Skeletonema costatum adalah satu diantara banyak jenis fitoplankton yang memiliki tingkat protein tinggi yang berperan dalam memacu pertumbuhan larva ikan atau udang. Skeletonema costatum dapat diproduksi secara massal pada wadah terkontrol maupun di tambak. Kandungan yang dimiliki oleh Skeletonema costatum adalah 37% protein, 7% lemak dan 21% karbohidrat, serta kandungan omega 3 HUFA yang dikandung dalam Skeletonema costatum sebesar 15,5%. Skeletonema costatum juga memiliki kadar abu berkisar antara 55,47%-61,14%, kadar serat kasar berkisar antara 0,56%-1,41% dan kadar air berkisar antara 7,78%-12,68%.
Skeletonema costatum salah satu alga bersifat uniseluler berfilamentik yang mana sel nya berbentuk kotak yang terdiri dari epitheca (bagian yang lebih besar) dan hypotheca (bagian yang lebih kecil). Bagian tersebut bertangkup menjadi satu. Skeletonema costatum memiliki diameter sel berkukuran 4 sampai 15 mikron. Skeletonema memiliki bentuk yang ditandai dengan sel silinder serta cincin perifer tubular, fultoportula yang tegak lurus menuju katup, berhubungan dengan katup yang berkaitan untuk membentuk koloni memanjang. Dinding sel skeletonema memiliki frustule yang dapat menghasilkan skeletal eksternal yang berbentuk silindris serta mempunyai duri yang berperan sebagai penghubung pada frustule yang satu dengan yang lain kemudian membentuk filamen. Dinding sel Skeletonema juga memiliki pigmen yang terdiri dari pigemen klorofil-, -karoten dan fukusantin. Pigemen karoten yang dimiliki skeletonema menyebabkan dinding sel nya berwarna coklat keemasan.
Habitat dari Skeletonema costatum adalah pada perairan laut. Skeletonema memiliki habitat geografis yang luas, baik pada perairan beriklim sedang maupun tropis. Kondisi lingkungan yang cocok sebagai habitat hidup dari Skeletonema costatum yaitu bersifat eurythermal yakni yang mampu tumbuh pada kisaran suhu yang luas yaitu 3-30˚C, serta pada salinitas 25 – 35 ppt. Skeletonema costatum memiliki siklus hidup serta reproduksi yang berlangsung secara aseksual yakni dengan melakukan pembelahan sel. Pembelahan sel tersebut berlangsung secara terus-menerus sehingga mengakibatkan ukuran sel menjadi lebih kecil secara berangsur-angsur. Skeletonema costatum yang telah mencapai ukuran tujuh mikron maka reproduksi tidak lagi secara aseksual melainkan menjadi seksual dengan cara pembentukan auxsopora. Pembentukan auxsopora diawali dari epiteka dan hipoteka yang ditinggalkan dan menghasilkan auxsopora, auxsopora akan membangun epiteka dan hipoteka baru dan tumbuh menjadi sel baru yang akan membesar, kemudian melakukan pembelahan sel sehingga membentuk rantai.
Metode kultur skeletonema skala laboratorium dimaksudkan sebagai persediaan inokulan untuk kegiatan kultur secara semi massal (Intermediet) atau secara massal. Tujuan dari kultur tersebut adalah untuk menghasilkan fitoplankton yang murni atau monospesies. Kegiatan kultur skeletonema skala laboratorium memiliki beberapa tahapan dalam proses tersebut seperti: sterilisasi dan persiapan alat/bahan kultur, persiapan media kultur, pemilihan bibit, pemberian pupuk/nutrient, pengamatan dan perhitungan Skeletonema costatum hingga tahap pemanenan. Kultur skeletonema skala semi massal merupakan kultur lanjutan dari kegiatan kultur skala laboratorium. Kultur ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pertambahan jumlah sel Skeletonema costatum agar dapat dikulturkan pada skala massal. Volume yang digunakan pada kultur Skeletonema costatum skala semi massal berukuran berkisar antara 30 – 100 liter. Skala semi massal dilakukan di ruang semi terbuka tanpa dinding, beratap transparan untuk memanfaatkan cahaya matahari. Kegiatan kultur skeletonema skala semi massal memiliki beberapa tahapan dalam proses tersebut seperti : sterilisasi dan persiapan alat/bahan kultur, persiapan media kultur, pemilihan bibit, pemberian pupuk/nutrient, pengamatan dan perhitungan Skeletonema costatum hingga tahap pemanenan.
Kultur skeletonema skala massal merupakan tahapan setelah tahap kultur skeletonema skala semi massal. Kultur skeletonema skala massal merupakan rantai terakhir sebelum dilakukan pemanenan. Kultur skala massal dimulai dari bak berukuran 1 – 20 ton. Air laut dengan salinitas tertentu dimasukkan ke dalam bak-bak kultur yang selanjutnya dilakukan pemupukan dan diberikan aerasi. Inokulum yang berasal dari kultur semi massal dimasukkan sebanyak 1/10 bagian sebagai bibit. Kultur skala massal menggunakan penyinaran matahari secara langsung menggunakan penyaring fiber dengan perbandingan 1:5. Pupuk komersil diberikan sebagai sumber makronutrient untuk pertumbuhan skeletonema. Sedangkan pemberian silikat (Na2SIO3) dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mineral dalam pertumbuhan dan pembentukan dinding sel pada jenis plankton skeletonema. Silikat khusus diberikan pada kultur fitoplankton jenis diatom dan merupakan komponen penting bagi pembentukan dinding sel ekternal. Vitamin B12 0,001 ppm, sangat penting untuk merangsang perkembangan plankton walaupun dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
Penulis: Luthfiana Aprilianita Sari
Department of Fish Health Management and Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Mulyorejo Street, Surabaya 60115, Indonesia
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012039
The effect of commercial nutrients to increase the population of Skeletonema costatum on laboratory and mass scales
Khoiron Al Azmi, Sulastri Arsad dan Luthfiana Aprilianita Sari
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 441