Hubungan Antara Rasio Bidan dengan Kinerja Program Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Tribun Batam

Angka Kematian Ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Meski telah menunjukkan adanya kemajuan, tetapi dirasakan masih sangat lambat. Apabila kita membandingkan dengan negaranegara di Asia Tenggara, maka Angka Kematian Ibu di Indonesia menduduki peringkat dua, tertinggi di bawah Laos, yang memiliki Angka Kematian Ibu 357 per 100 ribu kelahiran hidup. Negara tetangga terdekat Singapura memiliki Angka Kematian Ibu jauh di bawah Indonesia, hanya 7 per 100 ribu kelahiran hidup. Sementara Malaysia juga mencatatkan Angka Kematian Ibu yang sudah jauh lebih baik sebesar 24 per 100 ribu kelahiran hidup. Kondisi Brunei Darussalam yang satu pulau dengan Indonesia pun demikian, memiliki angka kematian ibu yang cukup baik, sebesar 60 kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup. Hal ini tentu saja menjadi kprihatinan bersama dan patut menjadi perhatian semua pihak.

Salah satu input yang dinilai penting dan berkontribusi besar terhadap kinerja program KIA adalah ketersediaan tenaga bidan. Rata-rata rasio bidan di Indonesia menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 adalah sebesar 75 per 100 ribu penduduk. Angka rata-rata ini dinilai masih di bawah standar rasio bidan per 100.000 penduduk yang diinginkan oleh pemerintah sebesar 104 per 100 ribu penduduk. Tantangan berupa input rasio bidan yang dirasa kurang, masih ditambah dengan masalah distribusi bidan yang juga tidak merata. Kondisi ini berpotensi mendorong terjadinya disparitas aksesibilitas pelayanan kebidanan antar wilayah di Indonesia, yang berujung pada semakin beratnya upaya untuk mencapai penurunan angka kematian ibu di Indonesia.

Gambaran tentang rasio bidan per provinsi di Indonesia berdasarkan standar yang ditentukan Kementerian Kesehatan 104 bidan per 100 ribu penduduk. Terlihat rasio bidan yang sesuai dan di atas standar ada di Indonesia bagian Barat, sementara di wilayah Timur, termasuk Pulau Jawa, memiliki rasio bidan yang di bawah standar yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan RI. Beberapa provinsi di wilayah Timur yang dikenal memiliki topografi yang ekstrem dan kepulauan justru memiliki rasio bidan yang lebih rendah. Kondisi ini berlaku pada Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Jika disandingkan dengan capaian program KIA, ternyata capaian paling rendah selalu tercatat berada di wilayah Timur. Tiga provinsi yang membukukan hasil rendah tersebut adalah Provinsi Maluku, Papua dan Papua Barat.

Rasio bidan per 100 ribu penduduk yang sesuai standar merupakan upaya untuk menjamin ketersediaan pelayanan bagi masyarakat. Meski demikian indikator tersebut masih harus memperhatikan faktor lain. Indonesia memiliki variabilitas topografi yang ekstrem. Indonesia memiliki palung laut yang dalam, gunung yang menjulang, dan juga ribuan wilayah kepulauan. Kondisi ini membuat situasi di beberapa wilayah tertinggal di Indonesia tidak tersedia tenaga bidan. Seringkali ibu bersalin akhirnya memilih dukun bayi, tenaga penolong persalinan tradisional yang relatif lebih tersedia dan dekat dengan masyarakat

Hasil analisis ini penting bagi para pengambil kebijakan untuk memastikan distribusi bidan yang lebih baik. Para pengambil kebijakan dapat melakukan penempatan bidan pada wilayah-wilayah yang secara kuantitas masih kurang.

Penulis: Ratna Dwi Wulandari

Informasi detail tentang tulisan ini dapat dilihat di: http://dx.doi.org/10.22435/ hsr.v 22i3.1740

Wulandari, R. D., Laksono, A. D., (2019) Hubungan Antara Rasio Bidan  Dengan Kinerja Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di Indonesia, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 3 Juli 2019: 208–214

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).