UNAIR NEWS – Stres adalah suatu dinamika umum yang dialami manusia. Berbeda dengan gangguan psikologis lain, stres normal terjadi karena setiap hari manusia bertemu dengan stressor (pemicu stress, Red).
Sebagai sesuatu yang umum terjadi, stres perlu dikelola dengan baik. Karena jika tidak dikelola dengan baik, seseorang akan mengalami kegagalan pada suatu situasi tersebut. Lebih parah, bukan tidak mungkin seseorang mengalami hal yang lebih buruk, seperti depresi.
Tri Kurniati Ambarini, M.Psi., Psikolog selaku dosen Fakultas Psikologi (FPSi) Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menangani stres. “Sebuah stresor bisa tidak berbuah stres kalau kita bisa mengelolanya dengan baik,” kata dia.
Misalnya, berada di situasi kemacetan merupakan pemicu stres bagi sebagian orang. Yang bisa dilakukan adalah mengubah cara pandang terhadap macet. Sehingga kemacetan yang tadinya pemicu stres tidak lagi menjadi stresor (pemicu stress).
Perubahan cara pandang tersebut dapat diterapkan pada stresor-stresor yang lain. “Jadi tergantung bagaimana cara kita menilainya. Misalnya ketika berada di kemacetan, ada beberapa orang yang stres, namun ada yang malah tenang,” jelasnya.
Stres juga bisa terjadi ketika seseorang salah menilai diri sendiri. Lebih tepatnya seseorang tidak mengetahui kemampuan diri. Seseorang terbiasa menilai rendah diri sendiri sehingga ketika ada tekanan sudah berpikiran negatif.
Ketika ada tekanan atau tantangan yang dihadapi, manusia memang cenderung mudah berpikiran negatif daripada berpikiran positif. Sehingga seseorang lebih sering meragukan diri sendiri dalam menghadapi tekanan tersebut. “Ketika melihat sesuatu yang sifatnya tantangan atau tekanan, pasti otomatis kita akan berpikir waduh, bagaimana ini nanti? dibanding dengan saya bisa kok,” terangnya.
Copying stres atau cara pengelolaan stres setiap individu memang berbeda. Maka dari itu, sangat penting memahami potensi diri masing-masing individu.
Selain itu, seseorang juga perlu memiliki banyak alternatif dan cara mengantisipasi stres. Bisa dengan merefleksi diri, apa saja yang perlu ditingkatkan. “Biasanya waktu yang paling cocok adalah ketika menjelang tidur dengan mengulas kegiatan dalam satu hari itu,” tuturnya.
Hal itu justru jarang dilakukan orang, padahal dengan begitu kita dapat memberikan dampak yang besar terhadap diri kita sendiri. Mengubah cara pandang kita terhadap diri kita sendiri serta mengubah bagaimana kita memahami diri kita sendiri.
Dosen yang biasa disapa Rini itu juga mengatakan ketika berada di situasi tertekan dan bingung, sebisa mungkin untuk tidak menyimpannya sendiri. Seseorang perlu berbagi cerita, bisa kepada buku diary maupun kepada orang yang dapat memberikan pendapat positif.
“Namun, perlu dihindari curhat kepada seseorang yang memberikan pendapat negatif, istilahnya sudah terpuruk diberi pendapat negatif pasti akan lebih terserap dibanding masukan yang positif,” tekan dia.
Semakin seseorang memahami kemampuan diri masing-masing, maka akan tahu situasi seperti apa yang membuat stres, sehingga bisa dihindari. Apabila memang tidak terhindari dan harus dihadapi, setidaknya sudah menyiapkan solusi untuk meminimalisir stres. (*)
Penulis: Erika Eight Novanty
Editor: Feri Fenoria Rifa’i