Ikan mas adalah salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang paling banyak dibudidayakan petani baik budidaya pembenihan, pembesaran dikolam perkarangan ataupun air deras. Sebagai ikan yang cukup digemari oleh masyarakat, maka peningkatan produksi budidaya ikan mas mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi ikan mas tersebut diatas, dikarenakan penggunaan teknologi budidaya secara intensif, baik itu pada media kolam, karamba jarring apung hingga pada kolam terpal. Penerapan budidaya intensif dilakukan dengan memaksimalkan padat tebar yang tinggi. Namun, disisi yang lain system budidaya intensif juga beimplikasi negative berupa terganggunya kesehatan ikan yang dipelihara.
Budidaya intensif dengan menggunakan padat penebaran dan dosis pakan yang tinggi, maka akan berdampak pada menurunnya kualitas air budidaya dikarenakan semakin bertambahnya tingkat buangan dari sisa pakan dan kotoran (feses). Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan sehingga pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan terhenti karena telah mencapai titik carrying capacity (daya dukung lingkungan). Untuk memperoleh hasil yang optimal, peningkatan kepadatan harus juga diikuti dengan peningkatan carrying capacity. Selain itu, tingginya padat tebar dan pakan yang digunakan menjadi pendorong bagi timbulnya penyakit akibat menurunnya kualitas air karena timbunan bahan organik dari sisa pakan maupun ekskresi ikan. Sementara itu ikan menjadi stress sehingga rentan terhadap serangan penyakit, khususnya penyakit infeksi seperti yang disebabkan oleh bakteri maupun virus.
Upaya pencegahan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan menggunakan vaksin dan antibiotik. Namun demikian, vaksin bersifat spesifik yaitu efektif terhadap patogen tertentu. Vaksin juga belum banyak tersedia, dan walaupun sudah ada harganya cukup mahal. Antibiotik sudah lama digunakan dalam pengobatan penyakit ikan. Namun saat ini telah ditemukan bahwa penggunaan antibiotik secara berkelanjutan dan bahan–bahan kemoterapi lainnya dapat menyebabkan resistensi mikroorganisme patogen serta terakumulasi pada ikan dan lingkungannya. Upaya pencegahan lain dapat dilakukan dengan menggunakan imunostimulan. Raa (2000) menyatakan imunostimulan merupakan suatu bahan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan non spesifik ikan, dan merupakan alternatif bagi penggunaan bahan kimia atau obat – obatan.
Salah satu bahan alami yang dapat meningkatkan respon imun non spesifik dan pertumbuhan ikan adalah bubuk bawang putih, bawang putih adalah salah satu tanaman alami yang mengandung bahan – bahan aktif seperti senyawa sulfur : aliin, allicin, disulfida, trisulsida; Enzim seperti : Alinase, perinase; asam amino seperti arginin dan mineral seperti selenium. Allicin merupakan salah satu zat aktif yang dapat membunuh patogen (bersifat antibakteri) seperti bakteri Aeromonas. Sedangkan aliin yang terkandung dalam bawah putih secara signifikan dapat meningkatkan sistem imun ikan, sehingga bawang putih dapat digunakan sebagai imunostimulan yang efesien. Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan bubuk bawang putih (Allium sativum) dengan dosis berbeda sebagai imunostimulan untuk meningkatkan respon imun non spesifik pada ikan mas (Cyprinus carpio L).
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September – Oktober 2018 bertempat di UPT-BAT Punten, Kota Batu. Pengamatan sampel di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen. Penambahan bawang putih dalam penelitian ini adalah: perlakuan A (0 g/kg pakan), perlakuan B (5 g/kg pakan), perlakuan C (10 g/kg pakan), perlakuan D (15 g/kg pakan) , Perlakuan E (20 g/kg pakan) dan Perlakuan F (25 g/kg pakan). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter utama yang diamati yaitu peningkatan respon imun non spesifik meliputi total leukosit dan aktivitas fagositosis serta ditambah dengan parameter pertumbuhan mutlak. Sebagai data penunjang juga dilakukan pengukuran kualitas air.
Penulis : Wahyu Isroni
Informasi lebih detail dari penelitian ini dapat ditemukan pada jurnal ilmiah pada link berikut ini: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/493/1/012015