Pada osteoartritis pasca-menopause salah satu sebagai penyebab adalah adanya penurunan estrogen yang berpengaruh terhadap pembentukan hipertrofi kondrosit. Hal ini terjadi ketika adanya ekspresi RUNX2 dan SOX9, serta sekresi 17 β estradiol dan TGF-β , dan yang menjadi pertanyaan adalah apakah ekspresi molekul tersebut merupakan hasil cross talk antar molekul terkait dengan pengaruh eksternal atau internal molekul. Hipotesis ini telah dijawab melalui eksperimen dengan menggunakan 50 tikus.
Pada penelitian ini telah dibagi menjadi enam kelompok dan selanjutnya diukur berdasarkan kadar 17 β estradiol dan TGF-β yang disekresikan lingkungan eksternal dengan enggunakan ELISA, sementara kadar SOX9 dan RUNX2 yang diekspresikan dianalisis dengan menggunakan imunohistokimia. Hasilnya terlihat tingkat 17 β estradiol dan SOX9 pada kelompok perlakuan menurun secara signifikan, TGF-β dan RUNX2 meningkat secara signifikan. Adanya peningkatan secara signifikan pada kelompok perlakuan telah menyebabkan hipertrofi chondrosit. Hal ini akan terjadi terus jika diikuti penurunan kadar 17 β estradiol serta sebaliknya terjadi peningkatan kadar TGF-β dan RUNX2 yang akhirnya dapat menyebabkan peningkatan hipertrofi chondrosit. Apa akibatnya terjadi chondrosit hipertrofi ?
Akibatnya adalah terjadi Osteoartritis yaitu terjadi degenerasi yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi dan penghambatan gerakan sendi. Walaupun secara molekuler masih belum dapat dijelaskan secara jelas, karena banyak banyak factor. Pembentukan hipertrofi kondrosit menunjukkan lebih dikenal sebua mekanisme “Point of No Return” menuju osteoarthritis.
Teori-teori sebelumnya mekanisme osteoartritis mengasumsikan bahwa osteoartritis mungkin disebabkan oleh efek faktor mekanik, peradangan, dan proses penuaan pada kondrosit. Walaupun dampak estrogen terhadap kolagen tipe-2 masih belum jelas. Hal lain kemungkinan yang dapat digunakan sebagai argument adalah sel chondroprogenitor yang ditemukan di tulang rawan menjadi faktor untuk menjelaskan efek penurunan estrogen pada tingkat kolagen tipe-2, dan dapat menjawab pertanyaan mengapa hipertrofi kondrosit terjadi pada osteoarthritis pasca menopause.
Prevalensi osteoartritis meningkat pada wanita pasca-menopause sering berkorelasi dengan penurunan kadar estrogen dalam darah, dan efeknya pada sel chondroprogenitor. Penurunan kadar estrogen menyebabkan perubahan pada lingkungan mikro, yaitu meningkatnya kadar TGF-β yang memicu diferensiasi pada sel chondroprogenitor menjadi hipertrofi khondrosit dengan meningkatkan RUNX2 (Jayasuria et al., 2016). Kemudian, hipertrofi kondrosit memulai perubahan seluler menuju osteoartritis. Meningkatnya jumlah hipertrofi kondrosit mengakibatkan terjadinya peningkatan ekspresi MMP-13, sehingga tingkat kolagen tipe-2 akan menurun dalam kartilago.
Peran RUNX2 dan SOX9 diperlukan untuk menjelaskan efek penurunan estrogen pada jumlah Chondrocyte Hypertrophic. Perubahan gerakan molekuler mulai dari penurunan estrogen hingga efek pada level TGF-β yang memengaruhi sel chondroprogenitor hingga diferensiasi, kondrosit.
Penulis: Fedik Abdul Rantam, fedik.ar@gmail.com
Link riset artikel di atas:
Bimo Sasono, Heri Suroto, Dwikora N. Utomo, Aulani Am, Hari Basuki N, Damayanti Tinduh and Fedik A. Rantam 2019. RUNX2 and SOX9 Expression on Chondrocyte Hypertrophy Formation in Post-Menopausal Osteoarthritis Mechanism (An Experimentation on Rat Model), Indian Vet. J., October 2019, 96 (10) : 41 – 44