Saat berkunjung ke rumah sakit, sering kita melihat bahwa tempat kunjungan terpadat ada di pelayanan Depo Farmasi. Sudah menjadi rahasia umum jika pelayanan pada Depo Farmasi utamanya untuk pasien BPJS, merupakan tempat antri paling lama dari serangkaian proses kunjungan ke rumah sakit. Bahkan seringkali antrean di pelayanan tersebut mengular panjang hingga menghalangi jalan dan menimbulkan pemandangan yang terkesan semrawut di rumah sakit.
Kepadatan dalam layanan kesehatan tersebut bisa saja mempengaruhi ketidakpuasan pasien. Dari kejadian tersebut, terlintas pertanyaan di benak kita apa saja sih kegiatan petugas di Depo Farmasi? Apa kendala petugas dalam memberikan layanan di Depo Farmasi? Mengapa waktu tunggu obat di pelayanan Depo Farmasi begitu lama? Dan sebenarnya berapa lama waktu ideal untuk menunggu antrian obat?
Masyarakat pada umumnya mengenal nama Depo Farmasi sebagai tempat untuk mengambil obat. Depo Farmasi merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian seperti mengadakan, menyediakan, mengelola dan mendistribusikan obat-obatan. Layanan Depo Farmasi di rumah sakit juga memiliki tanggung jawab atas pengeluaran dan penambahan obat-obatan dan terapi zat kimia lainnya yang digunakan untuk pengobatan pasien.
Dari penjelasan tersebut kita bisa memahami jika Depo Farmasi mempunyai peranan yang sangat krusial dalam roda pelayanan pasien di rumah sakit. Depo Farmasi menjadi muara terakhir kunjungan pasien yang mengharap kesembuhan dengan berobat ke rumah sakit dan menjadi penyumbang lebih dari 50 persen pemasukan yang ada di rumah sakit. Ribuan obat dengan berbagai resep dan racikan mengalir ke pasien yang berkunjung setiap harinya. Berbagai peranan penting tersebut menobatkan Depo Farmasi menjadi salah satu unit dengan aktifitas terpadat di rumah sakit.
Setidaknya ada enam langkah aktivitas padat petugas Depo Farmasi dalam melakukan pelayanan kepada pasien. Enam Langkah ini juga menjadi dasar perhitungan waktu tunggu layanan di Depo Farmasi. Langkah pertama dimulai dari pengunjung mengambil nomor antrian sampai nomor antrian pengunjung dipanggil oleh petugas farmasi. Langkah kedua dihitung setelah petugas farmasi menyebutkan nomor antrean dan meletakkan file resep lengkap pasien. Langkah ketiga dimulai pada saat file resep pasien di entri ke dalam data farmasi hingga proses entri selesai.
Langkah keempat dimulai ketika petugas farmasi menerima resep dan menempatkan obat-obatan dalam wadah kecil di meja pengemasan. Perhitungan dari langkah ini juga termasuk formula obat yang diracik sesuai pesanan. Langkah kelima dimulai ketika obat-obatan diletakkan di atas meja pengemasan, dan obat-obatan yang dikemas dimasukkan ke dalam wadah untuk dibawa oleh petugas Farmasi lain. Langkah terakhir dihitung ketika petugas menempatkan obat yang telah dikemas ke dalam wadah, memanggil pengunjung (pasien / keluarga pasien), dan memberikan obat-obatan tersebut.
Fyi, pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang standar minimum layanan farmasi untuk digunakan sebagai panduan bagi rumah sakit dalam memastikan kualitas layanan kesehatannya, harapannya tentu saja tercapainya kepuasan pasien. Waktu tunggu standar layanan Farmasi untuk obat yang tidak diformulasikan adalah 30 menit, dan untuk obat yang diformulasikan adalah 60 menit. Tetapi pada praktiknya, layanan Depo Farmasi belum bisa memenuhi standar minimum layanan karena terkendala beberapa hal.
Salah satu teori yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala adalah Theory of Constraint. Kendala utama yang ditemukan dari implementasi Theory of Constraint, yaitu pada langkah entri data resep yang merupakan tahap dengan waktu tunggu yang paling lama dibandingkan dengan tahap lain dari layanan Farmasi. Lamanya proses entri data disebabkan sering absennya beberapa petugas jaga Depo Farmasi atau seringnya petugas ke luar ruangan untuk sekedar menyelesaikan urusan pribadi di saat jam kerja. Sehingga distribusi petugas di Depo Farmasi menjadi kacau dan petugas lain menjadi kewalahan, hal ini mengakibatkan terlambatnya proses entri data resep.
Segala bentuk kendala tersebut mengindikasikan kurang disiplinnya petugas Depo Farmasi dan menyebabkan kerugian waktu bagi pasien. Manajemen rumah sakit dituntut untuk lebih tegas melakukan tindak lanjut dalam penyelesaian masalah lamanya waktu tunggu pelayanan obat di Depo Farmasi demi pelayanan yang lebih efektif dan efisien kepada pasien. (*)
Penulis: Thinni Nurul Rochmah
Apabila saudara tertarik dengan topik ini, saudara dapat membacanya artikel Implementation Of Theory Of Constraint On Waiting Time Of Prescription Service. Link artikel ini dapat diunduh pada https://e-journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/9109/7659