UNAIR NEWS – Evolusi dari hasil karya umat manusia seringkali membuat kita terkagum-kagum dan patut untuk diapresiasi. Bukti dari evolusi tersebut adalah dampak positif yang diberikan oleh revolusi industri 4.0. Internet jadikan faktor ruang dan waktu bukanlah masalah bagi manusia. Jutaan jiwa menggantungkan kebutuhan ekonominya, jutaan hiburan dan aspek budaya lainnya menjadi sangat terjangkau bagi kita semua.
Dalam Seminar Nasional ASPDC 5.0 yang diadakan oleh FISIP UNAIR, Haris Azhar mengapresiasi tingginya tingkat aksesibilitas masyarakat Indonesia pada internet. Namun, ia merasa sangat miris bahwa sebagian besar dari konten akses internet masyarakat Indonesia hanya sebagai konsumen dan pengguna.
“Tanpa kita sadari, kita begitu terbuai dengan kemudahan dan kepraktisan yang internet berikan, kita membangun sebuah zona nyaman di mana kita tidak mau keluar dari itu dan membuat sesuatu yang baru dari terobosan 4.0 ini,” ujar founder Lokataru itu.
Menurut Haris, disitulah problema paradigma masyarakat Indonesia itu muncul dan itu bisa berakhir pada penggunaan internet yang tidak bijak. Di sinilah Haris mengkritik bahwa sistem hukum yang mengatur itu tidak dapat mencegah hal itu dengan baik dan implementasinya malah merugikan banyak orang yang seharusnya tidak bersalah.
“Disinilah dampak dari polemik UU ITE itu, orang mulai hilang kepercayaan dengan tujuan pasal itu dan masyarakat menghadirkan negara pada kondisi yang benar-benar tidak perlu. Sebenarnya, sanksi sosial itu sudah cukup,” tegas lulusan Universitas Trisakti itu.
Seminar Nasional ASDPC 5.0 diadakan dengan mengusung tema “Paradigma dan Problematika Masyarakat Madani di Era Revolusi Industri 4.0” pada Kamis (24/10/2019) di Aula Soetandyo Lt.3 Gedung C FISIP UNAIR dan menghadirkan narasumber lain seperti Siti Aminah, Agnes Santoso, dan Budiman Soedjatmiko.
Penulis : Pradnya Wicaksana
Editor : Khefti Al Mawalia