UNAIR NEWS – Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR kembali menyumbang publikasi ilmiah untuk universitas. Kali ini, Alfiyatul Qomariyah S.Ak., M.BA., Ph.D. atau yang akrab disapa Alfiyatul melakukan penelitian bertajuk Managing expatriate knowledge sharing process: the roles of source and recipient contexts.
Alfiyatul menjelaskan, knowledge sharing merupakan kegiatan kegiatan berbagi pengetahuan antar karyawan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan dalam suatu perusahaan atau organisasi, karyawan dituntut untuk dapat melakukan knowledge sharing dengan efektif agar pengetahuan penting yang didapatkan karyawan dapat tersebar secara merata.
“Oleh sebab itu, manajer perlu memahami faktor-faktor yang dapat memotivasi dan mendorong karyawan untuk membagi pengetahuan mereka secara efektif,” jelas Alfiyatul.
Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan knowledge sharing adalah faktor sumber dan penerima. Faktor tersebut antara lain motivasi, kesempatan, kecerdasan budaya, serta efikasi diri.
“Karyawan dengan karakteristik yang baik akan menghasilkan keberhasilan bagi penerapan knowledge sharing,” lanjutnya.
Berkaitan dengan karakteristik tersebut, hendaknya manajer perlu memperhatikan karakteristik dari karyawan yang ditugaskan ke luar negeri atau ekspatriat. Jika terdapat kekurangan yang dimiliki calon ekspatriat maka manajer perlu memberikan pelatihan dan pendampingan sebelum keberangkatan.
Hal tersebut penting mengingat ekspatriat bertugas untuk menyampaikan informasi dari pusat perusahaan ke manajer atau karyawan yang ada di perusahaan cabang. Informasi atau pengetahuan itu akan tersampaikan dengan baik jika ekspatriat mampu menerapkan knowledge sharing dengan efektif.
“Kegagalan eskpatriat dalam menyebarkan pengetahuan akan berakibat buruk bagi perusahaan serta kerugian yang besar karena untuk menjalankan ekspatriasi saja membutuhkan dana yang tidak sedikit,” paparnya.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa yang mempengaruhi ekspatriat untuk melakukan knowledge sharing adalah kesempatan, bukan motivasi. Hal tersebut karena ekspatriat dapat berbagi pengetahuan apabila terdapat kesempatan berupa waktu dan fasilitas yang memadai.
“Jika ekspatriat dituntut mengerjakan hal-hal lain yang menyita kesibukan, maka kesempatan itu tidak bisa didapatkan,” ungkap Alfiyatul.
Selain itu, pada penelitian yang dilakukan menunjukkan efikasi diri justru berpengaruh negatif pada knowledge sharing. Hal tersebut dapat terjadi apabila beberapa eksptariat mungkin menilai dirinya mampu atau ahli dalam hal tertentu, namun sebenarnya dia tidak mengatahui apa-apa tentang hal tersebut.
“Berdasarkan faktor-faktor yang dibahas di atas, penting bagi manajer untuk menyeleksi ekspatriat yang akan dikirim ke luar negeri agar dapat mentrasnfer pengetahuan dengan efektif,” pungkasnya.
Penulis : Galuh Mega Kurnia
Editor : Nuri Hermawan
Reference : Li-Yueh Lee, Alfiyatul Qomariyah. 2019. Managing expatriate knowledge sharing process: the roles of source and recipient contexts. International Journal of Services and Standards, 2018 Vol.12 No.3/4, pp.332 – 346.
Link : https://www.inderscience.com/info/inarticle.php?artid=100203