UNAIR NEWS – Mikroba selulolitik seperti bakteri, kapang, jamur dan protozoa merupakan agen penghasil enzim selulase. Enzim ini mampu menghidrolisis ikatan β-1,4 glycosidepada selulose, suatu struktur polisakarida yang banyak terdapat pada tanaman. Enzim selulase dapat dihasilkan dari berbagai jenis mikroba, misalnya bakteri, kapang, jamur dan protozoa.
Ensim selulase digolongkan dalam 2 golongan yaitu, eksoselulase dan endoselulase. Eksoselulase dapat disekresi oleh mikroba sehingga terdapat dalam keadaan bebas pada saluran pencernaan hewan, sedangkan endoselulase terdapat dalam tubuh mikroba dan secara in-vitro harus dikeluarkan dengan jalan sonikasi.
Potensi enzim selulase inilah menjadi latar belakang dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Dr. Widya Paramita Lokapirnasari MP., Drh bersama tim melakukan riset terkait hal tersebut. Penelitiannya bertujuan untuk mengidentifikasi isolat selulolitik yang berasal dari limbah cairan rumen sapi Rumah Potong Hewan (RPH) melalui pengujian aktivitas enzim selulolitik.
“Parameter yang diamati pada penelitian saya bersama tim meliputi aktivitas enzim endoglucanase, exoglucanase dan β-glucosidase. Selain itu juga dilakukan pengujian genotip melalui uji 16S rDNA dan identifikasi secara biokimiawi dengan menggunakan VITEK 2 microbial identification systemversion: 05.01 (BioMérieux). ,” ulasnya.
DNA bakteri sampel yang telah diisolasi, lanjutnya, kemudian diamplifikasi secara in vitro dengan metode PCR. Selanjutnya dari urutan sequencing nukleotida fragmen 16S rDNA di determinasi dengan membandingkan di data GenBank untuk mengidentifikasi bakteri sampel.
Bakteri yang digolongkan sebagai bakteri selulolitik didasarkan pada kemampuannya tumbuh pada media selektif Carboxyl Methyl Celullose (CMC). Kemampuan memanfaatkan selulosa juga didasarkan pada terbentuknya zona bening pada media CMC dengan pewarnaan congo red.
Adanya zona bening pada media CMC menunjukkan kemampuan mikroba untuk memanfaatkan selulosa.Kemampuan tumbuh tersebut menunjukkan bahwa bakteri Enterobacter cloacaemampu memanfaatkan selulosa sebagai sumber nutriennya.
“Hasil aktivitas enzim menggunakan substrat spesifik mengindikasikan bahwa isolate selulolitik menunjukkan aktivitas enzim endo-(1,4)-β-D-glucanase sebesar 2,0617 x 10-1 U/ml, aktivitas enzim exo-(1,4)-β-D-glucanase sebesar 2,2400 x 10-1 U/ml serta enzim β-glucocidase sebesar 2,7000 x 10-1 U/ml. Pada isolat selulolitik tersebut telah dilakukan uji lanjut dengan 16S-DNA dan penyusunan pohon filogenetik terhadap 82 isolat dengan tingkat kemiripan 97-99%,” jelasnya.
Mayoritas bakteri yang mirip dengan isolat tersebut adalah dari Genus Enterobacter. Berdasarkan tingkat kemiripan susunan nukleotida, kedekatan posisi dengan Enterobactercloacae subs cloacae ATCC 13047 serta sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan sistem identifikasi mikroba, maka isolat tersebut diidentifikasi sebagai Enterobacter cloacae SAR 01.
Penulis: Dian Putri Apriliani
Editor: Nuri Hermawan
Link : http://ivj.org.in/users/members/viewarticles.aspx?ArticleView=1&ArticleID=8975
Andreas, B.Y., W.P. Lokapirnasari, R.Najwan, K. Huda, H.C.P, Wardhani, dan N.F.N, Rohman. 2019. Characterization of Cellulolytic Bacteria as Candidate Probiotic for Animal. Indian Veterinary Journal, 96(08): 29-31.