UNAIR NEWS – Universitas Airlangga terus berupaya meningkatkan peranannya di tingkat global, memberikan kontribusi yang membangun melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat luas. Salah satu upaya Universitas Airlangga untuk meningkatkan global recognition adalah bekerja sama dengan berbagai institusi kelas dunia seperti AppliedHE Pte Ltd, sebuah organisasi yang bergerak di bidang komunikasi riset dan strategis untuk perekrutan lulusan sektor pendidikan tinggi.
UNAIR mensponsori sebuah event webinar internasional AppliedHE Squaring the Circle Debate dengan tema “The Covid-19 Pandemic Changes Everything in Global Higher Education.” Dalam kegiatan ini, City University of Hongkong juga terlibat sebagai Co-Host.
Webinar tersebut dilaksanakan dalam format debat yang dimoderatori oleh Dr Kevin Downing dari Institutional Research Office, City University of Hong Kong. Mosi yang digunakan dalam debat daring ini sama dengan tema yang diangkat, yaitu “Pandemi Covid-19 Mengubah Semua Hal di Pendidikan Tinggi dunia”.
Webinar ini terbuka untuk komunitas akademisi dan masyarakat umum. Ada dua pembicara dari tiap kubu yang saling berhadapan dalam forum yang diadakan via Zoom Rabu malam (10/6/2020) pukul 9 malam waktu Singapura atau pukul 8 malam WIB. Prof Nigel Healey, Professor of International Higher Education and Associate Vice-President (Global Engagement) dari University of Limerick, Irlandia dan Professor Sally Chan, Pro Vice-Chancellor University of Newcastle, Singapura, menjadi pembicara dari kubu yang mendukung mosi tersebut. Sedangkan dari kubu yang melawan mosi diwakili oleh Ms Charlene Allen dari The IC Global Foundation, Inggris dan Mrs Winnie Eley, anggota kehormatan dari Association of British Chinese Professors, Inggris.
Acara debat online itu dibuka oleh Mandy Mok, pendiri dan CEO AppliedHE, dengan memperkenalkan organisasinya yang belum lama berdiri. Acara debat itu sendiri merupakan yang pertama kali diadakan oleh AppliedHE dan Mandy menyampaikan terima kasih kepada City University of Hong Kong dan Universitas Airlangga sebagai sponsor dari kegiatan tersebut.
Moderator debat Dr. Kevin Downing, menjelaskan mosi debat dan tata cara debat kepada pembicara dan memberikan kesempatan mereka menyampaikan argumennya. Sebelum dimulai, moderator juga mengadakan poling yang ditujukan kepada panelis dan peserta yang menyaksikan debat, apakah mereka setuju atau tidak dengan pernyataan “Pandemi Covid-19 Mengubah Semua Hal di Pendidikan Tinggi dunia.” Hasilnya menunjukkan 81% suara setuju dan 19% tidak setuju.
Professor Sally Chan menyampaikan argumennya sebagai pembicara pertama yang setuju dengan mosi tersebut dengan menjelaskan dampak dari Covid-19 dari aspek ekonomi dan finansial, juga dari pendidikan daring yang semakin meningkat penggunaannya.
“Dalam jangka pendek, pendidikan daring yang diterapkan bisa menjadi solusi awal dalam situasi ini. Namun, setelah akademisi dan mahasiswa menggunakan teknologi tersebut, muncul kesadaran bahwa kestabilan ini sangat penting untuk kelangsungan pendidikan. Beberapa kerja sama universitas dengan perusahaan pendidikan daring akan terus berlanjut setelah pandemi,” ulas Sally.
Charlene Allen tidak setuju dengan mosi karena saat manusia mulai mengenali Covid-19, vaksin akan ditemukan, pembatasan dan larangan pembatasan akan dihentikan dan hidup akan kembali seperti semula.
“Semua akan kembali ke pendidikan yang fundamental karena hal ini tidak mengubah segalanya, hanya mempercepat yang sudah ada, yang sedang terjadi, yang akan terjadi,” tegas Charlene.
Prof Nigel Healey berargumen bahwa skala dari krisis yang tidak terduga ini sangat besar. Krisis yang lain seperti MERS atau SARS tidak terlalu mempengaruhi mobilitas komunitas akademisi. Menurutnya, dampak Covid-19 skalanya sangat berbeda.
“Covid-19 berdampak pada setiap negara dan wilayah regional secara bersamaan, hanya dalam beberapa minggu. Hal ini juga diikuti oleh efek kejut yang negatif, yang membuat universitas di Australia, Britania Raya, dan negara lain tidak menarik untuk jadi tujuan belajar. Karena hal ini dipengaruhi oleh bagaimana negara tersebut menangani krisis yang terjadi. Pada saat yang sama, hal ini juga menghantam aspek ekonomi dan mendorong terjadinya resesi global,” jelas Nigel.
Winnie Eley mempertegas bahwa Covid-19 tidak mengubah seluruh aspek tentang institusi pendidikan tinggi secara global. Dia menggarisbawahi bahwa pendidikan tinggi merupakan kumpulan orang yang berusaha untuk mendapatkan tempatnya untuk bisa belajar, bekerja, lulus, memimpin, mengelola dan memerintah. Dia juga menekankan bahwa mengajar merupakan suatu kehormatan dan akan selalu menjadi bagian penting dalam pendidikan.
“Mengajar, untuk meningkatkan proses belajar siswa adalah aktivitas utama di pendidikan global. Sebuah survey menjunjukkan 10 dari 10 institusi sebelum saya hadir di acara debat ini menyatakan bahwa teaching itu sendiri masih menjadi sebuah pekerjaan yang masih dipakai di universitas dan proses perencanaan keuangan,” ucapnya.
Diakhir debat, moderator kembali mengulang poling tentang mosi yang disampaikan dan terjadi perubahan hasil poling. Dari 87 peserta, 56% setuju bahwa Covid-19 mengubah segalanya tentang pendidikan tinggi global dan 44% tidak setuju. (*)
Penulis: Andi Pramono
Editor: Binti Q. Masruroh