Kreativitas adalah kekuatan positif bagi organisasi, karena sebagai pendorong inovasi dan keberhasilan organisasi pada lingkungan yang kompetitif . Organisasi harus menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pemikiran kreatif. Kinerja kreatif karyawan merupakan perwujudan perilaku dari kemampuan kreativitas yang dimiliki karyawan sehingga memiliki kemampuan dalam memberikan ide-ide baru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.Organisasi dapat membangun kinerja kreatif karyawan melalui peminpin yang selalu empowering anak buah, kesesuaian minat karyawan pada pekerjaan, kesesuaian pekerjaan pada kemampuan dan keahlian karyawan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam melakukan kreatifitas pada pekerjaaan.
Kesesuaian individu dengan pekerjaan sebagai kecocokan antara kemampuan seseorang dengan tuntutan pekerjaan, atau kebutuhan dan keinginan seseorang dengan apa yang disediakan oleh pekerjaan. Kesesuaian individu dengan pekerjaanmengacu pada tingkat kompatibilitas yang dimiliki individu dengan pekerjaannya dan terdapat dua perpektif dalam person job fit, yaitu demand-abilities perspective (DA-fit) dan supply-value perspective (SV-fit). Pada perspektif DA-fit, kecocokan dapat tercapai ketika individu memiliki pengetahuan, skill, dan kemampuan yang cukup untuk memenuhi permintaan pekerjaannya. Sementara dalam perspektif SV-fit, kecocokan dapat tercapai saat sebuah penawaran oleh pekerjaan sesuai dengan kebutuhan, preferensi, dan keinginan seorang individu. Kesesuaian individu dengan pekerjaan yang menuntut creativity dapat diwujudkan apabila karyawan memiliki pengetahuan, skill dan kemampuan kreatifitas serta organisasi dapat memfasilitasi lingkungan kerja yang mendukung kreatifitas. Person –job fit creativity akan meningkatkan keyakinan karyawan untuk menjadi kreatif, sehingga karyawan akan memiliki creative self efficacy.
Empowering leadership adalah pemimpin yang mendorong partisipasi anak buah dalam pengambilan keputusan, diberikan kebebasan untuk berinovasi dan bertindak sendiri. Pemberian power dari pemimpin untuk bawahan dengan otonomi yang tinggi sehingga mampu mengambil inisiatif dalam pengambilan keputusan karyawan sehari-hari.
Kemampuan pemimpin untuk memberikan autonomy akan meningkatkan pola pikir positif dan self-efficacy anak buah. Empowering leadership dapat mendorong kemampuan anak buah agar dapat berkontribusi secara kreatif. Perilaku tersebut dapat meningkatkan self efficacy karena adanya dukungan emosional positif dan kata-kata persuasif.
Karyawan yang memiliki tingkat creative self-efficacy, akan cenderung memilih untuk terlibat dalam kegiatan yang kreatif dan tetap termotivasi untuk menghasilkan ide-ide baru dan berguna. Creative self-efficacy dapat mendorong creative performance pada karyawan .
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pada media televisi di Surabaya dengan kriteria pada divisi yang pekerjaannya menuntut kreatifitas. Pengumpulan data melalui kuesioner, total kuesioner yang telah dikirim adalah 157 kuesioner, akan tetapi yang memenuhi untuk diolah hanya 154 kuesioner karena 3 kuesioner tidak valid dalam penggisiannya. Studi ini untuk menguji hipotesis menggunakan Partial Least Square (PLS) analyze with SmartPLS 2.0 program.
Hasil studi ini adalah semua hipotesis terbukti significant. Empowering leadership memberikan kontribusi lebih besar dalam mempengaruhi creative self efficacy dibandingkan Person – job fit baik DA-fit maupun SV-fit perspektif. Selanjutkan creative self efficacy juga menpengaruhi significant employee creative performance.
Penulis : Dr. Praptini Yulianti, SE, Msi
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://www.ijicc.net/index.php/ijicc-editions/2019/130-vol-9-iss-8
Praptini Yulianti and Indrianawati Usman (2019). Building employee creative performance : through Person – Job fit, Empowering leadership and creativity self efficacy. International journal of Innovation and Creativity and change, Volume 9, issue 8, 2019