Surabaya merupakan kota pusat perekonomian di Indonesia timur. Selain tersohor sebagai kota pahlawan, Surabaya juga dikenal sebagai kota perdagangan. Ada banyak jenis usaha di ibukota propinsi Jawa Timur ini, salah satunya bisnis makanan minuman atau kuliner. Sektor usaha kuliner di Jawa Timur mengalami pertumbuhan yang menggembirakan, yaitu lebih dari 20% pada tahun 2019, hal ini sejalan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern. Ini ditandai salah satunya dengan bermunculannya kafe dan restoran di Surabaya dan sekitarnya. Secara lebih khusus, tren pertumbuhan industri kafe dan restoran kebanyakan bergerak di bidang kopi terutama kopi lifestyle.
Salah satu bahan baku dalam usaha kuliner adalah gula pasir. Ternyata ada beberapa pertimbangan mengapa para pelaku usaha kuliner memilih gula pasir tertentu sebagai pemanis dalam olahannya. Yang paling utama menurut para pelaku bisnis ini adalah rasa gula pasirnya. Rasa menjadi faktor penting yang dijadikan pertimbangan mereka dalam melakukan pembelian produk gula.
Rasa adalah bentuk evaluasi kualitas gula yang sesuai dengan pilihan mereka. Evaluasi terhadap rasa menentukan keputusan pembelian berikutnya. Ini menunjukan bahwa konsumen yang tidak puas terhadap rasa suatu produk akan kecewa dan tidak akan membeli produk tersebut kembali, sedangkan konsumen yang puas akan melakukan pembelian terus-menerus.
Faktor kedua yang menjadi pertimbangan pelaku usaha bisnis kuliner memilih gula pasir adalah faktor kesehatan. Faktor ini menjadi faktor pertimbangan dalam membeli produk gula. Konsumen akan membeli produk yang sesuai dengan preferensinya, di mana mereka tidak sekedar mencari produk dengan mempertimbangkan mana yang paling ekonomis jika hal itu membahayakan kesehatan, misalnya pemanis buatan.
Para pelaku industri kuliner menjadikan kesehatan sebagai faktor pertimbangan karena hal ini sebagai tolok ukur kualitas produk. Mereka dalam melakukan pembelian produk gula rela untuk mengeluarkan uang lebih untuk memperoleh produk dengan rasa enak dan kualitas produk yang baik. Jadi pada atribut preferensi kesehatan, konsumen cenderung memilih bahan gula orisinil, yaitu tebu.
Faktor ketiga yang menjadi pertimbangan pelaku usaha bisnis kuliner memilih gula pasir adalah harga. Harga menjadi salah atribut pertimbangan mereka dalam membeli produk gula, di mana konsumen akan mencari produk dengan mempertimbangkan mana yang paling ekonomis. Konsumen menjadikan harga sebagai faktor pertimbangan karena konsumen melihat harga sebagai tolok ukur kualitas produk. Mereka rela untuk mengeluarkan uang lebih untuk memperoleh produk dengan rasa enak dan kualitas produk yang baik. Jadi pada atribut preferensi harga, konsumen cenderung memilih harga yang sebanding dengan kualitas produk.
Selanjutnya faktor keempat adalah warna. Faktor ini menjadi pertimbangan pelaku bisnis kuliner dalam melakukan pembelian produk gula. Warna menjadi salah satu faktor yang penting, yang mempengaruhi keputusan pembelian gula, sehingga mereka cenderung memilih warna gula bersih meskipun tidak berasal dari merk yang terkenal.
Faktor kelima yang menjadi pertimbangan pelaku usaha bisnis kuliner memilih gula pasir adalah teksturnya. Tekstur gula menjadi pertimbangan mereka dalam melakukan pembelian produk gula. Tekstur gula yang menjadi salah satu pertimbangan dalam membeli gula, adalah tekstur yang lembut.
Faktor terakhir yang menjadi pertimbangan pelaku usaha bisnis kuliner memilih gula pasir adalah aroma. Aroma menjadi salah satu faktor penting yang dijadikan pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian produk gula. Menurut mereka, aroma yang gula yang netral dipandang bahwa itu menunjukkan gula tersebut dari bahan yang alami.
Simpulan dari uraian ini adalah atribut yang paling penting dalam mempengaruhi preferensi para pelaku bisnis kuliner atau UMKM makanana dan minuman dalam memilih produk gula berturut-turut adalah rasa manis, kesehatan (bahan gula alami), harga sesuai dengan kualitas produk, penampakan fisik berupa warna dan merk gula, tekstur gula berupa butiran lembut, dan aroma gula netral. Keenam atribut preferensi tersebut memudahkan para pelaku bisnis kuliner dalam menentukan keputusan pembelian suatu produk dalam hal ini gula pasir sebagai bahan baku bisnis kuliner, juga hal ini mempengaruhi keputusan pembelian selanjutnya. (*)
Penulis: Irham Zaki
Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link berikut ini:
https://www.ijicc.net/index.php/volume-10-2019/151-vol-10-iss-12