UNAIR NEWS – Tepat pukul 16.00, mungkin lebih kurang sedikit, Ayum, teman kami dari samping musholla Rumah Sakit Semen Gresik berlari kecil ke arah kami, “Mas, Mas Ulum meninggal,” ujarnya sambil menyeka air mata. Kaget, setengah tidak percaya.
Baru satu jam sebelumnya, pengemudi Gojek yang membantu Ulum setelah kecelakaan nelphon Oky, mengabarkan bahwa Ulum kecelakaan saja, bukan meninggal. Setelah kami memastikan ke IGD RS, benar Ulum telah tiada. Hancur.
Ingatan ini berlalu pada tahun -tahun sebelumnya, tepatnya 2016 saat masih satu organisasi dan awal-awal mengenal Ulum secara pribadi, keseharian. Saat itu, setelah kami terpilih menjadi ketua SKI FIB Unair, salah satu jabatan ketua departemen (Kadep) yang harus diisi adalah departmen Pembinaan Baca Al-Qur’an (PBA). Dan, benar, tidak ada yang cocok mengisi ini kecuali satu nama: Muhammad Syaiful Ulum.
Beberapa periode sebelumnya, departemen PBA selalu berjalan mengalir. Sedikit inovasi, berjalanan biasa-biasa saja. Berjalan seyogyanya organisasi musiman dikalangan mahasiswa. Namun sangat berbeda saat Ulum mengisi. Ulum yang dikenal pendiam, jarang berbicara, sering menyendiri, tidak disangka membawa PBA sangat garang, bisa merangkul banyak maba-maba dan para mentor PBA untuk saling belajar-mengajar.
Kami menyapanya Mas’ul, Mas’ul sebenarnya digunakan untuk pemanggilan ketua organisasi, namun Ulum ibarat ketua organisasi bagi kami. Kerjanya melampaui PBA, melampaui organisasinya. Dia juga membantu banyak kepengurusan saat ada program kegiatan di lain departemen.
Itulah Ulum, si anak pendiam yang tanpa kata yang kerjanya luar biasa. Diam mulutnya, tapi kerja pikirnya. Beberapa kali selalu terpilih menjadi kadep PBA terbaik, bahkan, diakhir kepengurusan, saat pemilihan kadep terbaik satu Unair lagi-lagi dia terpilih menjadi departmen PBA terbaik. Luar biasa.
Setelah prestasinya, Ulum mengembangkan sayap. Ulum kemudian aktif di ALC UNAIR, mengurusi PBA satu UNAIR, aktif juga di KMNU. Karena saya satu kontrakan, saya sering melihat dia tidak di kontrakan karena ada acara KMNU.
Ulum manusia tanpa kata banyak bekerja, pejuang Al Qur’an UNAIR yang hingga hari kemarin meninggal tidak pernah lepas dari jiwa aktivisnya. Ulum telah mengabdikan sepenuhnya untuk Universitas Airlangga dengan jalannya yang ia tempuh. Ulum adalah pejuang sunyi yang semoga akan menjadi abadi.
Namamu akan selalu dikenang oleh juniormu, temanmu, dan kolegamu. Namamu akan menjadi kiblat gerakan dan contoh belajar banyak bagaimana caranya berjuang dalam sunyi. Kemarin saat kami mengurusi jenazah Ulum di RS Semen Gresik, sebelum keluarganya datang, ada ibu-ibu separuh baya yang kebetulan kecelakaan kecil dan mengetahui Ulum disampingnya, ibunya cerita sebelum akhir hayatnya Ulum terus mengucap kalimat, “Allah, Allah, Allah.” baru kemudian meninggal.
Penulis: Teguh Imami