Kosmetik pemutih kulit akhir-akhir ini banyak diminati oleh para wanita yang ingin berpenampilan lebih menarik. Kosmetik pemutih kulit mengandung beberapa bahan kimia aktif yang berperan sebagai whitening agent, baik yang aman maupun berbahaya bagi kesehatan. Zat pemutih kulit yang berbahaya antara lain adalah merkuri dan hidrokuinon. Hidrokuinon merupakan whitening agent yang sangat efektif dibandingkan pemutih lainnya. Hidrokuinon mampu memutihkan kulit dalam waktu yang relatif singkat dengan konsentrasi yang rendah dan telah digunakan selama beberapa dekade.
Mekanisme kerja hidrokuinon sebagai whitening agent dalam kosmetik pemutih yaitu dengan menghambat aktivitas enzim tirosinase dalam melanogenesis. Pada proses ini, pembentukan melanin dihambat dengan cara menghancurkan sel melanosit, meningkatkan kerusakan melanosom serta merusak membran organel, sehingga melanin yang terbentuk menjadi berkurang. Melanin merupakan pigmen yang berperan pada penentuan warna kulit, semakin banyak jumlah melanin pada kulit maka warna kulit semakin gelap.
Berdasarkan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. HK.03.1.23.08.11.07517 dan Food And Drug Administration (FDA) penggunaan hidrokuinon dalam kosmetik pemutih telah dilarang atau zero tolerance karena berdampak negatif bagi kesehatan. Efek samping penggunaan hidrokuinon dalam kosmetik pemutih antara lain iritasi kulit, kulit menjadi merah, rasa terbakar, menimbulkan bercak-bercak hitam. Sedangkan efek samping jangka panjang dapat memicu terjadinya kanker kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati karena hidrokuinon dapat terakumulasi dalam tubuh. Untuk keperluan medis seperti pengobatan pada penyakit hyperpigmentasi, penggunaan hidrokuinon masih diperbolehkan namun harus berada di bawah pengawasan dokter.
Pada akhir tahun 2019 BPOM telah menemukan 113 berbagai macam kosmetik berbahaya, dari dalam dan luar negeri yang beredar di pasaran, 33 diantaranya adalah kosmetik pemutih kulit yang mengandung hidrokuinon (Tribunnews.com/2019/12/27). Berdasarkan kenyataan tersebut telah terbukti bahwa penggunaan hidrokuinon pada kosmetik pemutih kulit masih banyak dilakukan dan beredar luas di masyarakat meskipun telah terdapat peraturan pelarangan penggunaan hidrokuinon. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah metode cepat, murah dan akurat untuk mendeteksi penggunaan hidrokuinon dalam kosmetik. Sehingga diharapkan menjadi langkah awal mencegah dan mengontrol dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan senyawa tersebut bagi kesehatan.
Berbagai metode telah dikembangkan untuk analisis hidrokuinon, antara lain spektrofotometri, HPLC, dan GC-MS. Beberapa metode tersebut memiliki sensitivitas yang baik namun memiliki beberapa kelemahan seperti membutuhkan operator ahli untuk mengoperasikan alat, memiliki tahapan preparasi sampel yang rumit serta biaya analisis dan peralatan relatif mahal. Hal inilah yang mendorong perlunya pengembangan metode analisis hidrokuinon yang mudah dalam proses pengoperasiannya, murah, cepat, efisien dan sensitif.
Riset Grup Laboratorium Kimia Analitik FST UNAIR telah mengembangkan beberapa penelitian terkait analisis hidrokuinon dan pembuatan sensor berbasis elektrometri. Tes kit hidrokuinon ini telah dibuat dengan melibatkan mahasiswa dalam kegiatan PKM penelitian (2014) dan PKM kewirausahaan (2015). Produk ini telah mendapatkan hak paten (IDP000049706), serta telah dijual dalam suatu pameran maupun secara online dengan nama nonikit. Produk tes kit ini dapat digunakan secara langsung oleh masyarakat pengguna untuk deteksi hidrokuinon pada kosmetik pemutih kulit yang biasa mereka gunakan jika ada. Namun demikian, metode analisis hidrokuinon di laboratorium masih diperlukan sebagai analisis rujukan jika diperlukan apabila ada konsumen/produsen kosmetik yang komplain terhadap ketidakpuasan hasil tesnya.
