Korelasi Oral Hairy Leukoplakia, Terapi Antiretroviral Aktif, Kadar CD4+ pada Penderita Anak dengan HIV

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh liputan6.com

Indonesia berada di antara negara-negara Asia Pasifik dengan jumlah orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi (620.000 orang atau setara dengan 12,2% populasi pasien di Asia-Pasifik). Meskipun upaya nasional untuk menurunkan tingkat penularan, jumlah infeksi terus meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan, apalagi jumlah morbiditas terkait AIDS juga menunjukkan peningkatan drastis sebesar 68% antara 2010-2016.

Mengingat letak geografis Indonesia yang tersebar di perairan yang luas, akses ke fasilitas kesehatan dan laboratorium memang langka di banyak daerah. Akibatnya, mayoritas (65%) dari pasien yang terinfeksi HIV di Indonesia masih tidak mengetahui status HIV mereka dan terus menularkan infeksi ke populasi yang lebih besar, tanpa terkecuali ibu rumah tangga. Peningkatan jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV membawa langsung berdampak padajumlah bayi dan anak yang terinfeksi. Jumlah bayi dan anak-anak yang terinfeksi baru (<4 tahun) yang lahir dari ibu HIV-positif berlipat ganda secara drastis> 230% pada 2010-2016.Kondisi yang memprihatinkan ini diperburuk oleh aksesibilitas yang rendah dari Terapi Antiretroviral Aktif (ART) bagi ibu hamil. Meskipun peraturan pemerintah sejak 2004 telah membuat ketentuan ART gratis. ART gratis tidak berarti akses mudah dan gratis. Cakupan ART untuk ibu hamil yang terinfeksi HIV masih sangat rendah pada akhir 2016 (14%).

Kondisi yang disebutkan di atas mendesak penelitian lebih lanjut tentang penanda HIV pada anak-anak yang terinfeksi ini untuk membantu dalam diagnosis dan memprediksi perjalanan penyakit jika tidak ada fasilitas laboratorium yang tersedia untuk melakukan tes konfirmasi. Dikarenakanimunitas bayi dan anak-anak sangat rentan, diagnosis dan prediksi yang cepat dari perjalanan penyakit HIV dapat sangat meningkatkan harapan hidup mereka. Manifestasi oral oportunistik HIV seperti Oral Hairy Leukoplakia (OHL) telah sangat terkait dengan infeksi HIV dan jumlah CD4 yang sangat rendah (jumlah CD4 <200 sel / mm3). Namun, hingga saat ini, studi OHL pada populasi anak di Indonesia masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi korelasi OHL dengan penggunaan ART dan tingkat penurunan imunitas terutama di antara pasien anak yang terinfeksi HIV yang dirawat di UPIPI, Rumah Sakit Dr. Soetomo, Surabaya.

Sebanyak 47 pasien anak yang terinfeksi HIV diperiksa selama bulan Juni-Oktober 2017. Sembilan belas pasien tidak dapat mengikuti penelitian karena; penolakan orang tua untuk memberikan persetujuan, tidak bekerja sama pasien dan resistensi fisik selama pemeriksaan, dan tidak adanya jumlah CD4+ baru-baru ini pada catatan medis pasien (dalam waktu 6 bulan sejak tanggal pemeriksaan lisan). Jumlah aktual pasien anak yang terinfeksi HIV jauh lebih tinggi daripada jumlah pasien yang berhasil diskrining. Oleh karena itu, total 28 pasien terdaftar dalam penelitian ini.

Dari 28 pasien, 4 (14,29%) pasien didiagnosa dengan OHL pada saat pemeriksaan. Pasien dengan OHL berkisar antara 6-10 tahun (usia rata-rata = 8,5 tahun), dengan jumlah laki-laki yang sama (n = 2) dan perempuan (n = 2). Dua pasien memakai ART, sedangkan dua lainnya masih naif. Semua pasien dipastikan terinfeksi secara vertikal dari ibu mereka dan diklasifikasikan ke dalam tahap imunosupresi berat berdasarkan jumlah CD4 mereka (rata-rata jumlah CD4 = 74 sel / mm3).

Data dianalisis lebih lanjut untuk mengkonfirmasi signifikansi ART dan tingkat penekanan kekebalan dalam terjadinya OHL. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan tes chi-square. Penggunaan ART terbukti memiliki nilai prediksi yang signifikan dalam terjadinya OHL (P <0,05). Hubungannya bahkan lebih kuat untuk tingkat imunosupresi (P <0,01). OHL dalam penelitian ini hanya terbatas pada pasien dengan imunosupresi berat.Kehadiran OHL dapat menunjukkan kemungkinan besar bahwa anak-anak yang terinfeksi mengalami penurunan jumlah CD4 + menjadi AIDS.

Penulis: Prof. Dr. Diah Savitri Ernawati, drg., M.Si., Sp. PM (K).

Tersedia pada

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2019/04/29-D18_683_Diah-Savitri_Ernawati.pdf

Berita Terkait

wildan azky

wildan azky

Scroll to Top