UNAIR NEWS – Terapi akupunktur merupakan terapi yang dilakukan dengan merangsang titik-titik tertentu pada tubuh dengan memasukkan jarum tipis ke dalam kulit. Sekarang ini, terapi akupunktur tidak hanya menggunakan jarum melainkan dengan alat elektrostimulator. Tetapi, tidak semua orang berani dengan jarum maupun dengan elektrostimulator.
Berawal dari itu, Dr. Suryani Dyah Astuti, M.Si., bersama dengan tim peneliti Universitas Airlangga (UNAIR) yakni Deny Arifianto, S.Si., M.T., pembuatan device dentolaser biomodulasi, dan Herdiani Nur Kusumawati S.Tr, M.T untuk aplikasi secara in vivo dan klinis. Alat tersebut termasuk dalam pengembangan dari dentolaser antimikroba. Meskipun namanya, Dentolaser tapi dapat digunakan untuk terapi pada organ lain.
“Terapi akupunktur umumnya menggunakan jarum atau elektrostimulator, akan tetapi tidak semua orang berani ditusuk menggunakan jarum atau dialiri arus listrik dengan elektrostimulator. Kalau menggunakan laser tidak terasa sakit dan tidak menakutkan sehingga bisa diaplikasikan pada anak-anak juga,” terangnya.
Perbedaan dengan Dentolaser Sebelumnya
Dyah menjelaskan bahwa perbedaan varian dentolaser terdapat pada fungsinya dan panjang gelombang laser yang digunakan. Untuk alat dentolaser antimikroba khusus untuk membunuh mikroba dengan panjang gelombang 405 nanometer (nm), sedangkan biomodulasi barada di panjang gelombang 650 nm – 980 nm yaitu spectrum merah sampai infra merah.
Sementara itu, fungsi dari varian dentolaser antimikroba untuk membunuh sel mikroba pada gigi dan mulut. Sedangkan untuk biomodulasi untuk memodulasi sel agar terjadi regenerasi.
“Jadi merah ya, pada spectrum 650 nm itu energi foton lebih rendah tapi kemampuan dia untuk penetrasi ke kulit lebih dalam. Nah misalkan titik-titik akupunktur yang akan dijangkau lebih dalam lagi kita menggunakan inframerah. Jadi Dentolaser biomodulasi untuk memodulasi sel supaya selnya tumbuh kembali. Kalau yang antimikroba untuk membunuh sel mikroba,” tuturnya.
Uji Coba
Riset ini memiliki 2 tahap penelitian, yakni tahap in vitro (skala laboratorium) dan in vivo (skala aplikatif). Pada tahap in vivo, Dyah menuturkan bahwa uji coba dilakukan oleh salah satu alumni S2 Teknik Biomedis, Herdiani Nur Kusumawati S.Tr, M.T dengan pembimbing Prof Dr. Ir. Suhariningsih dan Prof. Dr. Bambang Poernomo, drh pada tikus jenis mencit yang dikondisikan mengidap penyakit Parkinson atau gangguan motorik. Kemudian, diberikan paparan laser 650 nm pada titik akupunktur HT 7 (heart-7/Shen Men) pada meridian jantung. Pengambilan titik akupunktur pada meridian jantung karena fungsinya yang mampu melancarkan pembuluh darah.
Pada saat itu, paparan laser pada mencit diberi variasi waktu dengan variasi waktu, hasil yang terbaik berkisar 50 detik dengan daya laser 15,42 mW. “Berdasarkan hasil akhir terapi pada 50 detik menghasilkan penambahan jumlah neuron terbanyak. Saya melakukan terapi 14 hari berturut-turut, kemudian kita buka otaknya untuk dihitung jumlah neuronnya,” terangnya.
Selain itu, juga telah dilakukan uji coba pada mencit model diabetes dan kerusakan ginjal, yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel pulau Langerhans pancreas dan ginjal. Dengan begitu, penggunaaan dentolaser biomodulasi tersebut tidak menutup kemungkinan untuk diaplikasikan pada penyakit-penyakit akut seperti pasca operasis dan sebagainya. Dengan dosis optimal rata-rata sebesar 1 joule dengan rata-rata terapi sekitar 60 detik.
Pengaplikasian
Menurut Dyah, penggunaan atau pengaplikasian dentolaser biomodulasi tersebut sangatlah mudah. Yakni, untuk penyakit akut diaplikasikan langsung pada lukanya. Sedangkan untuk akupunktur ada dua cara.
Pada terapi akupunktur, untuk cara pertama jika yang dirasakan nyeri maka di ambil di titik lokal yaitu pada lokasi nyeri tersebut. yang disebut Ashi point. Sementara, untuk terapi akupunktur pada organ dalam seperti contoh pada otak yaitu diambil di titik pada jantung karena adanya jalur organ yang terhubung ke otak serta fungsinya yang menguasai pembuluh darah.
“Jadi gitu kalau terapi akupunktur tidak harus tepat di organnya. Tapi ada meridian yang menghubungkan titik akupunktur dari organ yang bersangkutan,” ungkapnya.
Riset dentolaser biomodulasi itu telah bekerja sama dengan industri dan pengguna. Kerja sama pengguna yakni dengan akupunkturis ataupun dengan dokter spesialis akupunktur, dan industri dengan PT Sarandi.
Dengan adanya riset tersebut, Dyah berharap Dentolaser Biomodulasi bermanfaat untuk membantu penyembuhan penyakit secara non invasive, aman, dengan harga terjangkau. (*)
Penulis: Asthesia Dhea C.
Editor: Binti Q. Masruroh