UNAIR NEWS – Tubuh manusia memang sangat rentan terhadap paparan eksternal antigen dari virus, bakteri, dan jamur (penyakit menular), serta dari pertumbuhan abnormal seperti tumor, dan sel-sel degeneratif. Menurut Dosen Fakultas Keperawatan UNAIR Ferry Efendi S.Kep.Ns., M.Sc., PhD., penyakit degeneratif dan paparan mikroorganisme dapat menekan kekebalan.
“Kebiasaan diet, seperti konsumsi makanan cepat saji, juga dapat memicu penurunan sistem kekebalan tubuh,” jelasnya.
Selanjutnya, ia juga menjelaskan bahwa beberapa penyakit infeksi dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi paparan senyawa beracun. Upaya itu, sambungnya, termasuk penggunaan imunostimulan lokal.
“Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh, misalnya penggunaan obat-obatan imunostimulan. Namun upaya ini tidak efektif karena banyak senyawa kimia dalam obat menimbulkan efek samping, sementara banyak obat-obatan juga memiliki efek imunosupresif atau menekan daya tahan tubuh,” jelasnya.
Oleh karena itu, imbuh Ferry, terapi herbal dianggap sebagai solusi untuk masalah itu. Khususnya penggunaan biji kurma jenis Phoenix dactylifera L. Biji kurma, jelasnya, mengandung banyak senyawa fenolik dan antioksidan yang diyakini dapat merangsang sistem kekebalan tubuh. Asam klorogenik, pelargonin, dan asam ferulat yang ditemukan dalam kurma dapat secara signifikan mengurangi jumlah sel imunoglobulin E (IgE) dalam kejadian alergi.
“Konsumsi kurma di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia sangat tinggi; namun, biji kurma biasanya dibuang. Biji kurma mengandung banyak senyawa aktif dalam bentuk antioksidan, seperti fenolat, yang dapat mengurangi kadar radikal bebas berdasarkan aktivitas anti-inflamasi dan imunostimulan,” paparnya.
Menurut Ferry, diet kurma telah ditemukan untuk meningkatkan kinerja dan respons serta status antioksidan dari sistem kekebalan pada ayam broiler. Namun, penggunaan biji kurma untuk meningkatkan status kesehatan seseorang perlu diteliti lebih lanjut. Untuk itu, ia melakukan penelitian dengan kurma yang digunakan berjenis Deglet nour (Phoenix dactylifera L.)
“Hasil riset menunjukkan potensi penggunaan biji kurma sebagai senyawa anti-inflamasi. Penelitian ini juga akan membantu para peneliti di masa depan untuk menjelaskan mekanisme aksi di balik efek anti-inflamasi dari biji kurma,” pungkasnya.
Penulis: Nuri Hermawan
Editor : Khefti Al Mawalia
Referensi :
http://www.herbmedpharmacol.com/Article/jhp-4316
Saryono, S., Taufik, A., Proverawati, A. and Efendi, F., 2019. Dietary supplementation of Phoenix dactylifera L. seeds decreases pro-inflammatory mediators in CCl4-induced rats. Journal of Herbmed Pharmacology, 8(3).