Menginjak dekade baru, saat ini mulai banyak masyarakat yang semakin aware akan gaya hidup sehat. Mulai dari aktivitas, hingga pilihan makanan, bahkan suplemen tambahan untuk menunjang kesehatan pun makin banyak tersedia di drugstore. Salah satu yang kerap dijadikan sebagai zat alternatif pengganti obat dan juga sebagai suplemen, adalah Spirulina.
Sering sekali mendengar manfaat tumbuhan golongan Cyanobacteria ini untuk skin care atau perawatan kulit. Banyak sekali yang menjual Spirulina atau dengan spesies Spirulina platensis ini sebagai masker, bahkan ada pula yang berbentuk kapsul. Ternyata, selain bermanfaat sebagai bahan untuk perawatan kulit, beberapa penelitian juga telah membuktikan berbagai macam manfaat dari ganggang hijau-biru ini.
Spirulina termasuk ke dalam golongan mikroalga yang tersusun atas
bentuk prokaryotik dan eukaryotik sekaligus. Kandungan protein yang dimiliki Spirulina
sangat tinggi, mencapai 55 – 70%, disusul dengan karbohidrat 15 – 25%, serta
asam lemak esensial sebesar 18%. Selain itu kandungan lain berupa viamin,
mineral, beberapa pigmen seperti karoten, klorofil dan pikobiliprotein (phycocyanin, phycoerythrin, dan allophycocyanin). Pikobiliprotein atau PBP dari Spirulina platensis termasuk tinggi kandungannya, yaitu 60% dari
total protein. Tingginya protein, menyebabkan Spirulina platensis
memiliki potensi sebagai antioksidan.
Selain sebagai antioksidan, Spirulina platensis juga bermanfaat sebagai antiinflamasi, yang
dipengaruhi oleh keberadaan phycocyanin. Manfaat sebagai terapi dan preventif
dapat digali lebih jauh melalui kandungan tersebut.
TIdak sampai di situ saja, beberapa peneliti telah membuktikan bahwa Spirulina platensis dapat bermanfaat sebagai agen antiviral yang efektif, hal ini dibuktikan oleh kandungan polisakarida dari Spirulina platensis. Kemampuan Spirulina yang dapat menaikkan aktivasi sel makrofag dan produksi sitokin serta menstimulasi antibodi, juga menjadikannya efektif untuk meningkatkan respon imun, terutama pada penderita HIV.
Melihat manfaatnya selain sebagai suplemen dan bahan makanan, banyak juga peneliti yang terus meksplorasi kandungan dari Spirulina ini. Termasuk sebagai antimalaria. Belakangan diketahui terjadi resistensi terhadap obat antimalaria, obat artemisinin. Sementara malaria masih menjadi isu penting di beberapa negara, termasuk Indonesia, hal ini tentu saja perlu tindakan yang segera dalam menemukan pengganti atau alternatif dalam pengobatan malaria.
Malaria merupakan suatu penyakit yang ditularkan oleh
vektor nyamuk Anopheles sebagai pembawa agen penyakit, yang berupa Plasmodium. Selama ini spesies dari Plasmodium
yang paling sering menginfeksi
manusia adalah Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax.
Artemisinin yang digunakan sebagai
antimalaria ini pada dasarnya juga berasal dari suatu tanaman, yang ditemukan
khasiatnya beberapa puluh tahun yang lalu.
Melihat potensi dari Spirulina platensis dan kemudahan mendapatkannya dalam kultivasi, akhirnya dicoba ke dalam suatu penelitian. Yakni Spirulina platensis dikombinasikan dengan artemisinin sebagai antimalaria. Hasil yang didapatkan dalam penelitian tersebut menunjukkan Spirulina platensis kurang memiliki efek yang signifikan sebagai antimalaria. Namun, ketika dikombinasikan dengan artemisinin, jumlah parasitemia (parasit Plasmodium dalam darah) mengalami penurunan. Bahkan hasil perlakuan kombinasi pemberian ekstrak Spirulina platensis dengan artemisinin tersebut, menunjukkan respon yang lebih baik dari perlakuan dengan menggunakan artemisinin saja. Dari hasil tersebut tentu dapat disimpulkan bahwa Spirulina platensis ini memiliki potensi sebagai alternatif untuk antimalaria dan terapi kombinasi dengan artemisinin Dari berbagai kandungan yang dimiliki oleh Spirulina platensis tersebut juga dapat berperan sebagai peningkat respon imun, terutama bagi para penderita.
Penulis: drh. Zhaza Afililla
Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga