Pengaruh Pelatihan Kesehatan Jiwa Caring & Spirituality Terhadap Komitmen dan Peran Kader

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Merah Putih

Kader kesehatan jiwa merupakan sekelompok individu yang berasal dari masyarakat itu sendiri dan memegang peranan penting dalam meningkatkan kesehatan jiwa dimasyarakat. Kader kesehatan jiwa mempunyai beberapa peran yang harus dijalankan yaitu deteksi dini keluarga, menggerakkan masyarakat, melakukan kunjungan rumah, melakukan rujukan dan pendokumentasian. Peran-peran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pendidikan, pekerjaan, usia, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi. Saat ini peran kader kesehatan jiwa di Kabupaten Tuban khususnya di Kecamatan Widang belum berjalan dengan baik, hal tersebut dikarenakan belum adanya pelatihan yang maksimal untuk para kader kesehatan jiwa. Pelatihan pada kader keswa hanya dilakukan pada awal sosialisasi pembentukan kader yang dilakukan pada bulan Oktober 2017. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 5 (100%) responden di Kecamatan Widang tentang peran kader bahwa 80% peran kader kesehatan jiwa belum optimal. Peran kader kesehatan jiwa lebih difokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan psikososial, oleh karena itu komitmen kader kesehatan jiwa menempati ruang tersendiri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Komitmen yang baik pada diri kader juga dibutuhkan agar peran kader dapat berjalan dengan optimal.

Upaya untuk membangun komitmen diri dalam suatu organisasi meliputi banyak hal, salah satunya yaitu caring. Unsur caring Swanson yang telah dikembangkan oleh Caroline terdiri dari compassion dan competence. Caring akan lebih terasa bila disertai adanya unsur spiritual, karena dalam dimensi spiritual terdapat unsur makna hidup yaitu menumbuhkan keinginan untuk meneladani orang lain dan mewariskan sesuatu yang bernilai tinggi bagi kehidupan.

Penelitian ini menggunakan jenis eksperimental, dengan tipe quasy experimental. Populasi dalam penelitian ini adalah kader yang ada di Desa Patihan dan Desa Ngadipuro Kecamatan Widang yang berjumlah 34 kader kelompok perlakuan (Desa Patihan) dan 30 kader kelompok kontrol (Desa Ngadipuro). Tehnik pengambilan sampel dengan simple random sampling dan didapatkan sampel pada kelompok perlakuan sejumlah 31 responden dan kelompok kontrol sejumlah 28 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pelatihan kesehatan jiwa caring dan spirituality (keswacarri), sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah komitmen dan peran kader kesehatan jiwa. Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner dan check list, serta bahan penelitian ini menggunakan modul pelatihan Keswacarri.

Penelitian ini dilakukan selama 4 hari pada akhir bulan maret sampai awal april di Desa Patihan (kelompok perlakuan) dan Desa Ngadipuro (kelompok kontrol) yang kedua tempat tersebut mempunyai demografi yang hampir sama, keduanya sama-sama daerah rawan banjir. Penelitian ini dilakukan selama 4 hari, hari pertama dan kedua adalah materi, hari ketiga kader melakukan deteksi dini dan presentasi hasil deteksi dini, selanjutnya pada hari keempat dilakukan road show dengan kelompok keluarga ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) dan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). 

Analisa data menggunakan uji mann whitney dan uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan α=<0,005. Hasil penelitian tentang komitmen kader dapat dinyatakan bahwa hampir seluruhnya komitmen kader kesehatan jiwa yang diberikan pelatihan kesehatan jiwa caring dan spirituality (keswacarri) memiliki komitmen baik sebanyak 28 responden (90%) dan hampir seluruhnya komitmen kader kesehatan jiwa yang tidak diberikan pelatihan kesehatan jiwa caring dan spirituality (keswacarri) memiliki komitmen baik sebanyak 25 responden (89%). Hal ini menunjukkan ada pengaruh antara pelatihan kesehatan jiwa caring dan spirituality (keswacarri) terhadap komitmen kader kesehatan jiwa. 

Hasil penelitian tentang peran kader kesehatan jiwa dapat dinyatakan bahwa hampir seluruhnya peran kader kesehatan jiwa yang diberikan pelatihan kesehatan jiwa caring dan spirituality (keswacarri) memiliki peran optimal sebanyak 28 responden (90%) dan seluruhnya peran kader kesehatan jiwa yang tidak diberikan pelatihan kesehatan jiwa caring dan spirituality (keswacarri) memiliki peran yang belum optimal sebanyak 28 responden (100%). Hasil tersebut menunjukkan ada pengaruh antara pelatihan kesehatan jiwa caring dan spirituality (keswacarri) terhadap peran kader kesehatan jiwa. Pelatihan kesehatan jiwa caring dan spirituality (keswacarri) memberikan dampak positif terhadap komitmen dan peran kader kesehatan jiwa sehingga diharapkan pelatihan keswacarri bisa digunakan sebagai panduan untuk melakukan pelatihan di Desa lain dalam upaya meningkatkan kesehatan jiwa di masyarakat. 

Penulis: Prof. Dr. Ah. Yusuf S., S.Kp., M.Kes
Hasil lengkap di; https://www.psychosocial.com/article/PR270958/19448/ 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).