Maloklusi skeletal kelas III adalah salah satu masalah dan kasus tersulit yang dihadapi oleh dokter gigi. Estetika selalu menjadi keluhan utama pada pasien dengan maloklusi kelas III. Maloklusi skeletal kelas III disebabkan oleh pertumbuhan maksila, pertumbuhan mandibula yang berlebihan, atau kombinasi keduanya. Prevalensi tertinggi maloklusi kelas III dalam populasi Asia Timur 16,59% dan Asia Tenggara (termasuk etnis Jawa) 15,69%. Pasien dengan maloklusi kelas III, hubungan molar pertama rahang bawah lebih mesial daripada normal, kadang-kadang juga disertai dengan ketidakcocokan lebar lengkungan rahang atas dan bawah. Semakin tua tingkat maloklusi yang semakin parah.
Selama fase pertumbuhan dentoskeletal, secara unilateral penurunan ketinggian vertikal menyebabkan posisi mandibula menyimpang ke arah yang sama. Hal ini menghasilkan perpindahan lateral condilar selama gerakan fungsional, termasuk membuka dan menutup mulut. Perbedaan kontralateral dalam dimensi vertikal dapat menghasilkan ketidakseimbangan otot pengunyah yang menyebabkan asimetri mandibula dan gangguan sendi temporomandibular.
Pasien dengan maloklusi kelas III memiliki pola wajah yang berbeda tergantung pada kecenderungan bidang oklusal. Manipulasi bidang oklusal memegang peranan penting ntuk mendapatkan hasil perawatan yang lebih baik. Bidang oklusal sangat penting dalam sistem dentofasial stomatognatik dan estetika. Bentuk dan kemiringan (morfologi dan kemiringan) bidang oklusal memiliki kecenderungan individu. Kecenderungan bidang oklusal merupakan faktor penting dalam oklusi statis dan oklusi dinamis dalam kaitannya dengan gerakan pengunyahan. Sudut bidang oklusal juga mempengaruhi senyum terutama pada lengkung gigi insisivus dari gigi seri rahang atas dan ujung gigi taring. Kemiringan pada bidang oklusal menjadi parameter penting untuk mendapatkan hubungan orofasial yang harmonis.
Penggunaan piranti ortodontik seperti reverse headgear, chincap, dan piranti ortodonti fungsional yang digunakan sejak dini dapat mencegah keparahan maloklusi. Tetapi dalam beberapa kasus pasien yang telah melewati fase percepatan pertumbuhan kurang memuaskan. Sehingga diperlukan terapi lebih lanjut dalam bentuk kamuflase ortodontik atau bahkan ortodontik bedah. Dalam kasus maloklusi kelas III perbatasan, hasil bedah lebih banyak memberikan hasil yang baik dan stabil, tetapi karena alasan ekonomi, psikologi dan faktor risiko besar, pembedahan kurang diterima oleh publik. Saat ini penggunaan implan mini ortodontik atau temporary anchorage device (TAD) meningkat secara dramatis. Manfaat menggunakan TAD dapat memberikan penahan absolut, memfasilitasi perawatan dan mengurangi keluhan dari pasien.
Koreksi ortodontik kamuflase menggunakan elastis kelas III, sudut bidang oklusal akan menurun dan jumlah Witt akan meningkat, rotasi mandibula turun dan kembali. Pada kelas III maloklusi tipe wajah dengan bidang oklusal rendah rotasi searah jarum jam dari mandibula akan sangat bermanfaat tetapi tidak pada tipe wajah bidang oklusal tinggi, oleh karena itu penahan yang optimal sangat diperlukan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, perawatan ortodontik kamuflase membuat kemajuan pesat. Sehingga paradigma telah bergeser, yang sebelumnya harus menggunakan bedah ortodontik, sekarang beberapa kondisi dapat diperbaiki dengan kamuflase ortodonsi. Untuk alasan ini, strategi dalam menetapkan diagnosis, prognosis, dan rencana perawatan menjadi lebih kompleks, sehingga analisis yang lebih komprehensif dari kecenderungan bidang oklusal sebagai parameter diagnosis diperlukan untuk perawatan yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kecenderungan bidang oklusal antara kelas III dan kelas I maloklusi dan untuk mengetahui hubungan kecenderungan bidang oklusal di kelas III maloklusi dengan arah pertumbuhan wajah.
Ada perbedaan antara maloklusi kelas I dan kelas III. Signifikansi dalam penelitian ini untuk sudut OPSN dan sudut OP-GoGn. Tidak ada perbedaan antara kelompok maloklusi kelas I dan kelas III. Signifikansi untuk sudut OP-FH dan OP-AB yang berarti bahwa ada perbedaan antara kelompok maloklusi kelas I dan kelas III.
Sudut OP-AB memainkan peran penting dalam menentukan diagnosis maloklusi kelas III. Sudut OP-AB adalah parameter yang dapat membedakan antara kelas III dengan maloklusi kelas I. Sudut OP-AB memiliki korelasi kuat dengan arah pertumbuhan vertikal dan horizontal.
Penulis: I Gusti Aju Wahju Ardani
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di