Salah satu ikan kerapu hibrida yang telah dikembangkan bertujuan untuk memperoleh kualitas benih unggul adalah Kerapu Cantang Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus (E. fuscoguttatus x E.lanceolatus). Kerapu Cantang adalah ikan hibrida antara kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan. Karakteristik morfologi kerapu Cantang mirip dengan spesies induknya, tetapi lebih baik pertumbuhan. Selain itu, kerapu Cantang memiliki kelebihan lain, yaitu daya tahan penyakit yang tinggi, lebih baik toleransi terhadap lingkungan dan dapat menyebar pada kepadatan tinggi. Selain memiliki manfaat, potensi kerapu Cantang telah meningkatkan produksi dari tahun ke tahun. Data statistik KKP menyatakan bahwa pada 2015 produksi ikan kerapu mencapai 335,4 ton, pada 2016 646,06 ton, dan pada 2017 mencapai 742,96 ton.
Berbagai macam kendala dalam budidaya kerapu yang perlu pemantauan serius termasuk airserangan kualitas dan penyakit. Penyakit ini dapat menginfeksi kedua kerapu yang disimpan di keramba jaring apung(KJA) atau di kolam pemeliharaan. Umumnya kendala yang sering muncul pada budidaya ikan di tambak hanyaserangan penyakit dan penurunan kualitas air. Hal Ini disebabkan berkurangnya air berkualitas akan selalu diikuti oleh peningkatan patogenitas patogen, sehingga mereka dapat menginfeksi ikan yang dipelihara, manajemen kualitas air buruk dalam pemeliharaan ikan dikolam, akan menyebabkan penumpukan bahan organik di dasar kolam. Ini akan menyebabkan penurunan kualitas air dan mendukung pertumbuhan bakteri yang menyebabkan penyakit pada ikan. Selain itu juga akan menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut dan menyebabkan pembusukan. Kondisi seperti ituakan menyebabkan ikan menjadi stres, yang akan rentan terhadap penyakit
Salah satu indikasi bahwa ikan stres adalah peningkatan gula darah akibat sekresi hormon dari kelenjar adrenal, ritme pernapasan meningkat, dan respon inflamasi akan berkurang hormon dari kelenjar adrenalin. Ketika ikan stres akan mengalami respons primer dan sekunder, di mana peningkatan glukosa darah adalah respons utama ikanyang mengalami stres setelah respons sekunder, yaitu peningkatan jumlah stres hormon seperti kortisol dan katekolamin. Ikan yang tertekan akan mengalami gangguan pertumbuhan, produktivitas, mekanisme homeostatis dalam tubuh, dan penurunan daya tahan, membuatnya rentan terhadap penyakit, baik yang disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur atau virus.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian korelasi antara darah ikan kadar glukosa dan infeksi endoparasit pada Kerapu Cantang (E. fuscoguttatus x E. lanceolatus).Ini akan digunakan sebagai informasi ilmiah tentang endoparasit yang menyerang kerapu. Informasi dapatdigunakan sebagai pemilihan komoditas kerapu oleh petani sehingga dapat meminimalkan kerugian akibat endoparasit infeksi.
Penulis : Gunanti Mahasri
Informasi lebih detail dari penelitian ini dapat ditemukan pada jurnal ilmiah pada link berikut ini: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012094