UNAIR NEWS – Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna. Tidak hanya berupa fisik, namun juga dilengkapi oleh komponen biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Komponen-komponen tersebut menuntut untuk selalu dipenuhi kebutuhannya.
Selama ini, ungkap Sriyono, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB, pasien yang berada di ruang rawat intensif umumnya terintubasi dan tidak sadarkan diri. Kondisi itu berdampak secara psikologis, sosial, dan spiritual. Seringkali kondisi tersebut menimbulkan ketidakberdayaan dan keputusasaan pada pasien dan pada akhirnya jatuh dalam kondisi distres spiritual dimana pasien sudah tidak lagi percaya pada Tuhan, tidak lagi melakukan ibadah, dan hilang pengharapan terhadap Tuhan.
“Proses penyembuhan dan mekanisme koping tentunya akan terhambat jika pasien mengalami distres spiritual,” ungkapnya.
Menurutnya, perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk membantu terpenuhinya kebutuhan dasar pasien, khususnya kebutuhan spiritual. Selama ini, sambungnya, perawat di ruang rawat intensif lebih banyak menekankan pada kebutuhan fisik saja, seperti menstabilkan tanda vital pasien dan mengatasi nyeri. Masih sangat jarang perawata memberikan perhatiannya pada kebutuhan spiritual.
“Kondisi ini disebabkan karena perawat kurang mengetahui bagaimana cara memberikan perawatan spiritual kepada pasien dengan perawatan intensif yang kondisinya terintubasi dan tidak berdaya,” terang Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga tersebut.
Sriyono menuturkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual tidak hanya terbatas pada ritual peribadatan saja. Komunikasi adalah komponen yang penting untuk dilakukan. Intervensi sederhana seperti komunikasi bersama pasien, mendengarkan keluh kesah pasien, dan melakukan tanya jawab seputar keyakinan pasien dapat dilakukan.
“Bersama dengan pasien, perawat dapat mengetahui pasien dalam mengekspresikan pengalaman rasa sakit, ketidaknyamanan, dan mendengarkan ekspresi emosi dan kecemasan, seperti depresi, kesedihan, ketakutan atau kesepian, yang bisa menghambat kesehatan mereka secara fisik, emosional dan spiritual,”ujarnya.
Dalam penelitian ini, perawat diharapkan dapat memberikan fasilitas kepada pasien dengan untuk melakukan doa atau membacakan kitab. Doa memiliki efek positif pada psikologis dan kesejahteraan fisik. Identifikasi kebaikan pasien, menghormati, berbicara dan mendengarkan, dan berdoa adalah aspek-aspek penting dari perawatan spiritual.
Berdoa bersama atau berdoa untuk pasien, menghabiskan waktu bersama pasien dan meyakinkan pasien, serta menawarkan harapan adalah hal-hal yang penting dan sederhana yang dapat dilakukan oleh perawat,” jelasnya.
Selain itu, perawat juga dapat melakukan kolaborasi dengan pemuka agama dan keluarga untuk melakukan bimbingan kepada pasien untuk memnuhi kebutuhan spirituanya. Sebab, terangnya, keluarga memiliki peran penting dalam mendukung dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien.
“Kolaborasi yang efektif diperlukan, mengingat perubahan saat ini dalam sistem perawatan kesehatan dihimbau untuk menyediakan perawatan spiritual yang memadai. Hal itu akan membuat pasien merasa nyaman dan menerima kondisinya serta dapat mengantarkan pasien pada kematian yang damai,” tutupnya.
Penulis: Khefti Al Mawalia
Editor: Nuri Hermawan
Referensi:
https://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=536
Laili Nadia Rohmatul, Zulkarnain Hakim, Yasmara Deni, Sriyono. 2019. Promoting Spiritual Nursing Care in an Intensive Care Unit: A Systematic Review. Indian Journal of Public Health Research & Development, Volume : 10, Issue : 8.