Menghadapi anak yang sering marah dan mengamuk bukan hal yang mudah. Kondisi anak seperti ini dikenal dengan istilah Temper tantrum. Tempertantrummerupakan masalah perilaku yang paling umum pada anak-anak dari 16 bulan hingga 6 tahun dalam bentuk kemarahan yang meledak yang ditunjukkan oleh variasi perilaku mulai dari menangis dan berteriak, hingga tindakan kasar dan agresif seperti melempar barang, berguling-guling di lantai, membenturkan kepala. dan menendang atau memukul orang tua.Temper tantrum adalah umum pada anak-anak pra-sekolah, tetapi itu tidak normal jika terjadi setiap hari.Temper tantrum yang tidak normal berkontribusi banyak efek negatif pada anak-anak. Efek jangka pendek mungkin termasuk kemarahan anak-anak dengan melukai diri sendiri dan orang lain atau menghancurkan benda-benda di sekitar mereka, serta emosi dan agresivitas yang tidak terkendali. Dalam jangka panjang, anak-anak tidak bisa berurusan dengan lingkungan mereka, tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru dan kesulitan dalam memecahkan suatu masalah. Anak-anak yang menderita amarah dengan frekuensi abnormal juga dikaitkan dengan kenakalan di masa remajanya.
Sebuah penelitian yang dilakukan Kirana pada tahun 2013 di Indonesia menunjukkan bahwa temper-tantrum frekuensi tinggi pada anak-anak prasekolah mencapai 26% dari 88 responden. Syam pada tahun 2012 melaporkan hasil penelitian yang menyatakan 34,2% dari 38 orang tua yang dilaporkan tidak dapat mengendalikan amarah anak-anak mereka.Orang tua sering tidak menyadari bahwa mereka dapat membiarkan terjadinya amukan pada anak-anak mereka. Orang tua dengan Parenting Self-Efficacy (PSE)/ efikasi diri orang tua yang rendah biasanya tidak yakin dengan kemampuan mereka sendiri sebagai orang tua sehingga ketika anak membuat ulah, mereka tidak dapat menunjukkan kemarahan dengan respons yang tepat. Orang tua sering mengalah pada keinginan anak-anak mereka, sehingga akan berpotensi menyebabkan terjadinya perilaku mengamuk ketika permintaan ditolak.
Perilaku orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak-anak adalah salah satu prediktor utama dari kemarahan pada anak-anak di samping faktor lingkungan dan karakteristik anak-anak. PSE adalah penentu utama yang akan mempengaruhi strategi yang dipilih oleh orang tua dalam menghadapi temper tantrum yang kemudian mempengaruhi perilaku amukan. Orang tua dengan PSE tinggi akan lebih responsif terhadap semua kebutuhan anak selama amukan, sehingga orang tua dapat menangani dan mencegah amukan dengan baik. Tingkat PSE juga mempengaruhi gaya pengasuhan yang dipilih oleh orang tua. Orang tua dengan gaya pengasuhan yang demokratis cenderung memiliki anak dengan amarah yang normal dan orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan yang otoriter cenderung memiliki anak dengan amarah yang tidak normal.Oleh karena itu, kami melakukan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara Parenting Self-Efficacy dan frekuensi temper tantrum pada anak-anak.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 96 orang tua siswa. Data dikumpulkan menggunakan Self-efficacy for Parenting Task Index-Toddler Scale (SEPTI-TS) kuesioner untuk mengukur tingkat PSE dan penilaian Multidimensional Assessment of Preschool Behaviour Problem(MAP-DB) kuesioner untuk mengukur kemarahan anak-anak.
Hasil penelitian ini menemukan bahwaada hubungan yang signifikan antara level PSE dengan status perkembangan dan perilaku anak, di mana semakin tinggi tingkat PSE akan mengarah pada semakin baik status perkembangan dan perilaku yang ditunjukkan oleh anak.PSE dapat menjadi faktor yang memediasi komponen yang mempengaruhi kualitas pengasuhan seperti depresi ibu, temperamen anak dan dukungan sosial.Kedisiplinanpada anak-anak terkait erat dengan pola pengasuhan yang diikuti orang tua dalam berurusan dengan anak-anak mereka, yang salah satunya memengaruhi sikap dan disiplin otoriter. Dalam pengasuhan yang otoriter, orang tua memiliki kecenderungan untuk merawat anak-anak sesuai dengan apa yang dianggap terbaik oleh mereka, seperti dengan hukuman dan ketidakpedulian, sikap ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang memungkinkan terjadinya kekacauan di rumah. Orang tua dengan pengasuhan yang otoriter memiliki anak dengan amarah yang lebih tidak terkontrol dibandingkan dengan orang tua dengan pengasuhan yang demokratis.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu adanya program prasekolah yang dapat membangun dan menjalankan program kelas parenting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan parenting dalam mengasuh anak untuk meningkatkan Parenting Self-Efficacy. Selain itu, program prasekolah juga direkomendasikan untuk meningkatkan jumlah program pembangunan karakter yang membentuk karakteristik anak-anak untuk mencegah kemarahan.
Penulis: Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., PhD.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=541
Fauziah, Y., Efendi, F., Pratiwi, I. N., & Aurizki, G. E. (2019). Parental Self-Efficacy on Temper Tantrum Frequency in Children. Indian Journal of Public Health Research & Development, 10(8), 2798-2802.
DOI Number: 10.5958/0976-5506.2019.02296.4