Pengobatan Gangguan Estetika Disertai Rasa Ngilu di Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh bola.com

Resesi gingiva merupakan pergeseran marginal gingiva ke arah apical dari cementoenamel junction (CEJ). Hal ini umumnya terjadi pada individu usia lanjut. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan individu usia muda juga mengalami hal seperti ini. Resesi gingiva dapat menyebabkan beberapa gangguan seperti gangguan estetika jika terjadi di gigi depan serta rasa ngilu pada gigi yang diakibatkan oleh terbukanya akar gigi yang biasanya tertutup oleh tulang dan gusi. Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya resesi gingiva, seperti gigi malposisi, trauma oklusi dan tarikan otot yang kuat terutama yang berasal dari frenulum dan vestibulum. Miller membagi kategori resesi gingiva dalam resesi kelas I, II, III, dan IV. Makin tinggi kategori resesi, prognosa dari perawatan yang dilakukan akan menjadi semakin jelek. Resesi Miller kelas I memiliki prognosa perawatan  yang lebih baik  dibandingkan Resesi Miller kelas  IV.  Dalam melakukan perawatan resesi gingiva, terdapat beberapa tehnik dan cara yang dapat dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan Subepithelial Connective Tissue Graft (SCTG). Teknik ini memiliki keuntungan karena merupakan tehnik dengan minimal trauma sehingga penyembuhan yang dicapai akan lebih baik. Selain itu, penggunaan SCTG memiliki hasil yang lebih baik dalam kestabilan perawatan jangka panjang.

Perawatan resesi gingiva dilakukan pada pasien laki-laki perokok berusia 29 tahun dengan kondisi sistemik yang sehat. Pasien ingin melakukan perawatan pada gigi depan bawah kanan karena pasien merasa terganggu dengan rasa ngilu yang terjadi sewaktu makan dan minum terutama yang makanan dan minuman dingin. Gigi pasien mengalami resesi sebanyak 2 mm, malposisi dengan sedikit kerusakan tulang interdental. Perawatan dilakukan diawali dengan melakukan scaling dan occlusal adjustment terlebih dahulu untuk mengeliminasi trauma oklusi. Seminggu setelah itu, perawatan dilanjutkan dengan melakukan operasi pada gigi depan bawah kanan. Perawatan dimulai dengan asepsis dilanjutkan dengan anastesi lokal dan infiltrasi menggunakan Articaine pada muccobuccal fold gigi dan pada daerah palatal yang akan diambil jaringannya sebagai  donor.  Insisi  sulkular dilakukan  menggunakan  pisau  bedah  nomor  15C dilanjutkan dengan pisau tunneling sampai seluruh tarikan otot terlepas pada sisi resipien dengan tidak adanya intervensi pada daerah interdental papilla. Selanjutnya dilakukan root planning dan pengolesan tetrasiklin pada permukaan akar untuk membuang bakteri dan smear layer yang dapat mengganggu penetrasi serat kolagen ke akar gigi.

Perawatan dilanjutkan dengan mengambil jaringan donor dari palatal menggunakan pisau bedah nomor 15. Insisi horizontal dilakukan dari margin gingiva dari gigi premolar pertama sampai mesial molar pertama. Setelah jaringan donor didapat, jaringan donor diaplikasikan pada resipien dan dilakukan penjahitan. Pasien diberikan resep clindamycin sebagai antibiotik, kalium diklofenak sebagai anti inflamasi dan asam mefenamat sebagai analgesic serta obat kumur chlorhexidine gluconate 0,12%. Kontrol dilakukan setiap minggu dan dalam 1 bulan, resesi gingiva sebanyak 2 mm dari CEJ terkoreksi menjadi 0,5 mm dari CEJ dengan hilangnya rasa ngilu pada gigi. Kontrol pada bulan ke-3 menunjukkan kondisi gingiva yang stabil dengan level resesi

0,5 mm dari CEJ.

Menurut Miller, resesi kelas III memiliki prognosa prognosa perawatan yang unpredictable dikarenakan terdapat banyaknya “detrimental factor”. Selain itu, kebiasaan merokok yang dimiliki pasien menyebabkan proses penyembuhan berlangsung lebih lambat karena nikotin menginduksi vasokonstriksi pada jaringan periodontal dan mengakibatkan kerusakan DNA gingiva. Hal inilah yang menyebabkan penutupan akar penuh tidak dicapai pada perawatan ini meskipun hipersensitivitas gigi dapat terkoreksi. Tehnik tunneling dipilih pada kasus ini karena tunneling dapat menjaga suplai darah dari graft dan tehnik ini dapat mengadaptasi graft dengan baik pada sisi resipien. SCTG disertai coronally advanced flap merupakan gold standard dalam perawatan resesi gingiva. Hal ini disebabkan karena tehnik ini memiliki keberhasilan yang lebih tinggi daripada tehnik lainnya karena banyaknya suplai darah  yang diberikan pada jaringan donor sehingga kemungkinan terjadinya kematian donor lebih kecil dibandingkan free gingival graft (FGG). Eksperimen yang dilakukan oleh beberapa peneliti juga menunjukkan hasil perawatan resesi yang lebih baik jika perawatan menggunakan SCTG dibandingkan perawatan tanpa SCTG. Oleh karena itu, SCTG merupakan tehnik perawatan resesi gingiva dengan hasil yang cukup menjanjikan.

Penulis: Dr. Shafira Kurnia Supandi drg., Sp Perio (K); Okkinardo Arief, drg., Sp Perio

Informasi    detail    dari    tulisan    ini    dapat    dilihat    pada:http://produccioncientificaluz.org/index.php/opcion/article/view/31781

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).