkapkan ketertarikan untuk mengetahui pengalaman responden dalam merawat anak kanker selama ini. Kemudian dilanjutkan dengan bertanya pertanyaan pembuka dan selanjutnya membahas tentang topik penelitian yaitu hambatan orang tua dalam melakukan perawatan mulut pada anak kanker.
Setiap wawancara berlangsung selama 10-25 menit dan wawancara dilakukan 1 kali untuk setiap orangtua. Hasil dari wawancara dan catatan lapangan yang terkumpul, dibuat naskah verbatim untuk memudahkan peneliti melakukan proses selanjutnya yaitu validasi pada partisipan dan analisis data. Peneliti menghubungi kembali responden untuk melakukan validasi naskah verbatim. Validasi dilakukan secara langsung pada partisipan di YPKAI. Hasil wawancara dianalisis untuk mendapatkan tema, melakukan pembahasan dari tema yang dihasilkan, menarik kesimpulan dan menyajikan data.
Hasil penelitian ini mengidentifikasi 7 (tujuh) tema yang diidentifikasi berdasarkan dari tujuan penelitian, yaitu hambatan perawatan, sumber pengalaman, dukungan yang didapat, dampak dan keyakinan dari orang tua dalam melakukan perawatan mulut pada anak kanker, serta persiapan dan metode yang dilakukan orang tua dalam melakukan perawatan mulut pada anak kanker. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa hambatan perawatan gigi dan mulut anak kanker berasal dari eksternal dan internal.
Hambatan eksternal berasal dari anak maupun lingkungan. Hambatan yang berasal dari anak adalah anak menolak untuk melakukan gosok gigi, respon fisik anak yang rewel dan menangis saat akan melakukan gosok gigi dan kondisi fisik anak yang tidak mau melakukan sikat gigi. Anak usia balita memberikan penolakan dan respon rewel seperti menangis ketika orang tua akan melakukan perawatan mulut. Ketika sakit anak menjadi mudah rewel, terutama pada anak usia balita yang belum mengetahui pentingnya melakukan perawatan mulut. Perasaan tidak nyaman juga berpengaruh terhadap sikap anak yang memberikan penolakan ketika melakukan gosok gigi. Akibatnya orangtua tidak dapat melakukan perawatan mulut yang baik secara rutin.
Selain hambatan yang berasal dari anak, lingkungan juga merupakan hambatan eksternal bagi orangtua dalam melakukan perawatan mulut pada anak kanker. Rumah sakit merupakan lingkungan yang menjadi hambatan bagi orang tua melakukan perawatan mulut pada anak kanker. Hospitalisasi pada anak merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak itu sendiri maupun orang tua. Protokol pengobatan yang dijalani oleh anak kanker seringkali mengharuskan anak untuk tetap bedrest, sehingga perawatan mulut tidak dapat dilakukan dengan efektif.
Ketika anak kanker menjalani pengobatan dan mengharuskan untuk tinggal lebih lama di rumah sakit, perawatan mulut pada anak seringkali terabaikan dan tidak dilakukan karena berbagai hal, seperti ketika anak sedang dalam prosedur medikasi dan mengharuskan anak untuk tetap bedrest. Hal tersebut membuat orangua terhambat dalam melakukan perawatan kebersihan yang baik seperti perawatan mulut pada anak kanker karena merasa tidak nyaman ataupun terhalang oleh prosedur medis yang sedang dijalani anak selama di rumah sakit.
Penulis: Ilya Krisnana
Informasi detil dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :