UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan kajian strategis membahas isu nasional untuk umum di halaman depan Student Center Pertamina Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR. Kajian tersebut bertajuk tentang “Kebakaran atau Pembakaran Hutan?” pada Selasa (24/9/2019).
Acara tersebut dilaksanakan pukul 13.00-14.00 dan dihadiri kurang lebih 50 mahasiswa, baik dari dalam maupun luar HIMBIO UNAIR. Selain itu, dua narasumber yang menjadi pemateri kajian tersebut, yaitu Drs. Moch. Affandi. M.Si. selaku dosen FST UNAIR dan Wahyu Eka sebagai ketua kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur.
Rizal Adistya Putra Pradana yang menjadi ketua HIMBIO UNAIR mengungkapkan bahwa kajian itu dilatarbelakangi realitas mahasiswa jurusan biologi yang banyak melakukan eksperimen ke lapangan. Yakni, ingin mencari tahu alasan sebenarnya kebakaran hutan ini terjadi karena proses alam atau sengaja dibakar.
“Saya berharap kajian ini bisa terus berjalan disaat ada isu-isu yang menyangkut kepentingan bersama maupun negara. Kegiatan ini bukan berasal dari proker HIMA, melainkan timbul dari simpati serta kepedulian para mahasiswa. Khususnya FST UNAIR atas kejadian kebakaran hutan,” imbuhnya.
Pada sesi diskusi Drs. Moch. Affandi. M.Si. mengatakan bahwa yang harus dilakukan pertama kali ialah kegiatan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, setiap ekosistem pasti memiliki sebuah kehidupan yang sebenarnya masyarakat belum ketahui. “Banyak orang yang belum tahu bahwa di selokan sekitar FST UNAIR terdapat keberadaan ikan gabus yang sebenarnya bisa kita manfaatkan, maka saya melarang jurusan Kimia UNAIR membuang limbahnya di selokan,” terangnya.
Selanjutnya, Wahyu Eka menjelaskan kepada audience mengenai peran yang bisa dilakukan oleh mahasiswa, khususnya yang berada diluar kawasan kebakaran hutan. Caranya, banyak melakukan kajian dan sumbangsih pemikiran untuk memberikan rekomendasi pencegahan atas terjadinya kebakaran hutan dengan menulis dan diberikan kepada komunitas peneliti. (*)
Penulis: Anugrah Visar Rahman
Editor: Feri Fenoria Rifa’i