UNAIR NEWS – Kasus benda asing dalam saluran kemih terbilang menarik jika dikaji dalam perspektif medis. Mengingat organ tersebut terletak pada lokasi yang sukar untuk dijangkau secara langsung. Yakni, pada tulang panggul, berada di depan rectum, serta dilindungi oleh bagian tubuh di sekitarnya. Namun, hal ini bukannya tidak mungkin terjadi.
Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penyimpanan urin sementara sebelum akhirnya dikeluarkan secara berkala dari ginjal. Selanjutnya, terdapat uretra yang menghubungkan antara kandung kemih dengan lingkungan luar. Uretra milik pria berukuran lebih panjang dibanding wanita dan bermuara pada satu saluran yang sama dengan saluran reproduksi.
Dalam sejumlah kasus, benda asing yang ditemukan dalam kandung kemih disebabkan karena penyisipan benda tersebut ke dalam uretra serta kandung kemih untuk kepuasan seksual. Gangguan ini kerap dikaitkan dengan gangguan mental maupun psikis. Seperti yang dialami oleh salah seorang pasien di Departemen Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo.
Menurut penuturan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga yang juga ahli pada bidang urologi, Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U.(K), pasien datang dengan keluhan headset yang tersangkut pada penis sampai kandung kemih sehingga tidak dapat ditarik keluar. Kondisi itu mengakibatkan rasa sakit disertai keluarnya darah pada saluran uretra.
“Awalnya, pasien datang dalam kondisi stabil. Setelah dicek secara umum, baik darah maupun hemodinamiknya berada dalam batas normal. Saat pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan luka. Kondisinya diduga sebagai gangguan mental. Namun, pasien membantah riwayat gangguan mental maupun riwayat terapi terkait sebelumnya,” ujar Prof. Soetojo.
Ketika dilakukan uji laboratorium, lanjut Prof. Soetojo, ditemukan adanya peningkatan leukosit yang berarti headset dalam kandung kemih pasien memiliki risiko infeksi tinggi. Merespon hal itu, tim dokter segera mengambil tindakan lanjutan seperti pemeriksaan radiologi serta uretrografiguna mengetahui posisi headset dan kondisi saluran kemih.
“Hasilnya, foto polos abdomen menunjukkan opasitas logam berbentuk tabung yang membentuk huruf T pada rongga panggul. Dokter lalu memutuskan untuk melaksanakan intervensi bedah vesikotomi. Setelah operasi, pemantauan tetap dilakukan dengan mengamati keluhan, tanda vital, produksi urin, juga drainase kateter pasien,” ungkapnya.
Guru besar UNAIR ini menegaskan bahwa kasus benda asing dalam kandung kemih tergolong sebagai kondisi darurat. Dalam kasus sederhana, diperlukan pendekatan endoskopik guna mengekstraksi objek melalui prosedur sitoskopi yang menggunakan biopsy forcep. Namun, bila objeknya besar, maka prosedur bedah perlu dipertimbangkan.
“Sebab, masuknya benda asing ke dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, seperti pembentukan kalkulus dan infeksi. Meskipun tidak mengancam, tetapi kasus ini akan berbahaya jika menyebabkan kerusakan pembuluh darah atau invasi benda asing ke daerah peritoneum,” tegas Kepala Departemen/SMF Urologi 2011-2015 itu.
Dia juga berpesan, bahwa dalam kasus medis, penemuan benda asing pada organ reproduksi dan saluran kemih harus dicurigai sebagai akibat dari pelecehan seksual atau gangguan mental. Selain pendekatan medis maupun bedah untuk mengekstrasi benda asing, kondisi mental pasien juga perlu ditindaklanjuti melalui penanganan di psikiatri. (*)
Penulis: Nabila Amelia
Editor: Khefti Al Mawalia
https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/14393
Soetojo and Hasan Madani (2019). Case Report: A Headset in the Bladder. Folia Medica
Indonesiana, 55(2):153-158. http://dx.doi.org/10.20473/fmi.v55i2.14393