UNAIR NEWS – Gangguan mental adalah sebuah penyakit yang memengaruhi emosi, pola pikir, serta perilaku penderitanya. Sebagai salah satu penyebab utama dari masalah ini adalah faktor psikologis dari seseorang. Dikutip dari WHO (World Health Organization) usia yang rentan mengalami gangguan mental adalah usia 15-29 tahun. Tidak hanya itu, lingkungan sekitar juga sangat berkontribusi dalam hal ini.
Berawal dari hal tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) PSDKU UNAIR di Banyuwangi membentuk “Komunitas Kenal Sebaya”. Komunitas itu, bergerak di bidang kesehatan mental untuk mengatasi gangguan mental dan berbagai gejala lainnya pada mahasiswa.
Pencetus terbentuknya komunitas itu adalah Dosen FKM PSDKU Banyuwangi dengan anggota yang biasa dipanggil “Sobat Sebaya” merupakan mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap gangguan mental disorder. Untuk mengembangkan komunitas tersebut, pihak kampus memberikan apresiasi melalui bantuan dana.
Tidak hanya itu, komunitas itu juga mendapat perhatian khusus dari Lentera Kaji dan juga Pemerintahan Australia. Untuk itulah, bertempat di Ruang Sidang Kampus Sobo pada Sabtu – Minggu (15-16/2), Desak Made Sintha Kurnia Dewi, S.KM., M.Kes., sebagai dosen pencetus memberikan pelatihan kepada seluruh sobat sebaya.
Pelatihan tersebut berupa cara komunikasi yang baik, menjadi pendengar yang baik, meningkatkan kepekaan terhadap klien, memberikan wawasan terkait kesehatan mental, Pengisian Tools IDSSR dan K10, serta penggunaan modul dan buku saku Sobat Sebaya.
Kepada UNAIR NEWS, Ketua Komunitas Kenal sebaya Ahmad Rhidoi Yuda Prayogi menjelaskan bahwa tujuan pembentukan komunitas itu adalah untuk menjadi fasilisator bagi sesama mahasiswa. Utamanya, mahasiswa yang mengalami permasalahan pada kesehatan mental.
“Kenal Sebaya ini adalah programnya, untuk sobat sebaya adalah nama kadernya, untuk sasaran pendampingan dari sobat sebaya ini adalah Remaja usia 10-24 tahun sesuai kebijakan BKKBN,” jelas mahasiswa yang akrab di panggil Yuda.
Metode dalam pelatihan sobat sebaya, sambungnya, adalah dengan menggunakan metode ceramah serta praktikum. Setelah mendapatkan materi mengenai berkomunikasi yang baik, selanjutnya sobat sebaya akan mempraktikkan cara berhadapan secara langsung kepada klien.
“Harapannya melalui komunitas ini dapat mengurangi sedikit dari permasalahan remaja khusus nya di kampus melalui sobat sebaya sebagai pendengar yang baik dan dapat memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa,” pungkas Yuda (*)
Penulis: Desi Natalia
Editor: Nuri Hermawan