Kondisi kesehatan anak dengan leukemia tidak dapat diprediksi. Leukemia merupakan salah satu penyakit kanker yang banyak terjadi pada anak-anak di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Data Kementrian Kesehatan menyebutkan setidaknya ada 4100 kasus kanker anak di Indonesia, dengan prevalensi tertinggi pada leukemia sebesar 2.8 per 100.000.
Anak dengan leukemia akut dapat mengembangkan sel kanker dengan cepat. Oleh karena itu membutuhkan perawatan yang tepat waktu dan agresif. Gejala umum yang dapat ditemukan pada anak leukemia seperti sering kelelahan dan infeksi, berat badan menurun, banyaknya bintik merah di bawah kulit (petechiae), mudah terjadi perdarahan dan memar.
Sementara pada anak dengan leukemia kronik, sel kanker berkembang lebih lambat dengan gejala awal yang ringan dan sering terabaikan, hingga tidak terdekteksi selama bertahun-tahun. Di antaranya anemia, mual, berkeringat malam hari, nyeri tulang, serta memperlihatkan gejala mirip flu, termasuk demam dan menggigil. Mencermati tingginya angka leukemia pada anak dan leukemia sebagai jenis kanker yang sering terjadi.
Selain pengobatan yang tepat waktu dan agresif yang dapat dilakukan selama pengobatan anak leukemia, peran orang tua dalam perawatan sangatlah penting dapat dilakukan. Beberapa orang tua akan merasa stres merawat anak mereka yang menderita leukemia. Orang tua akan kesulitan untuk memahami perasaan dan kondisi yang dialami.
Peran petugas kesehatan dalam hal ini perawat sangatlah penting dalam membantu keluarga dalam memberikan perawatan pada anak leukemia. Memberikan kekuatan kepada keluarga, bahwa keluarga mampu memberikan perawatan yang terbaik untuk anaknya menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh petugas kesehatan, sehingga orang tua merasa berdaya dalam merawat anak dengan leukemia. Pemberdayaan pada keluarga ini merupakan suatu intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai salah satu intervensi untuk meningkatkan keberdayaan dan kemampuan keluarga dalam merawat anak leukemia.
Penelitian ini dilakukan pada 30 orang keluarga dengan anak menderita leukemia yang sedang menjalani pengobatan. Kemampuan keluarga dalam merawat anak leukemia dinilai dari indikator penerimaan keluarga pada kondisi kesehatan yang dialami (perceived health), pertumbuhan diri keluarga (personal growth), dankondisi kesejahteraan dari keluarga (Existensial wellbeing).
Untuk variabel kondisi kesehatan anak leukemia dinilai dengan indikator berat badan anak, hasil laboratorium leukosit, dan frekuensi kejadian perdarahan pada anak. Kemampuan keluarga dalam merawat anak leukemia diharapkah dapat meningkat setelah diberikan pendampingan pada keluarga agar keluarga menjadi berdaya optimal dalam melakukan perawatan pada anaknya yang menderita leukemia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan orang tua dalam merawat anak leukemia dalam hal ini dinilai dari indikator penerimaan keluarga pada kondisi kesehatan yang dialami (perceived health), pertumbuhan diri keluarga (personal growth), dankondisi kesejahteraan dari keluarga (Existensial wellbeing) meningkat setelah diberikan pendampingan pada keluarga dalam memberikan perawatan pada anak leukemia. Pendampingan yang diberikan pada keluarga berupa meningkatkan persepsi keluarga dalam hal penerimaan kesehatan keluarga, meningkatkan pertumbuhan diri keluarga, dan meningkatkan kondisi kesejahteraan keluarga dalam merawat anak leukemia.
Peningkatan indikator dari kemampuan keluarga ini dapat meningkatkan tindakan keluarga dalam merawat anak leukemia. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anak leukemia dapat meningkatkan kondisi kesehatan anak leukemia. Kondisi kesehatan anak leukemia dilihat berdasarkan peningkatan berat badan anak, penurunan kejadian infeksi pada anak yang dilihat dari nilai perubahan nilai hitung leukosit, dan penurunan kejadian perdarahan pada anak. Pada penelitian ini kondisi kesehatan anak meningkat setelah orang tua mendapatkan pendampingan dalam hal peningkatan kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada anak leukemia, indikator peningkatan kondisi anak pada aspek peningkatan berat badan, dan penurunan kejadian perdarahan.
Hasil penelitian ini mempunyai implikasi bahwa upaya meningkatkan kondisi kesehatan anak yang menderita leukemia dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan orang tua dalam melakukan perawatan pada anak leukemia, melalui kegiatan pendampingan kepada orang tua dalam melakukan pengambilan keputusan yang tepat dalam meningkatkan kemampuannya untuk merawat anak leukemia. Perlu adanya keterlibatan petugas kesehatan lainnya dalam penerapan intervensi pendampingan kepada keluarga sehingga tercipta adanya integrasi yang kuat untuk mendukung peningkatan kualitas hidup anak dengan leukemia. (*)
Penulis: Yuni Sufyanti Arief
Informasi detail mengenai penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=518