Mewujudkan keunggulan kompetitif pada era informasi saat ini membutuhkan investasi dan implementasi TI yang tepat untuk mendukung bisnis secara optimal. Para praktisi dan peneliti di bidang sistem dan teknologi informasi telah mengembangkan metodologi, kerangka kerja, maupun model untuk mengimplementasikan TI yang sesuai dengan kebutuhan bisnis perusahaan. Beberapa di antaranya adalah enterprise architecture, model tata kelola Teknologi Informasi, kerangka kerja Information Technology and Information Library (ITIL), dan COBIT.
Meskipun kerangka kerja tersebut telah mencakup panduan yang lengkap mulai dari landasan teori sampai dengan langkah-langkah praktis, namun penerapannya di lapangan masih sulit dan memunculkan sejumlah tantangan. Contohnya, para stakeholder yang berkepentingan dengan implementasi enterprise architecture (EA) di suatu perusahaan menilai bahwa kerangka kerja tersebut terlalu sulit dan kompleks untuk diterapkan dalam pelaksanaan kerja sehari-hari.
Kasus lainnya adalah penerapan kerangka kerja tata kelola TI, yaitu COBIT (sebelumnya dikenal sebagai Control Objective for Information and Related Technology) versi 5, yang implementasinya menyaratkan sumber daya spesifik dan melibatkan jumlah objek, proses, dan relasi yang besar.
Pada penyelenggaraan proses bisnis dewasa ini, semua perusahaan, baik perusahaan besar maupun usaha kecil dan menengah (UKM), membutuhkan investasi dan implementasi sistem dan teknologi informasi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan bisnis perusahaan. Pelaku UKM seringkali tidak memiliki sumber daya dan kemampuan yang memadai untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merancang solusi teknologi optimal yang diperlukan. Kerangka kerja yang ada saat ini dikembangkan berdasarkan karakteristik dan kebutuhan perusahaan besar sehingga sejumlah proses dan komponennya tidak dapat diaplikasikan di perusahaan kecil dan menengah.
Selain itu, sebagian besar penerapan kerangka kerja tersebut membutuhkan konsultan yang sudah berpengalaman. Padahal, perusahaan kecil dan menengah justru lebih membutuhkan panduan praktis yang dapat memfasilitasi penyusunan strategi implementasi teknologi informasi yang tepat. Karena modal dan sumber daya yang relatif terbatas, teknologi informasi merupakan komponen kunci bagi UKM untuk dapat mengembangkan kapabilitas kompetitifnya sehingga UKM dapat berkembang dalam pasar yang kompetitif.
Untuk membantu UKM mengimplementasikan solusi teknologi yang tepat, penelitian ini mengembangkan kerangka kerja implementasi sistem dan teknologi informasi berbasis strategi kompetitif, yaitu kerangka kerja IT-based Competitive Strategy (ITCS). Strategi kompetitif fokus pada pengembangan bisnis utama dan kapabilitas unggul dari tiap UKM. Hal ini penting karena sumber daya UKM pada umumnya terbatas sehingga pengembangan bisnis harus dilakukan secara selektif.
Pembangunan kerangka kerja didasarkan pada pendekatan praktis, yang terdiri dari model tata kelola TI berbasis strategi kompetitif, perangkat lunak berupa pemetaan bisnis inti dan strategi kompetitif, dan panduan penerapan kerangka kerja. Pengembangan kerangka kerja didasarkan pada metode design science research yang meliputi proses analisis dan perancangan, proses evaluasi, dan proses penerapan kerangka kerja di studi kasus.
Kerangka
kerja ITCS versi 1 terdiri dari tiga konstruk utama, yaitu identifikasi dan penetapan visi dan misi UKM, identifikasi dan analisis perspektif bisnis, dan penyusunan strategi
implementasi sistem dan
teknologi informasi. Identifikasi dan analisis perspektif bisnis meliputi penetapan value driver dari implementasi sistem dan teknologi informasi, identifikasi faktor kompetitif yang menjadi ciri dan keunggulan UKM, dan analisis faktor internal dan lingkungan eksternal dengan alat bantu matriks Extended SWOT.
Selanjutnya, kerangka kerja ITCS versi 1 dievaluasi oleh para pakar dan praktisi di bidang manajemen sistem dan teknologi informasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa secara umum kerangka kerja dapat membantu UKM menyusun strategi implementasi sistem dan teknologi informasi, tetapi sisi praktisnya dinilai kurang karena metodologinya tidak jelas. Sementara itu, hasil penerapan kerangka kerja ITCS di lima UKM menunjukkan bahwa tiga UKM dapat mempelajari dan menggunakan ITCS, namun dua lainnya justru merasa bingung karena tidak ada panduan lebih detil tentang penjabaran masing-masing konstruk.
Langkah selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi kerangka kerja ITCS versi 1 adalah memperbaiki dan mengembangkan kerangka kerja dengan mengadopsi sejumlah elemen dari kerangka kerja TOGAF. Kerangka kerja TOGAF adalah standar de facto untuk arsitektur enterprise di seluruh dunia, yang berisi metode detil dan tools untuk membangun dan mengelola arsitektur enterprise. Pengembangan kerangka kerja ITCS mengadopsi dua fase dari TOGAF, yaitu fase Architecture Vision pada konstruk visi dan misi enterprise dan fase Business Architecture pada konstruk perspektif bisnis.
Penambahan pada perspektif bisnis adalah menyusun proses bisnis baseline, menetapkan target proses bisnis, mengidentifikasi gap, dan mengevaluasi kapabilitas UKM. Selanjutnya, strategi implementasi sistem dan teknologi informasi di UKM disusun berdasarkan hasil identifikasi gap, analisis kapabilitas, dan target proses bisnis. Kerangka kerja ITCS versi dua ini diterapkan pada enam UKM. Hasilnya, mayoritas UKM menilai bahwa kerangka kerja ITCS versi 2 mudah dipelajari dan digunakan, dan dapat diaplikasi sesuai dengan kebutuhan UKM. (*)
Penulis: Ira Puspitasari
Penelitian ini telah dipresentasikan di International Conference on Information Communication and Management 2019 pada tanggal 23-26 September 2019 di Prague, Republik Ceko dengan judul Extending IT-based Competitive Strategy Framework using Architecture Vision and Business Architecture of TOGAF Architecture Development Method (ADM).
Artikel selengkapnya dapat diakses melalui ACM Digital Library:
https://dl.acm.org/citation.cfm?id=3357456