UNAIR NEWS – Nutrisi yang adekuat dibutuhkan oleh anak usia prasekolah dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat dapat dicapai dengan memperhatikan variasi makanan dalam jumlah yang tepat sesuai dengan angka kebutuhan gizi.
Dalam hal ini, diet anak biasanya ditentukan oleh ibu. Akan tetapi, hal tersebut dapat menjadi permasalahan pada anak usia prasekolah, karena perkembangan indra perasa anak dapat menjadi lebih selektif dalam memilih rasa makanan, serta adanya distraksi dari jajanan atau snack kurang sehat yang banyak dijual di lingkungan sekitar anak.
“Pada akhirnya, anak dapat mengembangkan perilaku makan yang kurang baik dan mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan malnutrisi pada anak,” ujar Dosen Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga, Eka Mishbahatul Mar’ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep.
Melihat fenomena tersebut, Eka sapaan akrabnya, melakukan sebuah penelitian bersama Nursalam, Efendi Ferry, Arief Yuni Sufyanti, dan Has Dwi Faqihatus Syarifah. Penelitian itu menyasar pada ibu dan anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang terdaftar dalam posyandu balita di wilayah Gresik.
Penelitian berjudul “Pre-Schoolers’ Eating Behavior in Urban Communities: An Overview” itu bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku makan pada anak usia prasekolah yang tinggal di wilayah perkotaan. Penelitiannya dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif cross-sectional. Sampel dalam penelitiannya adalah 90 pasang ibu dan anak usia prasekolah yang dipilih dengan teknik simple random sampling.
Data demografi didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ibu. Sementara untuk mengevaluasi kebiasaan makan anak, digunakan instrumen 24-hours dietary recall (24HR). Kemudian, tingkat kecukupan energi anak diukur dengan membandingkan hasil pengisian 24HR dengan Recommended Doetary Allowance (RDA) untuk anak usia prasekolah di Indonesia.
Keragaman diet dievaluasi dengan mengkaji variasi makanan yang dikonsumsi oleh anak, dimana diet harus mengandung karbohidrat, protein hewani atau nabati, sayuran buah-buahan, minyak sehat, susu dan air. Kemudian, data akan dideskripsikan menggunakan frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar anak usia prasekolah memiliki tingkat kecukupan energi yang baik, yaitu sebanyak 58 responden (64,4%). Akan tetapi, masih ada anak yang memiliki tingkat kecukupan energi rendah. Sebagian besar anak juga telah memiliki keragaman diet yang baik, tetapi masih ada anak yang dietnya belum bervariasi.
Energi dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia prasekolah. Sumber energi yang terbesar adalah karbohirat, protein, dan lemak. Masyarakat Indonesia umumnya mendapatkan energi dari karbohidrat dan makanan berbahan dasar tepung serta sereal.
“Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar keragaman diet yang diterapkan pada anak usia prasekolah adalah karbohidrat, protein hewani dan nabati, serta susu. Sayuran dan buah-buahan jarang ditemukan di dalam diet,” ujar Eka.
Padahal, kata Eka, kandungan vitamin di dalam sayuran dan buah-buahan juga diperlukan oleh anak usia prasekolah. Data di Indonesia menunjukkan bahwa meskipun angka kecukupan energi anak tercukupi, tetapi banyak anak yang kekurangan nutrien lain seperti vitamin karena kurangnya keragaman dalam diet anak.
“Dalam hal ini, ibu memiliki peran yang sangat penting dalam penentuan diet dan menanamkan perilaku makanyang baik pada anak usia prasekolah,” Pesan Eka.
Penulis: Fariz Ilham Rosyidi
Editor: Khefti Al Mawalia
Referrensi:
https://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=498
Has Eka Mishbahatul Marah, Nursalam, Efendi Ferry, Arief Yuni Sufyanti, Has Dwi Faqihatus Syarifah. 2019. Pre-Schoolers’ Eating Behavior in Urban Communities: An Overview. Indian Journal of Public Health Research & Development, Volume : 10, Issue : 8