Melalui teknologi informasi, triliunan byte data dibuat setiap hari dari berbagai sumber, seperti dari science experiments, social media, social network activities, video controls, smart grids, telecomunications data, and surveillance systems, sensor systems, and daily business and financial transactions. Lautan data ini mengarah ke satu terminologi Big Data. Data memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan strategis. Oleh karena itu, mereka yang mampu memproses dan menggunakan data yang tersedia dalam volume besar, variasi, kecepatan dan kecepatan data tinggi, dapat mengambil keuntungan besar. Namun, dalam penarapan Big Data masih belum begitu populer di Indonesia. Sejauh ini, tiga sektor bisnis pengguna Big Data di Indonesia adalah sektor telekomunikasi, perbankan, dan pemerintah.
Teknologi Big Data sebenarnya dapat digunakan oleh banyak pihak, baik perusahaan besar, usaha kecil dan menengah, dan pemerintah. Meskipun menggunakan Big Data adalah rumit dan mahal, bahkan UKM dengan modal kecil dapat menggunakannya untuk mengetahui tujuan bisnis mereka sehingga dapat memfasilitasi proses pengumpulan data yang diperlukan, untuk mendapatkan manfaat lebih besar dari investasi yang dikeluarkan.Beberapa manfaat Big Data yang telah diterima secara khusus untuk dunia bisnis dirilis untuk mengetahui tanggapan masyarakat umum terhadap barang yang dikeluarkan melalui analisis sentimen di media sosial, membantu perusahaan mengambil data secara akurat dan akurat, membantu meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan, untuk perencanaan bisnis dengan perusahaan, seperti perusahaan telekomunikasi dan perbankan, dan mengetahui tren pasar dan keinginan konsumen.
Selain berguna untuk analisis bisnis, teknologi Big Data dapat digunakan secara luas di pemerintah dan perusahaan. Beberapa peluang untuk menggunakan data besar dalam merangkul sektor publik untuk mendesak umpan balik dan respons publik dari sistem informasi layanan pemerintah serta dari media sosial, sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan dan meningkatkan layanan publik, mencari solusi untuk pertanyaan dalam data, misalnya dengan menganalisis informasi tentang harga dan kesuburan tanah, pemerintah dapat meminta atau memanggil jenis-jenis tanaman yang ditanam oleh petani selama ruang dan waktu yang pasti, dan membantu dalam manajemen dan pengawasan keuangan negara.
Mengunggah manfaat besar yang dapat ditawarkan tren teknologi Big Data, khususnya di sektor publik, menarik untuk mengalokasikan di mana teknologi Big Data telah digunakan di berbagai lembaga pemerintah di Indonesia, dan mendorong apa pun yang muncul dalam penerapannya. Penerapan teknologi Big Data di institusi dapat dilihat dari fungsi-fungsi yang sudah tersedia dalam infrastruktur TI, sehingga dapat digunakan untuk terhubung dengan aplikasi mobile, sosial, dan Big Data-Analytic. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengukur penerapanimplementasi Big Data di beberapa organisasi. Salah satunya adalah penelitian ‘Big Data Survey’, yang dilakukan oleh Capgemini Consulting pada 2014 kepada 226 pemimpin perusahaan / organisasi global di Eropa, Amerika Utara, dan Asia-Pasifik. Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar (35%) dari organisasi yang diteliti berada padapartial production level, di mana teknologi analitik prediktif telah diintegrasikan ke dalam beberapa proses bisnis. Sementara yang lain berada di concept planning level (29%), not yet implemented(24%), dan hanya 13% telah mencapai level of proper utilization.
Mengintegrasikan data dan layanan adalah salah satu cara untuk memanfaatkan Big Data. Banyak sektor yang dapat disinergikan termasuk transportasi, pertanian, pekerjaan, perkebunan, kelautan dan banyak lagi. Studi ini juga memberikan tolok ukur bagi pemerintah yang telah menggunakan Big Data di beberapa layanan publik, seperti Jepang, Inggris, Taiwan, Thailand, dan Korea, tetapi sayangnya belum menggambarkan penggunaan Big Data dalam pemerintahan di Indonesia.Kematangan penerapan Big Data dimaksudkan untuk menunjukkan proses evolusi yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam mengintegrasikan, mengelola, dan memanfaatkan semua sumber data yang relevan baik internal maupun eksternal. Ini termasuk menciptakan ekosistem inovatif, memberikan nilai bisnis yang bermanfaat, dan memungkinkan transformasi yang berdampak. Dengan kata lain, maturity level penerapan Big data tidak semata-mata menyangkut memiliki beberapa teknologi untuk menangani data volume tinggi atau hanya tentang eksploitasi media sosial untuk menganalisis opini populer, tetapi sebuah proses yang melibatkan pembangunan ekosistem yang mencakup teknologi, manajemen data, analisis , regulasi, dan komponen organisasi. Versi The Data Warehousing Institute (TDWI) model kematangan big data terdiri dari lima level: nascent, pre-adoption, early adoption, corporate adoption, and mature/visionary.
Diskusi tentang tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan Big Data dan hubungannya dengan kebijakan pembangunan di Indonesia masih kecil. Bahkan, di masa depan kebijakan publik akan dibentuk oleh Big Data dan penerapannya dalam berbagai aspek kehidupan publik seperti di sektor pendidikan, kesehatan dan layanan publik, perusahaan, dan lainnya.Mengukur tingkat kematangan implementasi big data pada perusahaan untuk mendapatkan proses yang lebih terstruktur dalam mengelola volume data yang tinggi untuk memberikan transparansi pelaporan yang lebih baik, membuat keputusan yang terinformasi dengan baik, dan menanamkan kepercayaan yang lebih baik dari para pemangku kepentingan. Untuk mengukur tingkat kematangan adopsi teknologi big data di perusahaan manufaktur dapat menggunakan metode kualitatif dengan alat model Maturity TDWI, panduan wawancara untuk pengambilan data dengan mempertimbangkan 5 dimensi dan 50 indikator yang ada di TDWI.
Penulis: Fitri Retrialisca, S.Kom., M.Kom
Link artikel jurnal yang dituliskan menjadi opini: https://e-journal.unair.ac.id/JISEBI/article/view/18116
