UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga kembali menggelar Temu Ilmiah Nasional (TIMNAS) dengan tajuk Improving the Quality of Dental Practice Through Basic and Digital Dentistry. Bertempat di Hotel Shangri-La, Surabaya, agenda tersebut berlangsung pada Kamis (27/2) sampai Sabtu (29/2) mendatang.
Beberapa peneliti dari Singapura, Jepang, dan India turut dihadirkan. Di antaranya adalah Dr. Jerry Lim Eng Yong, Prof. Lim Ah Tong, Dr. George Anka, Kazuyo Kuribayashi, serta Prof. Dr. Shailesh Deshmukh. Tidak ketinggalan, para akademisi dalam negeri, perwakilan kementerian, alumni, juga sivitas akademika FKG UNAIR ikut berpartipasi dalam TIMNAS.
Dekan FKG UNAIR, Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes., mengungkapkan bahwa TIMNAS merupakan agenda yang rutin digelar setiap dua tahun sekali. Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan serta kompetensi di bidang kedokteran gigi. Hal itu meliputi riset, praktik, dan pemahaman mengenai teknologi kesehatan yang sedang berkembang.
“Ini merupakan TIMNAS yang ke delapan. Selain menghadirkan para pakar, kami juga mengundang usahawan, vendor, maupun pabrik yang memproduksi teknologi, supaya kalangan kedokteran gigi semakin mengetahui jika teknologi di bidang kesehatan gigi dan mulut sudah berkembang pesat,” ungkap drg. Darmawan ketika ditemui di sela kegiatan.
Selama tiga hari, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan, yakni diskusi panel, kuliah terpadu, ceramah ilmiah, pelatihan, pameran seputar bidang kedokteran gigi, dan TIMNAS 8 Scientific Award. Dua di antaranya adalah pelatihan untuk scanning digital interaction, dan diskusi mengenai corona virus, khususnya bagi kalangan kedokteran gigi.
“Kalau dulu, dokter gigi harus menggunakan malam untuk proses pencetakan gigi. Dalam pelatihan scanning digital interaction ini kami mengenalkan metode mencetak gigi melalui teknologi scan,” kata pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (IKGM) itu.
Dia melanjutkan, yang menarik dalam TIMNAS kali ini, pihaknya memilih corona virus sebagai topik dalam diskusi panel. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menyosialisasikan bahaya serta membagikan tips kepada kalangan kedokteran gigi agar meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang telah menginfeksi ribuan orang di beberapa negara.
“Dokter gigi adalah tenaga medis yang rentan terinfeksi corona virus. Sebab, mereka berhubungan langsung dengan pasien saat memeriksa rongga mulut. Selain itu, berbagai penyakit juga dapat menempel pada peralatan yang digunakan saat memeriksa pasien. Jadi, kami mengingatkan agar seluruh dokter gigi mulai waspada,” tegas drg. Darmawan.
Selain menyoroti perkembangan dalam bidang kedokteran gigi, serta isu kesehatan yang sedang berkembang di dunia, drg. Darmawan mengatakan bahwa pelaksanaan TIMNAS kali ini merupakan bentuk penerapan dari Konsep Kampus Merdeka yang belakangan santer digaungkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makariem.
“Perbedaan dengan yang sebelumnya kita merespon anjuran menteri untuk merdeka belajar. Jadi, para mahasiswa kami dipindah belajarnya ke sini untuk mengikuti seminar maupun pelatihan yang ada. Dengan begitu, mereka juga belajar di luar kampus,” ujarnya.
Dirinya berharap, melalui pelaksanaan TIMNAS Ke-8, seluruh pihak yang berkecimpung pada bidang kesehatan gigi, dan mulut, utamanya para dokter gigi, dapat meningkatkan pengetahuan serta kemampuan dalam manajemen kedokteran gigi modern. Dengan begitu, dokter gigi akan mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Pelaksanaan TIMNAS Ke-8 juga menuai respon positif dari Wakil Rektor I Universitas Airlangga, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. Ketika memberikan sambutan, ia menyampaikan bahwa sejak berdiri pada tahun 1928 hingga saat ini, FKG UNAIR telah mengalami perkembangan yang pesat, terutama dalam bidang teknologi kedokteran gigi.
“Kegiatan ini merupakan wadah yang mempertemukan akademisi, pemerintah, beserta stakeholder. Momentum tersebut harus dimanfaatkan untuk saling berbagi pengetahuan. Kebetulan pembicaranya juga datang dari beberapa negara, jadi dapat bertukar informasi mengenai perkembangan kedokteran gigi di negara-negara lain,” tutup Prof. Nyoman. (*)
Penulis: Nabila Amelia
Editor: Khefti Al Mawalia