Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa suhu adalah salah satu faktor lingkungan penting yang dapat mempengaruhi perkembangan embrio organisme, termasuk organisme akuatik seperti spesies ikan. Pada suhu inkubasi yang ekstrim, perkembangan embrio spesies ikan dapat lambat atau terlalu cepat. Suhu ekstrim pada inkubasi embrio ikan juga dapat mengakibatkan embrio ikan mudah rusak dan mati. Meskipun, masing-masing spesies ikan juga memiliki toleransi terhadap suhu inkubasi yang berbeda.
Berdasarkan penelitian kami yang lain, perlakuan lama heat shock pada 40ºCdan umur embrio pada ikan wader yang berbeda mempengaruhi lama waktu masing-masing stadia perkembangan embrio ikan wader, mulai stadia pembelahan (cleavage), morula, blastula, gastrula, dan embriogenesis, kecuali lama waktu penetasan atau hatching embrio ikan yang relatif sama, yaitu berkisar antara 20,7 jam hingga 22,9 jam setelah fertilisasi. Meskipun relatif sama waktu penetasannya, apakah berpengaruh terhadap persentase penetasan atau hatching rate embrio ikan wader? Pertanyaan tersebut yang mendasari kami melakukan penelitian lanjutannya untuk mendapatkan informasidan data yang lebih lengkap terkait pengaruh heat shock.
Penelitian ini menggunakan embrio ikan wader yang sama sebagaimana penelitian kami lainnya. Suhu air yang digunakan untuk perlakuan heat shockjuga sama, yaitu 40ºC sebagaimana seperti halnya beberapa studi sebelumnya pada kelompok ikan Cyprinid. Lama heat shock dana umur embrio ikan wader yang digunakan sebagai perlakuan juga sama seperti penelitian sebelumnya, yaitu masing-masing 1; 1,5, dan 2 menit pada umur embrio 3, 4, dan 5 menit setelah fertilisasi (msf). Persentase fertilisasi atau fertilization rate juga seragam sebagaimana penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, parameter yang diamati dan dibandingkan adalah persentase penetasan (hatching rate) embrio ikan wader, persentase abnormalitas (abnormality rate) embrio yang menetas (larva), lama waktu penyerapan kantung kuning telur (yolk sac), dan kelangsungan hidup larva ikan wader.
Berdasarkan hasil penelitian lanjutan ini menunjukkan bahwa perlakuan heat shock 40ºC dengan lama heat shock dan umur embrio yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap persentase penetasan embrio ikan wader serta persentase abnormalitas, lama waktu penyerapan kantung kuning telur (yolk sac), dan kelangsungan hidup larva ikan wader. Semakin lama perlakuan heat shock menyebabkan penurunan persentase penetasan embrio ikan wader. Artinya, meskipun lama waktu penetasan tidak terpengaruh (cenderung sama), tetapi mempengaruhi daya hidup embrio ikan wader. Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa heat shock pada suhu ekstrim dapat mengakibatkan kematian embrio dan mempengaruhi penetasannya. Hal ini juga didukung oleh fakta yang menunjukkan bahwa semakin lama perlakuan heat shockmenyebabkan tingginya persentase abnormalitas embrio ikan wader yang berhasil menetas (larva).
Secara umum, perlakuan heat shock pada embrio ikan tidak berpengaruh secara langsung terhadap penyerapan cadangan pakan di kantung kuning telur atau yolk sac dan kelangsungan hidup larva ikan, khususnya ikan wader. Performa larva umumnya akan dipengaruhi oleh suhu lingkungan dimana larva ikan tersebut hidup atau dipelihara. Hal ini juga terlihat pada hasil penelitian ini. Detail informasi dan analisis data hasil penelitian ini dapat dilihat pada artikel yang kami publikasikan sebagaimana referensi.
Penulis: Akhmad Taufiq Mukti
Referensi: Mukti AT, Ahmadi M, Widjiati, and Luqman EM. 2020. The different effects of heat shock duration and initial periodon hatching rate, abnormality rate, egg yolk absorption, andsurvival rate of spotted barb (Puntius binotatus) larvae. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science,441: 012085 https://doi.org/10.1088/1755-1315/441/1/012085.