UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali mengukuhkan sebanyak tiga guru besar baru pada Kamis (12/9/2019). Pengukuhan guru besar itu menambah daftar jumlah guru besar yang dimiliki UNAIR.
Ketiga guru besar itu adalah Prof. Dr. Umi Athiyah, M.S., Apt dan Prof. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. dari Fakultas Farmasi, serta Prof. Dr. Purkan, S.Si., M.Si. dari Fakultas Sains dan Teknologi.
Prof. Dr. Umi Athiyah M. S., Apt. menjadi salah satu dari tiga guru besar Universitas Airlangga (UNAIR) yang dikukuhkan. Pada acara pengukuhan guru besar itu, Prof Umi menyampaikan pidato tentang pentingnya pemahaman akan kepatuhan penggunaan dosis obat. Mengingat, saat ini, derajat kepatuhan dan pemahaman masyarakat Indonesia tergolong rendah.
Padahal, ketepatan penggunaan obat sangat berpengaruh terhadap peningkatan proses penyembuhan dan keberhasilan terapi. Maka dari itu, Prof. Umi kemudian mendorong beberapa poin penting yang harus diperhatikan berbagai elemen baik pemerintah, lembaga terkait, tenaga medis, maupun pasien itu sendiri.
“Yang pertama adalah sederhanakan regimen (pengaturan cara makan dan cara hidup bagi pasien, Red). Praktik yang dilakukan tenaga medis sekarang sesungguhnya terlalu kompleks. Usahakan untuk menggunakan bahasa non-medis yang mudah dipahami orang awam,” tuturnya.
Selanjutnya, Prof. Umi menjelaskan mengenai pentingnya komunikasi antara pasien dan tenaga medis. Pada dasarnya, pasien dan tenaga medis perlu berkolaborasi. Kesuksesan pengobatan juga berhubungan erat dengan pemahaman akan life style pasien. Hal itu menjadi implementasi penting untuk pencapaian better health, better care, dan lower cost.
Guru besar kedua adalah Prof. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. Dalam orasinya, Prof Dwi menyampaikan hasil risetnya terkait pengembangan kristalografi farmasi sebagai salah satu upaya mewujudukan ketersediaan obat. Kristalografi farmasi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur kristal bahan farmasi.
Dengan dilakukannya pengembangan ilmu kristalografi, terutama di bidang farmasi, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan produksi yang ada. Selain itu, diharapkan ilmu kristalografi ini dapat menjadi solusi dari masalah ketersediaan hayati sediaan farmasi.
“Produksi sediaan farmasi yang efektif dan efisien akan menjamin ketersediaan obat di masyarakat yang akhirnya akan mendukung kesuksesan program JKN oleh pemerintah,” pungkas Prof Dwi yang tercatat sebagai guru besar FF aktif ke-24.
Guru besar ketiga, Prof. Dr. Purkan, S.Si., M.Si. Dalam pengukuhan guru besar itu, Prof Purkan yang tercatat sebagai guru besar FST aktif yang ke-10 menyampaikan orasi dengan judul berjudul “Percepatan Pemberantasan Tuberculosis Melalui Teknologi DNA Rekombinan Berbasis Biokomputasi”.
Prof Purkan mengatakan, penanganan TB dilakukan dengan cara memberikan obat TB lini pertama maupun kedua guna membunuh kuman. Pemberian kombinasi beberapa obat dimaksudkan sebagai antisipasi bilamana agen TB resisten obat. Hal ini bisa terjadi ketika terdapat kesalahan pemberian obat dan penderita tidak patuh dalam mengonsumsi obat.
“Berbicara tentang pengembangan obat serta vaksin tuberkulosis, saya teringat Surat Al-Hajj ayat 73 dan sebuah hadist mengenai seekor lalat. Dari sudut pandang ilmiah, penjelasan hadist ini memberikan makna bahwa di dalam agen penyakit lalat, telah disediakan Allah, obat beserta penawarnya,” ujar Ketua Departemen Kimia FST UNAIR itu.
Penjelasan mengenai lalat tersebut, menginspirasi Prof. Purkan untuk mengembangkan pengobatan TB melalui bantuan alat komputasi in silico. Hal ini menjadi strategi baru yang lebih efektif dan telah diterapkan di setiap tahap penemuan serta pengembangan obat. Tidak hanya itu, dia juga memanfaatkan bagian dari M. tuberculosis untuk vaksin protein.
Usai ketiga guru besar menyampaikan orasinya, Rektor UNAIR Prof Moh Nasih memberikan beberapa wejangan kepada ketiga guru besar. Setelah pengukuhan guru besar ini, terang rektor, kontribusi para guru besar untuk Universitas Airlanga akan semakin besar.
“Setelah memperoleh jabatan tertinggi di bidang akademik ini, semangat menulis, mengajar, meneliti dan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat bukan kendur, tapi justru harus ditingkatkan untuk memberi kemaslahatan yang lebih besar. Kemaslahatan untuk Saudara dan keluarga, masyarakat, dan bangsa ini,” terang Rektor.
Selain dihadiri para guru besar, kolega dan keluarga, pimpinan UNAIR, dan juga pihak terkait, pengukuhan guru besar juga dihadiri sejumlah tamu penting. Di antaranya direktur beberapa rumah sakit, direktur beberapa PT, guru besar tamu dari berbagai perguruan tinggi, Ketua Komite Farmasi Nasional, dan tamu penting terkait.
Melalui pengukuhan guru besar itu, UNAIR sejak berdiri tahun 1954 telah melahirkan guru besar sejumlah 484 orang. Sementara itu, hingga saat ini, guru besar aktif UNAIR sejumlah 196 orang. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh