Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai serta merupakan penyakit dengan penyebab kematian terbanyak. Setidaknya 12,9 persen angka kematian di Indonesia, diakibatkan oleh PJK. Salah satu penyebab angka kematian yang tinggi pada PJK yaitu penurunan proliferasi dan migrasi sel progenitor endothel (Endothelial Progenitor Cells/EPCs).
Sel progenitor endothel ini merupakan sel unipoten yang bersifat klonogenesis, yaitu mampu memperbaiki diri serta mampu berdiferensiasi menjadi sel endotel dewasa menggantikan endotel vaskuler yang mengalami cidera (nekrosis) maupun kematian sel (apotoptosis). Fungsi endotel ini perlu dipertahankan, khususnya terkait fungsinya dalam mempertahankan integritas sel. Sel progenitor endotelial ini diyakini memiliki potensi regenerasi pembuluh darah, melalui proses angiogenesis, terutama reperfusi setelah iskemia pada PJK.
Penurunan fungsi EPCs pada pasien PJK diakibatkan oleh mekanisme oksidan selama fase iskemia sel jantung (miokard). Penurunan ini berdampak terhadap penurunan fungsi perbaikan pembuluh darah. Pada tahap lanjut, hal ini mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas akibat serangan jantung.
Pemahaman terhadap peran oksidan dalam memperburuk progresivitas PJK, menjadi dasar dalam pengembangan penggunaan antioksidan sebagai terapi pendamping. Vitamin C (Asam askorbat) dan E (Tocopherol) telah terbukti dalam mencegah penurunan TNF-a dan proliferasi EPCs melalui ekspresi dari fosforilasi p38.
Penelitian lain juga menyebutkan kandungan antioksidan dari ubi jalar ungu mampu mencegah disfungsi endotel melalui hambatan terhadap reactive oxygen species (ROS) dan reseptor nucleotide-binding domain (NOD)-like protein 3 (NLRP3). Kandungan antioksidan dari ubi jalar ungu, yaitu antosianin dan B-carotene memberikan efek yang baik dalam perbaikan pembuluh darah.
Walaupun penelitian mengenai peran antioksidan dalam perbaikan pembuluh darah pada pasien PJK, khususnya melalui perbaikan proliferasi, migrasi, dan diferensiasi EPC telah banyak memberikan hasil positif, penelitian mengenai superioritas antioksidan dalam hal ini belum pernah dilakukan. Kami melakukan pembandingan antara efek antioksidan pada ekstrak ubi jalar ungu dan vitamin C dalam perbaikan fungsi EPCs pasien PJK.
Riset dilakukan terhadap 8 orang pasien PJK yang dirawat di RSUD Dr.Soetomo Surabaya dengan kriteria inklusi yaitu laki-laki, berusia 40-59 tahun, stable angina, dan dengan hasil angiografi koroner menunjukkan stenosis >50% pada left main coronary artery atau >70% pada cabang koroner lainnya. Riset dilakukan dengan memperhatikan efek pemberian ekstrak ubi jalar ungu dan vitamin C terhadap proliferasi, migrasi, dan diferensiasi EPCs yang diperoleh dari sel darah tepi pasien.
Penelitian ini terdiri dari 5 tahap yaitu (1) perolehan sampel darah tepi, (2) isolasi dan kultur EPCs, (3) evaluasi proliferasi EPCs, (4) evaluasi migrasi EPCs, dan (5) evaluasi CFU. Penelitian dilakukan dengan membandingkan efek antioksidan pada ekstrak ubi jalar ungu dan vitamin C. Ekstrak ubi jalar ungu menggunakan dosis konsentrat 1 dan 25 ug/mL. Dengan dosis tersebut, setidaknya terkandung 146 ug/mL antosianin. Sedangkan dosis vitamin C yang digunakan yaitu dosis konsentrat 10 dan 250 ug/mL.
Hasil penelitian menunjukkan ubi jalar ungu memiliki efek yang signifikan dalam perbaikan proliferasi, migrasi, dan diferensiasi EPCs. Dosis 25 ug/mL ekstrak ubi jalar ungu dan dosis 250 ug/mL vitamin C memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dosis konsentrat yang lebih rendah. Efek ekstrak ubi jalar ungu dalam perbaikan fungsi EPCs diketahui lebih baik dari pada vitamin C. Hal ini juga diakibatkan oleh perbaikan fungsi EPCs dengan dosis ekstrak ubi jalar ungu yang lebih rendah (25 ug/mL) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dosis yang dibutuhkan oleh vitamin C (250 ug/mL).
Riset ini secara tidak langsung mendukung penelitian sebelumnya yang mengemukakan bahwa antosianin, salah satu antioksidan yang dimiliki oleh ubi jalar ungu, mampu meningkatkan migrasi dan proliferasi EPCs melalui penurunan formasi ROS intrasel dan peningkatan efek proliferasi EPCs.
Dari riset ini, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan ekstrak ubi jalar ungu, khususnya dengan dosis 25 ug/mL memberikan efek perbaikan proliferasi, migrasi dan diferensiasi sel progenitor endotel yang lebih baik dibandingkan dengan vitamin C. Efek perbaikan fungsi sel progenitor endotel ini diharapkan mampu memberikan perbaikan pembuluh darah dan klinis pasien PJK. (*)
Penulis : Yudi Her Oktaviono
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:https://www.mdpi.com/2218-0532/87/3/16