UNAIR NEWS – Karies gigi masih menjadi persoalan kesehatan yang kerap dialami oleh anak-anak. Hal tersebut dibuktikan melalui data World Health Organization (WHO) yang menyatakan bahwa 60-90% dari anak-anak sekolah di seluruh dunia menderita karies gigi. Karies gigi yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kualitas hidup anak terganggu.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi kesehatan gigi dan mulut yang memprihatinkan. Dari semua provinsi, Kalimantan Selatan (36,1%) menjadi daerah kedua yang memiliki prevalensi karies tertinggi setelah Sulawesi Selatan (36,2%). Permasalahan ini lantas memantik tim Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga untuk mencari tahu penyebab rendahnya kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut.
Salah satu anggota tim peneliti, Dr. Taufan Bramantoro, drg. M.Kes., menuturkan jika ada banyak faktor yang dapat memengaruhi anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Antara lain adalah peran orang tua dalam memberikan informasi seputar kesehatan. Karena, perilaku orang tua, terutama ibu, dinilai mampu mempengaruhi kebiasaan anak.
“Sebab, ibu dianggap sebagai pengasuh utama sekaligus pembuat keputusan akhir terkait pengasuhan anaknya. Namun, kondisi sosial setiap keluarga tentu berbeda. Sebagian ibu memilih untuk bekerja guna mencapai standar kehidupan atau status sosial yang maksimum. Menurut data dari Biro Pusat Statistik tahun 2015 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, sebanyak 62,45% perempuan bekerja di lingkungan birokrasi,” sebut drg. Taufan.
Perempuan yang bekerja di ruang publik dalam rangka memenuhi motivasi ekonomi maupun sosial diklasifikasikan pada golongan menengah karena memiliki penghasilan tetap serta berpendidikan baik. Tim peneliti lalu berupaya menganalisis hubungan antara usia dan pendidikan ibu bekerja pada perilaku anak usia prasekolah dalam merawat gigi.
“Hasilnya, usia dan tingkat pendidikan ibu bekerja tidak berdampak pada perilaku mereka dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak. Para ibu bekerja memiliki kemungkinan untuk stress juga kelelahan, sehingga cenderung tidak memberikan perhatian terhadap kesehatan mulut anak-anak mereka. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa pendidikan tidak selalu berbanding lurus dengan pola pengasuhan anak,” urainya.
Dalam penelitian itu juga ditemukan bahwa ibu dengan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang baik tidak selalu berperilaku baik. Sehingga pengetahuan yang baik tidak selalu diadaptasi dalam perilaku. Namun ditemukan hubungan yang signifikan antara riwayat mengalami masalah gigi dan mulut pada orang tua dengan tingkat karies gigi anak.
“Nantinya, hasil penelitian ini bisa menjadi rujukan untuk menemukan berbagai alternatif program promotif maupun preventif di masyarakat guna mendorong mereka agar memiliki kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut. Terutama anak-anak melalui pendekatan keluarga, khususnya ibu yang merupakan orang terdekat dan pertama dalam memberikan pendidikan serta menanamkan perilaku yang baik,” pungkas drg. Taufan. (*)
Penulis : Nabila Amelia
Editor : Khefti Al Mawalia
Informasi detail tentang riset ini dapat dilihat di:
Isnawati, R Darmawan Setijanto, Taufan Bramantoro, Dinda Dewi Zalinda. 2019. Age and Education Distribution Patterns of Working Mothers on Dental Health Behavior in Preschool Children in Mid-Class Society. Indian Journal of Public Health Research & Developmen . Jul2019, Vol. 10 Issue 7, p867-871. 5p.
