UNAIR NEWS – Karies merupakan salah satu penyebab kerusakan pada bagian gigi. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak terutama mereka yang masih berada di usia prasekolah (4-6 tahun). Pada survey tahun 2017, salah satu daerah dengan prevalensi penderita karies usia prasekolah yang cukup tinggi adalah Surabaya, yakni sebesar 67.5%.
Tingginya jumlah tersebut membuat beberapa peneliti dan didukung oleh mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga tertarik untuk mencari tahu faktor yang memengaruhi kesehatan gigi anak. Dalam penelitian mereka disebutkan bahwa anak usia prasekolah belum mampu mengelola informasi secara kritis.
Oleh sebab itu, seorang anak akan cenderung meniru perilaku orang-orang di lingkungan sekitarnya, seperti halnya orang tua yang dianggap menarik perhatian. Momentum ini justru harus dimanfaatkan orang tua maupun pelaku kesehatan sebagai tahap untuk mendorong anak-anak agar memiliki kebiasaan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
“Perilaku seseorang didasarkan pada tiga aspek, yaitu pengetahuan, sikap, serta tindakan. Dari ketiga hal tersebut, pengetahuan menjadi aspek terpenting karena menjadi dasar pembentukan perilaku. Minimnya pengetahuan orang tua, terutama ibu selaku orang terdekat akan memengaruhi tindakan anak dalam menjaga kesehatan,” ujar drg. Taufan.
Pada era dimana akses pengetahuan semakin terbuka lebar, khususnya melalui daring, masyarakat sudah semestinya dapat dengan mudah mencari informasi kesehatan gigi. Namun, hasil survey tahun 2017 di Surabaya menunjukkan bahwa persentase ibu anak prasekolah yang memiliki pengetahuan seputar kesehatan gigi hanya sebesar 49,1%.
“Kami mencoba mencari tahu penyebab rendahnya persentase ibu anak prasekolah yang mengetahui informasi kesehatan gigi melalui penelitian di wilayah kerja Puskesmas Mojo. Pemilihan tempat didasarkan atas penelitian tahun 2017 yang menunjukkan tingginya prevalensi karies gigi pada anak prasekolah di sana, yaitu sebesar 85,1%,” ujar drg. Taufan.
Setelah melakukan penelitian ditemukan sampel sebanyak 253 responden. Diketahui jika 86,6% dari mereka sudah memiliki niat yang baik untuk mengakses informasi kesehatan gigi dan mulut. Tetapi, hasil ini berbanding terbalik dengan prevalensi karies gigi yang tinggi (84,7%). Hal tersebut lantas dikaji dengan menggunakan Theory of Reasoned Action.
“Ini mengindikasikan jika para ibu responden belum memiliki rencana matang dalam menumbuhkan kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak. Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan hasil mengenai faktor yang memengaruhi ibu dalam mengakses informasi yaitu niat, keyakinan, sikap, norma, dan persepsi,” jelas drg. Taufan.
Ia berharap agar nantinya penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi pihak terkait untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi dan mulut anak-anak di wilayah kerja Puskesmas Mojo, Surabaya. Ada banyak hal yang dapat diupayakan, seperti sosialisasi, penyuluhan, maupun pengadaan media edukasi kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat. (*)
Penulis: Nabila Amelia
Editor: Khefti Al Mawalia
https://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=372
Bramantoro Taufan, Palupi Retno, Juzika Olinne, Ramadhani Aulia, Romadhoni Sarah Fitria. 2019. Behavior of Mothers of Children Aged 4–6 Years in Accessing Dental and Mouth Health Information. Indian Journal of Public Health Research & Development Volume : 10, Issue : 8.