Preeklampsia atau biasa dikenal dengan istilah keracunan dalam kehamilan, merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan anak paling banyak di dunia. Preeklampsia ditandai dengan perubahan tekanan darah menjadi darah tinggi pada usia kehamilan setelah 20 minggu dan disertai dengan gejala penyerta yang bervariasi. Angka kematian karena kondisi ini lebih besar 7 kali lipat di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Di Indonesia, preeklampsia menjadi penyebab kematian ibu paling banyak setelah perdarahan di tahun 2013. Di RSUD Dr. Soetomo, preeklampsia bertanggung jawab dalam hampir 1/3 dari seluruh kematian ibu di tahun 2013-2014.
Hingga saat ini, mekanisme terjadinya preeklampsia masih belum sepenuhnya dipahami. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan ibu dari kondisi ini dan mencegah komplikasi lebih lanjut adalah dengan cara melahirkan bayi tersebut dan mengeluarkan plasenta dari rahim. Oleh karena itu, saat ini para peneliti bertujuan untuk menemukan cara dalam mencegah terjadinya preeklampsia. Sejauh ini, telah ditemukan beberapa faktor yang diduga ikut berperan dalam hal kejadian ini. Di antaranya genetik, perilaku, dan asupan nutrisi ibu. Asupan nutrisi yang memadai sebelum dan saat kehamilan sangatlah penting bagi ibu dan juga janin. Berdasarkan penelitian terdahulu, ditemukan bahwa kekurangan vitamin D dan mineral kalsium meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. Namun hingga saat ini, belum ada penelitian di Indonesia yang mengevaluasi kadar kalsium dan vitamin D pada ibu hamil, dan apakah kalsium dan vitamin D ini merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsia di Indonesia.
Dari pemeriksaan kadar kalsium dan vitamin D pada 100 orang ibu hamil (64 dengan preeklampsia dan 36 tanpa preeklampsia) di RSUD Dr. Soetomo, ditemukan bahwa kadar kalsium ibu hamil dengan preeklampsia jauh berbeda dibandingkan dengan ibu hamil tanpa preeklampsia. Ibu hamil dengan preeklampsia memiliki kadar kalsium di bawah nilai normal, sedangkan ibu hamil tanpa preeklampsia memiliki kadar kalsium dalam darah di atas nilai normal. Namun kadar vitamin D pada ibu hamil dengan preeklampsia dan tanpa preeklampsia tidak jauh berbeda, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama berada di bawah nilai normal.
Pada ibu hamil, konsumsi kalsium meningkat terutama pada trimester 2 dan 3. Oleh karena itu, WHO merekomendasikan pemberian kalsium sebanyak 1.5 – 2gram sehari kepada semua ibu hamil yang berada di daerah dengan asupan kalsium yang rendah. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa dengan adanya pemberian suplementasi kalsium, angka kejadian preeklampsia akan menurun drastis. Kekurangan vitamin D pada ibu hamil dapat meningkatkan faktor risiko pada ibu hamil ketika kadarnya sangat jauh dibawa nilai normal. Jika kadarnya sangat rendah, pemberian suplementasi vitamin D tidak akan dapat mencegah terjadinya preeklampsia.
Dari artikel ini dapat dipahami bahwa pencegahan preeklampsia lebih penting daripada mengobati, karena pengobatan preeklampsia saat ini hanyalah dengan cara melahirkan bayi dalam kandungan dan mengeluarkan plasenta. Untuk mencegah terjadinya preeklampsia, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperbaiki asupan nutrisi. Perbaikan asupan nutrisi perlu dilakukan bukan hanya pada saat hamil, namun sebelum hamil asupan nutrisi perlu diperbaiki. Dari nutrisi-nutrisi yang ada dalam makanan, perlu lebih diperhatikan terkait jumlah asupan kalsium dan vitamin D. Jika asupan kalsium dan vitamin D dalam makanan tidak mencukupi kebutuhan harian, maka perlu untuk mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D setiap harinya.
Penulis: Firas Farisi Alkaff, dr.
Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada publikasi ilmiah kami di: https://www.jcdr.net/article_fulltext.asp?issn=0973-709x&year=2019&month=March&volume=13&issue=3&page=QC04-QC07&id=12667
Akbar MIA, Alkaff FF, Harsono AAH, Imawan DK, Klahan Y, Nugraha RA, Octora TN, Jonatan M (2019). Serum Calcium and 25-Hydroxy Vitamin D Level in Normal and Early Onset Pre-eclamptic Pregnant Women: A Study from Indonesia. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 13(3): QC04 – QC07.