Super Efisiensi dan Analisis Sensitivitas Dea di Perbankan Syariah Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh kompasiana com

Saat ini Perbankan Syariah terus berkembang di Indonesia, terbukti aset perbankan syariah serta dana pihak ketiga terus meningkat. Hal ini merupakan bentuk kepercayaan masyarakat terhadap prinsip bagi hasil yang diterapkan oleh perbankan syariah. Dengan market share bank syariah sekitar 6% dan potensinya yang cukup besar, maka bank konvensional memperluas sayapnya dengan membuka unit usaha syariah. Sampai saat ini terdapat 22 unit usaha syariah ada di Indonesia. Seharusnya kondisi ini harus menjadi sorotan para peneliti karena karakteristik bank syariah berbeda dengan bank konvensional.

Perbedaan prinsip dasar antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional menjadi modal penting atas keberadaan bank syariah di Indonesia mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Penelitian yang dilakukan oleh (Nurfalah etal, 2018) menyatakan bahwa perbankan syariah relatif lebih stabil dibandingkan dengan perbankan konvensional dalam menghadapi shock baik dari internal maupun eksternal. Hal ini menjadi temuan menarik yang perlu dibuktikan melalui berbagai riset di masa mendatang.

Bank syariah memiliki tujuan untuk membantu pihak yang membutuhkan pertolongan terutama bagi masyarakat yang membutuhkan usaha. Bank syariah juga selalu memperhatikan fakir miskin, pendidikan dan social lainnya sebagai bentuk pengaplikasian syariah Islam bahwa berbisnis bukanlah segalanya melainkan harus selalu memperhatikan lingkungan sekitar. Karena bank syariah tidak hanya memprioritaskan keuntungan komersialnya namun harus menjalankan aktivitas non komersialnya, hal ini menyebabkan tingginya biaya dan tentunya akan menurunkan tingkat efisiensi dibanding bank konvensional. Bahkan dengan kemajuan teknologi saat ini yang sangat cepat berdampak pada meningkatnya persaingan sehingga biaya yang dikeluarkan akan terus bertambah, pada akhirnya akan mengganggu efisiensi. Di sisi lain jika bank syariah tidak peka terhadap teknologi maka akan kalah dalam persaingan usahanya. Sehingga dalam jangka panjang pengeluaran biaya yang terus-menerus itu akan mengganggu kontinuitas dan likuiditas bank syariah.

Sebagai lembaga intermediasi, bank syariah harus mampu mengalokasikan dana yang terkumpul dari pihak ketiga berupa penyaluran pembiayaannya ke dalam sektor yang lebih produktif secara optimal agar dihasilkan output yang maksimal pula. Dengan demikian akan tercipta efisiensi. Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi teknis, yaitu memaksimalkan output dengan biaya yang ada. Suatu perusahaan dikatakan efisien secara teknis jika dapat menghasilkan lebih banyak output dengan menggunakan jumlah masukan tertentu dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Beberapa studi terdahulu terkait kerangka pengukuran performa bank syariah dikaitkan dengan konsep efisiensi telah dilakukan penulis. Yang pertama menggunakan adalah Maslahah Efficiency Quadrant atau MEQ (2018). Kedua adalah

kerangka pengukuran efisiensi dan stabilitas bank syariah dalam satu framework (2018). Terakhir adalah pengukuran tingkat produktivitas bank syariah dari sisi perubahan tingkat efisiensi (EFFCH) dan tingkat perubahan penggunaan teknologi atau technological change (TECH) yang berdampak pada produktivitas.

Metode yang paling banyak digunakan dalam pengukuran efisiensi adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Namun, Terdapat kekurangan model DEA dasar yaitu adanya kesulitan menentukan peringkat terbaik dari Decision Making Unit (DMU) manakala terdapat beberapa unit DMU yang sama-sama bernilai 1. Anderson dan Petersen (1993) kemudian memperkenalkan konsep super efisiensi. Konsep dasar dari super efisiensi adalah membiarkan adanya efisiensi DMU yang diamati lebih besar dari 1 atau 100%. Super efisiensi sebenarnya merupakan suatu ukuran kekuatan unit-unit yang efisien yang digunakan untuk meranking unit DMU yang menjadi objek observasi. Dalam penelitian ini, bank umum syariah di Indonesia dijadikan sebagai objek studi. Setelah dihitung super efisiensi, selanjutnya penelitian akan mencoba mengukur tingkat pengaruh masingmasing variabel terhadap nilai efisiensi relatifnya melalui analisis sensitivitas.

Dalam penelitian ini, bank syariah di Indonesia digunakan sebagai objek studi. Setelah menghitung efisiensi super, maka penelitian akan mengukur tingkat pengaruh masing-masing variabel terhadap nilai efisiensi relatif melalui analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam efisiensi super nilai tertinggi dimiliki oleh bank BSM pada 2016 dengan nilai efisiensi relatif dari 1.351, diikuti oleh Bank Mega Syariah 2016 dengan 1.202 dan BMI 2016 dari 1.175. Untuk analisis sensitivitas, nilai efisiensi bank syariah sangat sensitif terhadap nilai variabel output, terutama variabel pendapatan operasional.

Berdasarkan pengukuran sensitivitas yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa nilai efisiensi relatif cukup sensitif terhadap nilai variabel input biaya personalia (X2) dan biaya adminsitrasi & umum (X3). Sementara itu, nilai efisiensi dapat dikatakan sangat sensitif terhadap variabel dana pihak ketiga (X1). Di sisi lain, jika salah satu variabel output diabaikan, baik variabel total pembiayaan (Y1) maupun pendapatan operasional (Y2), maka akan terjadi pengaruh yang besar terhadap nilai efisiensi. Maka, dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi DMU dalam hal ini bank umum syariah (BUS) sangat sensitif terhadap nilai variabel output, terutama variabel pendapatan operasional.

Penulis: Aam Slamet Rusydiana, dan Fatin Fadhilah Hasib
Link terkait tulisan di atas: SUPER EFISIENSI DAN ANALISIS SENSITIVITAS DEA: APLIKASI PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/amwaluna/article/view/5251

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).