Metode alternatif yang dapat dikembangkan untuk analisis hidrokuinon adalah metode voltammetri dengan elektroda kerja yang dimodifikasi. Metode voltammetri merupakan metode elektrolisis yang mengukur arus sebagai fungsi potensial. Voltammetri didasarkan pada pengukuran arus di dalam sel elektrokimia dimana kecepatan reduksi oksidasi analit ditentukan berdasarkan kecepatan transfer massa analit ke permukaan elektroda. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis senyawa organik maupun anorganik. Pengukuran senyawa organik secara voltammetri didasarkan dengan adanya gugus fungsi yang dapat mengalami oksidasi maupun reduksi pada permukaan elektroda. Hidrokuinon dapat dideteksi dengan menggunakan metode voltammetri karena merupakan senyawa elektroaktif yang dapat mengalami reaksi oksidasi dan reduksi.
Pada penelitian ini elektroda pasta karbon nanopori yang dimodifikasi dengan penambahan ferosen digunakan sebagai sensor hidrokuinon. Penggunaan karbon sebagai elektroda didasari sifat karbon yang inert, bahan penghantar listrik yang baik dan mempunyai rentang potensial yang lebar. Selain itu, karbon juga murah dan mudah didapatkan. Modifikasi elektroda kerja dilakukan dengan penambahan ferosen, yang berfungsi sebagai mediator untuk meningkatkan aktivitas elektrokatalitik reaksi redoks hidrokuinon.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode baru sebagai alternatif analisis hidrokuinon dalam kosmetik yang mudah, murah, selektif, dan akurat. Elektroda kerja sebagai sensor hidrokuinon dibuat dengan mencampurkan serbuk karbon nanopori dengan paraffin. Parafin yang ditambahkan pada pembuatan elektroda kerja berfungsi sebagai pengikat organik yang bersifat inert dan stabil dalam campuran. Selanjutnya elektroda tersebut digunakan untuk analisis hidrokuinon secara voltammetri.
Parameter yang diteliti adalah optimasi komposisi ferosen, pengaruh pH, dan pengaruh laju pindai. Dipelajari juga validitas metode yang meliputi linearitas, sensitivitas, batas deteksi, akurasi, presisi dan selektivitas dalam campurannya dengan arbutin. Hasil optimum dari masing-masing parameter selanjutnya diaplikasikan untuk menentukan kandungan hidrokuinon dalam sampel kosmetik pemutih artifisial yang dispike dengan hidrokuinon dengan kadar tertentu untuk mengetahui akurasinya.
Hasil penelitian menunjukkan komposisi membran elektroda yang memberikan hasil terbaik adalah karbon nanopori:paraffin:ferosen= 6:3:1. Berdasakan voltammogram pengaruh laju pindai menunjukkan bahwa pada permukaan elektroda terjadi reaksi elektrokimia diikuti dengan reaksi kimia. pH larutan berpengaruh terhadap voltammogran siklis hidrokuinon, pH 7 memberikan voltammogram yang lebih mendekati reaksi reversibel. Validitas metode analisis hidrokuinon dengan menggunakan pasta karbon/ferosen sebagai elektroda menunjukkan menunjukkan hasil yang baik yaitu range kerja
Validitas metode analisis hidrokuinon yang menggunakan pasta karbon/ferosen sebagai elektroda menunjukkan hasil yang sangat baik dengan rentang kerja 0,20-10 mM, sensitivitas 10,436mA/mM, dan batas deteksi 0,06 mM. Metode ini selektif dalam analisis campuran hidrokuinon dan arbutin tanpa saling mengganggu. Perlu diketahui bahwa akhir-akhir ini arbutin juga digunakan sebagai zat pemutih kulit, namun penggunaannya masih diperbolehkan pada kadar tertentu.
Elektroda ini memiliki akurasi yang sangat baik dalam perolehan kembali (Recovery) analisis hidrokuinon dalam sampel kosmetik dengan nilai akurasi rata-rata 99%. Elektroda ini juga dapat digunakan untuk analisis arbutin dalam kosmetik dengan akurasi 99%. Metode ini cocok untuk digunakan dalam analisis pemutihan kulit, baik hidrokuinon dan arbutin. Metode ini juga layak digunakan pada analisis krem pemutih kulit, baik hidrokuinon maupun arbutin untuk keperluan analisis rutin BPOM.
Penulis/peneliti: Muji Harsini
Detail tulisan ini dapat dilihat di :
https://rasayanjournal.co.in/admin/php/upload/831_pdf.pdf
Muji Harsini, Untari, Erna Fitriany, Ainy Nur Farida, M. Zakki Fahmi, Satya Candra Wibawa Sakti, dan Gustan Pari. 2019. Voltammetric Analysis of Hydroquinone in Skin Whitening Cosmetic Using Ferrocene Modified Carbon Paste Electrode. Rasayan J.Chem Vol. 12 No. 4 2296 – 2305 October – December.