Persepsi didefinisikan sebagai pengalaman seseorang dari fenomena dan bagaimana orang tersebut mengambil informasi yang berkaitan dengan fenomena itu. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal keperawatan, mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kewenangan dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan menjadi salah satu tolak ukur pelayanan di rumah sakit, karena perawat melakukan tugas terhadap klien secara langsung selama 24 jam di rumah sakit. Perawat yang bekerja dengan pasien kejiwaan mungkin dihadapkan dengan interaksi interpersonal yang intens, perubahan dinamis pada pasien, emosi labil, dan tekanan psikologis.
Kondisi mental pasien yang labil mengharuskan perawat untuk bersikap sabar dalam melakukan berbagai macam peranan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pasien. Perilaku pasien gangguan jiwa yang sulit diperediksikan dan berbahaya juga menuntut perawat untuk lebih berhati-hati dan waspada dalam memberikan perawatan. Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang dapat menyerang setiap 1% populasi dunia. Karakteristik unik pasien jiwa akan mempengaruhi pola pemberian asuhan keperawatan. Tugas perawat merawat pasien jiwa dapat mempengaruhi intelektual, emosional, dan lingkungan sosial keperawatan karena kualitas layanan keperawatan untuk pasien mental dipengaruhi oleh prasangka tentang penyakit mental oleh perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat selama perawatan pasien dengan skizofrenia.
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif, dilakukan terhadap perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan kuesioner sosiodemografi. Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah metode interpretasi data sembilan langkah Collaizi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga tema utama yaotu; 1) persepsi perawat tentang pasien skizofrenia, 2) respons emosional perawat selama merawat pasien skizofrenia, dan 3) keberhasilan proses perawatan mental.
Persepsi perawat tentang skizofrenia adalah bahwa orang awam masih menyebut skizofrenia merupakan gangguan mental atau gangguan kejiwaan. Skizofrenia adalah penyakit di mana kepribadian mengalami keretakan, alam pikir, perasaan, dan perbuatan individu terganggu. Pada orang normal, alam pikiran, perasaan, perbuatan ada kaitanya atau searah, tetapi pada pasien skizofrenia ketiga alam itu terputus, baik satu atau semuanya. Skizofrenia, orang awam menyebutnya “gila“, adalah sekelompok reaksi psikotis dengan ciri-ciri pengunduran diri dari kehidupan sosial, gangguan emosional, dan afektif yang kadang kala disertai halusinasi dan delusi serta tngkah laku yang negatif atau merusak.
Pengetahuan perawat tentang tanda dan gejala pada skizofrenia adalah pasie mengalami halusinasi, perilaku kekerasan, gangguan perilaku, organik dan non organik. Skizofrenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyatan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial.
Asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien diberikan oleh perawat sebagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan rumah sakit. Strategi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan jiwa dapat dilakukan dengan cara menetapkan kebijakan tentang kualitas, menetapkan standar pelayanan, mengimplementasikan standar, kemudian dilakukan akreditasi, selanjutnya dilakukan monitoring untuk mengukur keberhasilannya.
Pelaksanaan asuhan keperawatan didefinisikan sebagai kinerja dari pelayanan kesehatan yang memerlukan penerapan pengetahuan dan keterampilan keperawatan profesional. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan standar intervensi keperawatan. Standar intervensi keperawatan menjadi pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Secara umum, standar ini mencerminkan kinerja dari pemberi pelayanan keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari perawat sebagai anggotanya.
Menurut penjelasan partisipan bahwa tingkat kemaksimalan dari pasien skizofrenia itu belum maksimal, kurang maksimal, dan tidak maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh pasien yang masih belum mau untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, rasio jumlah pasien dan perawat tidak seimbang, serta komunikasi dengan pasien masih kurang maksimal sehingga pasien tidak tertangani dengan baik. Dalam penelitian ini ditemukan kesesuaian intervensi untuk pasien, tingkat keberhasilan, tingkat kemaksimalan, penting atau tidak untuk dilakukan perawatan, hambatan saat memberikan perawatan, dan bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut sehingga akan memunculkan gambaran untuk keberhasilan keperawatan jiwa. Ada 6 dari 7 partisipan mengatakan bahwa perawatan pasien skizofrenia sudah sesuai karena di rumah sakit sudah memiliki standard perawatan. (*)
Penulis: Ah Yusuf
Artikel secara lengkap dapat dilihat pada link berikut ini