UNAIR NEWS – Tidak dapat dipungkiri lagi inovasi-inovasi baru terus berkembang di kalangan para peneliti, terutama dalam bidang kesehatan. Hanya saja, tidak semua hasil inovasi dapat diimplementasikan menjadi produk yang dapat dimanfaatkan masyarakat umum.
Oleh karena itu, Lembaga Pengembangan Bisnis dan Inovasi (LPBI) Universitas Airlangga menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Teaching Industry Dentolaser untuk Mendukung Industri Alat Kesehatan Nasional. Acara yang berlangsung pada Rabu (9/10/19) tersebut bertempat di Ruang Sidang Pleno Lantai 3 kantor Manajemen, UNAIR Kampus C.
Dr. Suryani Dyah Astuti, M.Si., selaku ketua pelaksana menjelaskan bahwa pemilihan tema Teaching Industry karena produk itu nanti diproduksi kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu, juga karena berbasis dari institusi sehingga ada unsur pembelajaran.
“Karena kita (peneliti, Red) ingin produk inovasi kita itu tidak hanya menyangkut aspek industri. Artinya bahwa produk ini nanti diproduksi kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi karena kita kan berbasis dari institusi, kalau dari institusi itu berarti ada unsur teachingnya unsur pembelajarannya,” jelasnya.
Dyah menambahkan, acara tersebut diharapkan dapat membuka jalan agar inovasi bisa ditindaklanjuti sampai ke hirilisasi menghasilkan produk yang bermanfaat untuk masyarakat.
“Banyak sekali karya mahasiswa yang lolos PKM (Program Kreativitas Mahasiswa, Red) mendapatkan emas, dan sebagainya. Mereka selama ini produknya hanya sampai wacana, artinya bahwa tidak pernah diimplementasikan tidak pernah sampai hirilisasi. Kami ingin supaya ke depan produk-produk itu juga bisa ditindaklanjuti sampai ke hirilisasi,” tambahnya.
Selain itu, dalam acara tersebut terdapat empat fokus materi. Pertama Direktur Jenderal Inovasi memaparkan materi menyangkut tentang inovasi, bahwa inovasi itu tidak hanya alat kesehatan (alkes) tetapi baik dari pangan, alkes, maupun yang lain. Kedua, dari pihak Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam bidang inovasi menjembatani jurang antara institusi dengan industri.
Sedangkan yang ketiga dari Kementerian Kesehatan yang memaparkan materi tentang pengurusan izin edar. Dari pihak industri memberikan testimoni bagaimana suka dukanya mengurus izin produk, mengurus izin edar, sampai produk dipasarkan ke masyarakat.
Dengan diadakannya acara tersebut, Dyah berharap, masyarakat Fisika maupun Teknik Biomedis yang ada di UNAIR mendapatkan pencerahan tentang bagaimana nanti produk inovasi yang dihasilkan tidak hanya hasil penelitian dipublikasi di dalam jurnal, tetapi juga ada tindak lanjut berupa hilirisasi. Sehingga sampai produk itu diproduksi dan dimanfaatkan oleh masyarakat. (*)
Penulis: Asthesia Dhea C.
Editor: Binti Q. Masruroh