UNAIR NEWS – Lebih dari 3 bulan masyarakat berkegiatan dari rumah, mulai bekerja hingga menimba ilmu. Meski demikian, tahun ajaran baru sudah menunggu. Rencana pembukaan kembali sekolah menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini. Tentu kebijakan pembukaan sekolah kembali itu dilakukan dengan penuh pertimbangan. Termasuk keharusan penerapan protokol kesehatan.
Dosen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) dr. Azimatul Karimah, Sp. KJ(K) menyampaikan pandangannya terkait wacana kebijakan new normal itu. Khususnya ia sampaikan dalam diskusi online yang diadakan Musculoskeletal Science Community for Medical Student (Meniscus) pada Sabtu (20/6/2020). Saat ini masyarakat, sebut dr Azimatul, tengah berada di tengah ketidakpastian dalam menghadapi pandemi.
“Kebijakan pemerintah ada beberapa daerah yang sudah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kemudian ada yang sudah dilonggarkan lalu memutuskan untuk melaksanakan PSBB kembali. Artinya, kita akan selalu berhadapan dengan ketidakpastian setiap hari. Akankah besok jumlah kasus menurun atau malah bertambah,” ungkapnya.
Meski selalu ada penambahan kasus positif setiap hari, pemerintah saat ini tengah mempersiapkan diri untuk menyambut era new normal atau era normal baru. Keadaan serta situasi saat ini yang mendorong masyarakat harus beradaptasi.
Agar dapat beradaptasi dengan baik, kebiasaan baru harus menjadi tatanan kehidupan baru yang dijalani masyarakat. Kesehatan dan keselamatan tetap harus menjadi prioritas utama saat era normal baru berjalan nanti.
“New normal ini sesuatu yang mendorong kita untuk beradaptasi. Bahwa dulu ada kenormalan yang dulu dan sekarang ada kenormalan yang baru. Artinya, ini akan sangat terkait dengan perilaku. Perlu diingat meski nanti new normal berjalan, tapi tetap healthy is priority,” ucapnya.
Saat ini persiapan tengah gencar dilakukan pemerintah untuk menghadapi era normal baru. Salah satunya, perihal mekanisme pembelajaran pada tahun ajaran baru nanti. Pembelajaran secara daring menjadi salah satu metode yang bisa diterapkan.
Akibatnya, orang tua juga harus turut andil dan berperan di dalamnya. Dalam hal itu, tentu orang tua harus meluangkan waktu, energi, dan perhatiannya kepada anak.
“Untuk orang tua, kita perlu menyiapkan waktu, energi. Termasuk kita mempelajari gadget atau software pendukung pembelajaran daring. Kita juga perlu menyisihkan perhatian untuk memantau perkembangan proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak kita,” ucapnya.
Pola perilaku baru dalam era new normal juga perlu ditanamkan kepada diri anak agar mereka bisa beradaptasi dengan baik. Orang tua punya peran penting dalam hal ini. Pertama, modelling.
“Orang tua ini adalah teladan bagi anak, jika kita meyuruh anak kita untuk memakai masker, maka sebagai orang tua kita harus memakai masker juga. Begitu juga dengan cuci tangan, orang tua harus jadi teladan yang baik untuk itu. Karena jika orang tua tidak bisa menjadi teladan yang baik maka perilaku anak tidak akan pernah terbentuk,” jelasnya.
Kedua adalah repetition. “Setiap kali kita para orang tua melakukan pengulangan, maka anak tidak memiliki keenganan untuk melakukan pengulangan. Pengulangan ini harus konsisten jika dilakukan di rumah, maka di sekolah atau tempat lain juga harus tetap dilakukan,” ujar Azimatul.
Ketiga, reinforcement. “Khusus untuk anak-anak, kita perlu reinforcement. Ada metode penguatan supaya anak tetap melakukan perilaku baru yang lebih sehat. Salah satunya, kita bisa memberikan reward, tapi tidak harus selalu materi. Kita bisa memberi anak reward stiker berwarna-warni. Satu perilaku, satu reward, satu stiker,” pungkasnya. (*)
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Feri Fenoria Rifa’i