UNAIR NEWS – Universitas Airlangga membuktikan diri sebagai institusi pendidikan yang memberikan kontribusi dalam pembangunan peradapan manusia. Hal ini ini diketahui dalam paparan sharing session di Harris Hotel Gubeng, Kamis (17/10/2019).
Sharing session menghadirkan Prof Mohammad Nasih Rektor UNAIR dan Prof. Badri Munir Sukoco Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan UNAIR. Dalam forum itu, Rektor Universitas Airlangga memaparkan sejumlah dampak sosial dan ekonomi Universitas Airlangga terhadap masyarakat di Jawa Timur.
Forum itu dihadiri redaktur dan wartawan dari berbagai media massa, baik online, cetak, televisi, maupun radio, serta stakeholder dari Koordinator Informasi dan Humas yang ada di fakultas dan unit di UNAIR. Forum itu menjadi ruang bertukar informasi seputar perkembangan berbagai informasi terbaru tentang UNAIR.
Dalam kesempatan itu, Rektor UNAIR menyampaikan dampak hadirnya UNAIR untuk masyarakat Jawa Timur. Ada sebanyak 5,34 triliun pertahun kontribusi perekonomian mahasiswa UNAIR, 1,63 triliun kontribusi dosen dan tenaga kependidikan, dan 58 miliar kontribusi mahasiswa internasional. Mahasiswa internasional UNAIR tersebar di seluruh dunia hingga mencapai 42 negara.
Dalam hal pengabdian masyarakat, UNAIR berkontribusi terhadap perekonomian sebesar 80 miliar, dalam hal penelitian sebesar 260 miliar, dan 547 miliar kontribusi perekonomian lulusan UNAIR dalam tiga tahun terakhir.
“Totalnya, UNAIR berkontribusi menyumbang sebanyak 7,92 triliun untuk perekonomian Jawa Timur. Angka itu setara dengan 0,36 persen perekonomian di Jawa Timur,” ujar Rektor UNAIR Prof Moh Nasih.
Dalam bidang sosial, UNAIR telah menyalurkan dana sebesar 16 miliar setiap tahun untuk kegiatan sosial. Hal itu mencakup sebanyak 2.215 program kegiatan KKN yang dilakukan setiap tahun di berbagai daerah di Indonesia, sebanyak 5.186 mahasiaswa mengikuti KKN tiap tahun, sebanyak 359 desa dibina setiap tahun, sebanyak 19.681 mahasiswa menerima beasiswa dalam tiga tahun terakhir, dan sebanyak 1.171 mahasiswa berwirausaha dalam dua tahun terakhir.
Sementara dalam bidang kesehatan, UNAIR memiliki sebanyak tiga rumah sakit. Setiap hari, sebanyak 600 pasien ditangani oleh RS UNAIR, RS Gigi dan Mulut UNAIR, dan RS Hewan UNAIR. Sebanyak 1.320 penelitian dengan subject kesehatan terindeks Scopus.
Di sisi lain, sebanyak 72 persen dokter di RS Dr Soetomo, rumah sakit rujukan terbesar di Jawa Timur, adalah alumnus UNAIR. Sebanyak 1.800 mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) UNAIR tersebar di seluruh Jawa Timur. Dan sebanyak 1.320 mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis lulus dalam lima tahun terakhir. Tak hanya itu, UNAIR adalah satu-satunya kampus di Indopnesia yang memiliki Lembaga Penyakit Tropis.
Tak hanya itu, Rumah Sakit Terapung Ksatria Universitas Airlangga (RSTKA) adalah satu-satunya rumah sakit terapung yang dimiliki kampus di Indonesia dan didukung oleh pemerintah. Pertama kali beroperasi pada tanggal 25 Oktober 2017, RSTKA sudah menjangkau lebih dari 25 pulau terpencil di Indonesia.
Akan Dibuka Lima Prodi Teknik
Dalam kesempatan itu, Rektor UNAIR mengatakan akan dibukanya sekolah teknik di UNAIR yang akan mulai dibuka tahun ajaran 2020/2021.
“Banyak mahasiswa yang berburu kuliah teknik di luar negeri. Melihat potensi itu, kami membuka sekolah/fakultas baru yang khusus mengelola bidang keteknikan. Keteknikan yang advanced. Harapannya, kita bisa bersaing di level nasional dan internasional,” ucap rektor.
Lima prodi yang akan dibuka itu antara lain teknik industri, teknik elektro, nano teknologi, data sains, robotika dan artifisial intelegent.
“Tahun ajaran 2020-2021 kita akan mulai ikut SNMPTN, SBMPTN, dan Mandiri. Bulan depan ground breaking untuk gedung kuliah bersama,” tambah rektor.
Selain itu, salah satu alasan dibukanya fakultas teknik adalah karena sebanyak 82,3 persen mahasiswa UNAIR adalah perempuan. Hal itu dikarenakan mayoritas program studi yang dibuka di UNAIR adalah passion perempuan. Dibukanya fakultas teknik diharapkan dapat memeratakan kombinasi antara mahasiswa laki-laki dan perempua di UNAIR. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh